66

5.5K 301 10
                                    

HAII WELCOME TO PART 66

HAPPY READING❤

JANGAN LUPA KASIH BINTANG🌟

____

Jangan lupa kasih vote yup❤

YAALLAH MAAF NGARET BESTIHH🙏😂

____

M a s   C a p t a i n

Setelah mendapatkan kabar buruk dari rumah sakit, Iona dengan terburu-buru berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang ICU. Terlihat seorang pria memakai setelan kantor rapi terduduk di kursi tunggu. Namanya Aji, dia adalah ajudan Amri. 

"Iona." Panggil Aji.

"Aji, kenapa orangtua saya? Kenapa mereka bisa kecelakaan? Trus gimana keadaan mereka?" Cerocos Iona panik.

Fyi, Iona yang menyuruh Aji untuk memanggilnya dengan panggilan nama.

"Mereka kecelakaan tunggal, waktu dalam perjalanan menuju Bandara. Sampai sekarang belum ada kabar, karena Dokter belum keluar dari tadi." Ucap Aji memberitahu.

Iona mengusak rambutnya dengan mata berkaca-kaca lalu duduk di kursi, diikuti Aji. Selang beberapa menit, pintu ICU terbuka memunculkan Dokter. Dokter tersebut menatap Iona dan Aji.

"Dengan keluarga pasien?" Tanya Dokter.

Iona berdiri cepat lalu menghampiri Dokter. "Saya. Saya anaknya. Bagaimana keadaan orangtua saya Dok?"

"Maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkata lain, kedua pasien tidak bisa diselamatkan." Ucap Dokter pelan.

Iona tercengang mendengar ucapan Dokter, bahwa kedua orangtuanya telah tiada.

"Dokter bercanda kan?" Tanya Iona tidak percaya.

"Iona, ini udah takdir Tuhan." Ucap Aji.

Iona menatap Aji sekilas dan kembali memalingkan wajahnya menatap Dokter.

"Bapak Amri dan Ibu Arini, keduanya mengalami benturan sangat keras di kepala, hal itu menyebabkan pendarahan otak yang sangat fatal. Satu pasien lagi Pak Jajang, saat ini kritis." Ucap Dokter menjelaskan.

Iona menggelengkan kepala tak percaya. Tanpa meminta izin, Iona berjalan cepat memasuki ruangan ICU disusul Aji.

"Permisi Dok." Ucap Aji sopan.

Di dalam, Iona disuguhkan pemandangan menyedihkan dimana kedua orangtuanya terbaring di brankar dengan kain putih yang menutupi tubuh keduanya.

"Iona, lebih baik tenangin diri kamu." Ucap Aji cemas.

Iona menggeleng, lalu menghampiri dua orang tak bernyawa itu di brankar. Iona membuka kain putih yang menutupi Amri lalu kemudian Arini, seketika Iona meraung. Tangis Iona pecah melihat kedua orangtuanya terbujur kaku.

Walaupun Arini dan Amri selalu bersikap semaunya, dan terkadang menyakitinya, namun Iona menyayangi mereka. Dan sekarang, kedua orangtuanya... telah pergi.

"Mama...Papa...kenapa tinggalin aku?" Lirih Iona ditengah sesenggukannya.

Aji meraih slingbag Iona yang tergeletak di lantai, mengambil handphone Iona lalu mencari kontak kerabat yang paling dekat dengan Iona.

Mas Captain! I Love YouWhere stories live. Discover now