7

7.6K 323 3
                                    

HAIII WELCOME TO PART 7💜

HAPPY READING TOMODACHI💋😊

M a s   C a p t a in

"Iona."

Suara panggilan dari Cia membuat Iona berdeham. "Hm?"

Tak ada sahutan, Iona berpaling dari buku di tangannya menatap Cia yang tengah memandanginya.

Kening Iona berkerut. "Kenapa?"

"Orang tua lo kesini."

Iona spontan melotot. "Hah?! Kok mereka bisa tau?"

Cia menggeleng tak tau.

"Gimana dong? Gue pasti di habisin sama mereka." Rengek Iona mulai panik.

Cia terdiam tak tau apa yang harus ia lakukan. "Lo pulang aja. Kalo ada apa-apa telpon gue. Hape lo udah gue charger." Cia menunjuk ponsel Iona di atas nakas.

"Gue takut tapinya..." Lirih Iona.

"Emang se-kasar apa sih orang tua lo selain main tangan?"

"Main tangan itu paling kasar bagi gue." Ucap Iona.

"Udah lo tenang aja. Sebagai antisipasi," Perkataan Cia terhenti. Gadis itu melangkah untuk mengambil ponsel milik Iona.

Iona yang tidak tau apa yang dilakukan Cia hanya terdiam.

"Telpon lo udah tersambung ke hape gue. Jadi nanti kalo orang tua lo kasar atau segala macam yang nyakitin lo, gue langsung ke rumah lo kalo perlu bawa polisi." Cia melanjutkan perkataannya.

"Jangan bawa polisi, Ci. Gue gak mau masalah ini jadi runyam." Jeda menghela napas. "Yaudah gapapa. Makasih atas kekhawatiran lo. Gue bisa kok nanganin ini."

"Yakin lo?" Tanya Cia ragu.

Iona mengangguk. "Gue udah kebal Ci."

"Sekebal-kebalnya lo, lo pasti merasa tertekan." Cia berjalan menghampiri Iona. "Udah ikutin cara gue. Lo gak perlu takut jadi runyam. Lo punya gue, gue punya ortu, ortu gue punya kenalan pengacara. Gampang tinggal jeblosin mereka ke penjara." Lanjut Cia menggebu.

Final. Iona menghela napas lalu mengangguk.

___

"Udah lo gak perlu takut." Bisik Cia menenangkan saat mereka sedang berjalan menuruni anak tangga.

Iona menganguk kecil. Setelah menuruni tangga, Iona dan Cia menghampiri kedua orang tua mereka yang sedang mengobrol di ruang tamu.

"Nah itu Yona." Ucap Lita.

Iona tersenyum simpul pada Lita. Namun saat matanya menatap Arini yang memberikan tatapan tajam padanya, Iona mengalihkan tatapannya.

"Terimakasih ya om dan tante udah izinin aku nginep disini. Maaf kalau merepotkan." Ucap Iona pada Lita. Tangan Cia setia berada di pundak Iona.

Lita mengangguk lalu tersenyum tulus. "Gapapa sayang. Kamu mau nginep berapa hari pun kita welcome kok." Ucapnya hangat dan lembut.

Iona tersenyum.

"Terimakasih Evan, Lita atas kebaikan kalian. Kalau gitu kami pamit." Ucap Amri. Evan dan Lita selaku kedua orang tua Cia mengangguk.

"Ya sama-sama." Jawab Evan.

"Ayo Iona." Amri menarik tangan Iona. Mereka pun melenggang keluar.

M a s   C a p t a i n

Mas Captain! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang