-45. April & Mutiara-

977 91 287
                                    

🎶Tenang- Yura Yunita🎶

Khusus part ini, coba play lagu di atas ya. Asli nyaman dan adem banget.

Berhubung hari ini Mutiara telah menyelesaikan beberapa tugas deadline yang menumpuk, di tambah tugas-tugas bolong yang sudah ia selesaikan, maka Mutiara memilih untuk menemani Frans ke sebuah Mall terkenal di Ibu Kota. Ia ingin menemani Frans mencari kado yang cocok untuk ulang tahun Mama laki-laki tersebut. Selain karena ingin menemani Frans, Mutiara juga berfikir tidak ada salahnya berjalan-jalan sebentar, melepaskan segala penat yang ia rasakan akhir-akhir ini.

Mutiara menoleh dan memandang pada kaca jendela mobil, ia dapat melihat bingkai kehidupan siang di kota Jakarta yang penuh hiruk pikuk. Kendaraan saling berebut untuk sampai pada tujuan masing-masing. Para anak-anak kecil yang mungkin putus sekolah, dengan giat menjajakan barang dagangannya seperti tissue, masker dan berbagai macam minuman. Diam-diam Mutiara tersenyum miris, mengapa ia seolah-olah begitu lemah dibandingkan anak-anak kecil tersebut?

Kemacetan Jakarta membuat Mutiara bosan sendiri, apalagi sedaritadi ia merasa tidak enak pada Frans karena sering kali Mutiara kepergok melamun dan tidak fokus.

"Maaf ya jalanan nya macet, tumbenan banget begini padahal masih siang," keluh Frans menoleh ke samping untuk dapat melihat Mutiara.

Mutiara tersenyum simpul. "Apaan sih, pake minta maaf segala. Bukan salah lo kali Frans,"

Frans menggaruk tengkuk bagian belakangnya. "Ya--ya gue gak enak aja gitu sama lo,"

Mutiara tertawa pelan. "Lo selalu gak enakan gitu ah sama gue."

Mutiara sontak menoleh ke arah jendela mobil ketika ia mendengar jendela mobil Frans di ketuk, di luar sana ia dapat melihat seorang bocah laki-laki dan seorang bocah perempuan sedang menjajakan tissue dan berbagai macam minuman kemasan. Dengan gerakan cepat, Mutiara menurunkan kaca mobil Frans, menyapa bocah-bocah kecil itu dengan ramah.

"Haloo adik-adik manis," sapa Mutiara dengan ramah.

Bocah kecil laki-laki itu tersenyum. "Halo Kakak, oh iya aku mau nawarin minum nih, kakak mau beli gak?"

Mutiara mengangguk antusias. "Tentu, Kakak beli dua ya," ujar Mutiara, ia lalu mengambil dompet di dalam totebag yang ia pangku sejak tadi.

Bocah laki-laki itu dengan semangat membungkus dua buah minuman kemasan ke dalam kantung kresek, menyerahkannya kepada Mutiara.
"Ini Kakak minumannya,"

Mutiara menerima sekantung kresek berisikan dua buah minuman kemasan, kemudian ia memberikan selembaran dua buah lembar uang seratusan kepada bocah laki-laki itu.
"Ini uangnya, kalian habis ini istirahat ya. Inget makan siang juga. Ini adik kamu ya?" tanya Mutiara, masih setia menampilkam senyum manis di wajah cantiknya.

Bocah laki-laki itu terkesiap menerima uang dari Mutiara. "Maaf kakak, tapi ini kebanyakan," Mutiara menggeleng lalu menahan tangan kecil bocah laki-laki itu ketika ia ingin mengembalikan uang yang diberikan oleh Mutiara. "Ambil aja ya, itu udah rezeki kamu kok. Semangat ya jualannya."

Bocah laki-laki itu mengangguk antusias, mungkin usia nya sekitar sembilan tahun dan semestinya sudah duduk di bangku sekolah dasar untuk menuntut ilmu seperti anak-anak kecil lainnya. Namun apa boleh buat? dunia ini keras dan kejam, jika kita tidak berusaha dan tidak bekerja, untuk sekadar makan sehari-hari pun susah.

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now