7

17.8K 2.1K 13
                                    

Hari Senin, hari paling menyedihkan.
Clausa adalah salah satu dari mereka yang sangat malas berpanas panasan di bawah teriknya matahari.
Dengan memanfaatkan indisiden alergi kemarin, Clausa berhasil menyelamatkan diri dan bersembunyi di balik sejuknya ruang UKS.

Senyuman masih terpantri di bibir nya selagi matanya memejam mencoba untuk terlelap.

Sudah sekitar 15 menit upacara berlangsung dan tiba tiba ruangan UKS yang semula hening kini menjadi sedikit riuh.

Clausa masih tak peduli, ia lebih memilih mengenakan earphone sembari memutar musik dari boy grup favorit nya.

Namun ketenangan itu tak bertahan lama saat ada yang menyibak kain putih pembatas ranjang di UKS.

Dengan kesal Clausa menoleh dan mendapati pria berwajah datar yang menatapnya.

"UKS ke kunci," ujar pria itu.

"Hah?" Tanya Clausa sembari melepas earphone dari kedua telinganya.

"Lo nyuruh orang ngunci UKS?" Nada suara pria itu tak bersahabat.

"Apa sih? Lo gaje tau gak?" Jawab Clausa dengan penuh kekesalan.

Bagaimana tidak kesal, pria bermuka datar itu melayangkan tatapan tajam dan menuduh Clausa mengunci ruang UKS. Clausa sendiri tak mengerti bagaimana situasi saat ini dan sedari tadi hanya bersantai, namun malah dituduh atas hal yang tak masuk akal.

"Gak usah pura pura deh Lo! Lo pasti sengaja kan nyuruh orang ngunciin Lo dan Slavia di UKS? Lo mau apain dia hah?" Suaranya semakin meninggi dan hal itu sukses membuat Clausa naik darah.

"Gue gak paham anjing, gue dari tadi diem diem aja ya disini, gue gak tau juga ada Slavia di sini, Lo tanya sama dia, gue apain dia hah?!" Clausa berteriak kesal.

Tunggu.

Ini sedikit aneh. Raya dalam diri Clausa menyadari suatu hal yang aneh. Ini bukan Raya sepenuhnya. Raya dengan mudah mengendalikan amarahnya dan biasanya hanya melawan argumen dengan perkataan santai menusuk hati, sedangkan saat ini emosinya seperti di tarik naik dan membuatnya terdorong untuk berteriak.

Pengandalian emosinya tak berjalan baik. Ada apa? Jangan jangan Clausa yang asli.....

"Gak usah ngeles deh, gue tau Lo dan cara licik Lo! Semua orang bisa ketipu sama tampang Lo yang katanya udah berubah atau apa lah, gue tau Lo gak akan berhenti ganggu Argantara dan gak akan berhenti nyelakain Slavia," bentak pria itu.

Tubuh Clausa bergetar hebat. Raya dalam tubuhnya mencoba menahan diri tapi malah terjadi pergulatan dengan sisi lain yang di duga adalah Clausa yang asli.

Ini aneh. Kenapa saat berhadapan dengan pria ini Clausa tak bisa menahan diri.

"Hidden, udah dia gak ngapa ngapain gue kok," Slavia tiba tiba beranjak dari ranjang dan mendekat ke arah hidden.

Tubuh Clausa semakin bergetar terlebih saat melihat senyuman mengejek dari Hidden, pria di hadapannya.

"Lo kenapa?! Acting lagi? Sama kek dua bulan lalu waktu gue temuin Lo di jalanan? Lo pikir gue bakal kejebak drama Lo lagi?"

Clausa tak kuasa menahan gejolak emosinya.

Raya dalam diri Clausa seolah sudah menyerah dan membiarkan Clausa asli mengambil alih tubuhnya.

"Arrrggghhhh,"

Clausa mengambil langkah mendekat ke arah Slavia namun sesaat setelahnya, tubuh itu terkapar lemas di samping ranjang UKS.

Bertepatan dengan masuknya Avas ke dalam UKS.

"Clausa!"

Avas segera melepas kresek berisi roti cokelat dan jus kemasan dan segera mengangkat tubuh Clausa dari ubin putih ke atas ranjang.

Tangan nya bergerak mengambil handphone dan menelpon Carlo.

Sedangkan Hidden hanya tersenyum sinis lalu mengenggam tangan Slavia dan pergi dari sana.

Di depan pintu UKS, hidden berpapasan dengan Carlo.
Carlo nampak terkejut mendapati Hidden dan juga Slavia di sana. Namun ia segera menerobos masuk ke UKS dan menghampiri ranjang Clausa. Pikiran nya mulai menduga apa yang sebenarnya terjadi.

Baru kemarin adiknya masuk rumah sakit mengapa kali ini malah pingsan? Terlebih kenyataan bahwa hari ini Clausa tak mengikuti upacara bendera dan ditengah upacara juga Slavia memutuskan untuk mengistirahatkan diri di UKS karena tak enak badan.

Sedangkan Hidden dan Slavia berjalan beriringan menjauhi ruang UKS. Tanpa sadar tangan ke dua nya masih bertautan sampai Slavia menyadari tatapan aneh dari siswa kelas XI dan baru Slavia segera melepas genggaman Hidden.

"Sorry gue..."

"La? Kamu gak papa?" Argantara menghampiri hidden dan Slavia.

Di samping Argantara ada juga Tio, Maya Bayu dan Retta.

"Gak papa, tadi pusing doang, keknya gegara semalam begadang kerjain proposal," jawab Slavia dengan senyuman pada kekasihnya.

"Tadi gue denger Lo kekunci di UKS?" Tanya Maya.

"Ah iya, tadi gue kekunci bentar doang sih sekitar 5 menitan, pas gue masuk UKS kan rebahan gitu, pas banget gue main hape denger ada bunyi pintunya kekunci terus gue langsung nelpon Hidden soalnya firasat gue gak enak," ujar Slavia.

"Siapa yang ngunci coba?" Maya semakin kepo.

"Ada Clausa di dalam UKS nya," ujar Hidden.

"Terus Lo gak papa kan Slavia?" Tiba tiba saja Larisa datang dan ikut menimbrung obrolan.

"Clausa gak ngapa ngapain Lo kan?!"

"Hehhh, bisa gak sih gak usah mojokkin Clausa terus," Retta berujar nyaring dan langsung menatap Larisa penuh kebencian.

Ia tak suka Clausa selalu dituduh dan dicurigai.

"Gue gak kenapa kenapa kok," Slavia merasa tak enak dengan perkelahian Retta dan Larisa.

"Terus Clausa nya di mana sekarang? Mending tanya langsung aja dia yang ngunci Slavia apa bukan," Tio kini berujar.

Tio belajar dari kejadian kemarin. Ia kini tak mau asal menuduh Clausa yang tidak tidak. Ia tak mau merasa bersalah secara diam diam lagi.

"Clausa tadi pingsan, waktu debat sama Hidden,"

Retta langsung saja berjalan cepat meninggalkan Bayu dan teman temannya.
Setelahnya Bayu segera menyusul kekasihnya.

Sedangkan yang lainnya hanya terdiam di tempat hingga bel tanda selesainya waktu istirahat usai upacara berbunyi nyaring. Mereka segera naik ke lantai 2 dan hidden yang kelasnya berada di lantai satu segera berbalik mendekat ke arah UKS.

Bukan untuk menjenguk Clausa. Kebetulan kelas X MIPA 3 ada tepat di sebelah UKS. Mau tak mau pria itu harus kembali ke arah tersebut dan ia harus melangkah melewati UKS.

Sesaat sebelum melewati ruangan tersebut, Hidden menyadari bahwa handphone miliknya tak lagi berada di genggamannya.

Saat Slavia menelpon tadi jelas ia membawa handphone nya namun kini tak dia temukan di dalam kantong seragam SMA nya. Mau tak mau pria itu memasuki UKS untuk mencari keberadaan handphone nya.

"Lo udah sadar? Minum dulu," Terdengar suara gadis dengan nada khawatir nya

"Lo gak papa Lau?" Kini Carlo ikut bersuara menanyakan keadaan sang adik

"Gak papa," jawab Clausa.

"Hidden ngomong apa sampe Lo jadi gini Clau? Tadi kata Slavia Hidden ngebentak Lo?" Tanya Retta.

Hidden masih berdiri di sana. Ia penasaran saat namanya ikut di seret walau sebenarnya memang ia sangat tahu bahwa Clausa pingsan setelah menerima curahan amarahnya.

"G..gak kok, dia cuma nanya gue doang,"

Bukan itu yang ingin Raya katakan, namun rupanya Clausa yang asli masih mendominasi. Kenapa Clausa yang asli selalu beraksi saat berhubungan dengan Hidden? Padahal dengan Argantara...

"Udah mending Lo siap siap gue anter balik," kini Carlo kembali berujar. Clausa tak ada alasan untuk menolak ajakan itu. Ia butuh istirahat, tepatnya ia harus segera bertemu Clausa yang asli.

Di depan pintu, Hidden segera berjalan keluar dengan tampang bodoamat nya.

fix your storyWhere stories live. Discover now