-16.Mutiara Project-

1.4K 143 15
                                    

Mutiara tak bisa melunturkan senyumnya, senyum manis Mutiara mengalahkan manisnya madu. Bahkan wajahnya bersinar mengalahkan mentari pagi ini.

Sejak satu jam yang lalu, ia sudah sibuk membaca novel favorite yang baru ia baca kemarin malam. Ia juga sudah duduk dengan anteng di dalam kelas bersama Dion, Ari, Fauzi, Felly dan Indy.

"Astagaa, gak kuat gue baca nya gak kuattt!!" pekik Mutiara menutup wajah nya dengan kedua telapak tangan.

Felly dan Indy serempak melirik Mutiara dengan tatapan curiga.
"Lo baca apaan sih?"

"Baca novel romance, gilaa ya baperr bangett gue Fell," ujar Mutiara, akibat membaca novel itu Mutiara menjadi mesam-mesem sendiri sejak tadi.

"Heran gue, buku setebel 300 ampe 400 halaman aja lo demen banget, giliran baca buku panduan lo ngeluh ngantuk," timpal Indy seraya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Gue aja pusing liatnya, mata lo gak sakit baca tulisan buanyakkk kaya gitu?" Fauzi membuka suara nya, laki-laki itu sedang memakan sebuah snack yang ia beli di kantin tadi.

"Nggak lah, gak tau kenapa gue jadi hobby banget baca novel. Awal gue suka baca novel waktu gue SMP sih."

"Gue malah suka baca komik," kini Ari dan Dion ikut menimbrung.

"Gue kebalikannya, malah bingung kalau baca komik!" sahut Mutiara yang kini sudah memasukkan novel yang ia bawa pada totebag yang ia letakan di atas meja.

"Eh, eh gue tadi liat si Abi!!"

Mutiara menaikkan sebelah alisnya. "Terus?"

"Kayaknya dia lagi ada masalah deh sama Radha, nanti jam istirahat kita samper yuk?" kata Indy sambil menelungkupkan wajah nya.

Mutiara mendesah pelan.
"Gue tau betul apa permasalahan Abi sama Radha. Kalian tau sendiri pacaran berbeda keyakinan itu LDR yang paling jauh."

"Gue setuju. Lebih baik LDR sampe beda negara tapi ujung-ujungnya kita bisa satu. Tapi
kalau LDR beda keyakinan kita ngejalanin nya kaya abu-abu. Karna kita gak bakal tau ke depannya gimana," timpal Fauzi.

"Abi itu temen terdeket kita juga. Cuma emang dia jarang ikut nongkrong, yaa-- karna beda fakultas dan tugas dia lebih banyak. Tapi gue yakin, tuh cowok kalau udah nyangkut Radha bisa rapuh banget," Ari ikut berbicara. Abi memang termasuk teman dekat mereka. Terkadang Abi juga ikut gabung sekedar nongkrong atau berkumpul kalau laki-laki itu sedang free dan tidak ada tugas.

"Yaudah mau gimana lagi. Kita sebagai temen bisa support mereka aja. Nanti kita samper aja si Abi. Jangan sampe dia jadi sadboy," kekeh Dion.

"Pak Alven sekarang ngisi jam mata kuliah gak?"

Mutiara mengangguk.
"Ngisi. Tugas gue juga udah kelar sih,"

"Lo seneng gak jadi asdos nya Pak Alven?"

"Seneng lah, itu kan salah satu cara jitu untuk mendekatkan diri ke calon jodoh," sahut Mutiara dengan bangga nya.

Indy mencibir. "Halahh, duluu aja lo bilang gak suka jadi Asisten Dosen nya Pak Alven!"

Mutiara terkikik geli. "Gue tarik ucapan gue deh Ndy, Hahaha."

***

Kelas mata kuliah akuntansi yang ditunggu oleh Mutiara akhirnya tiba. Gadis itu beserta kedua buntutnya sudah duduk di deretan kursi nomor dua di kelas. Di atas meja Mutiara juga sudah lengkap berisikan buku panduan Akuntansi, satu buah binder doraemon dan satu buah bolpoin. Apapun yang dikatakan teman-temannya tentang dirinya yang pecitraan, Mutiara tidak peduli. Hari ini ia akan belajar memulai menjaga image baik nya di depan Alven.

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now