-17. Kata Hati Coffe-

1.3K 139 9
                                    

"Baik saya tutup kelas hari ini. Sampai jumpa minggu depan." ujar Alven menutup kelas akuntansi hari ini.

"Temui saya di ruangan." kata Alven pada Mutiara.

"Baik Pak."

Alven berjalan ke luar kelas, menutup pintu dan meninggalkan kelas Mutiara.

Begitu pintu tertutup, Indy bergegas bangun. Ia lalu menyambar kotak pensil yang dibawa Felly lalu mengetuk-ngetuknya di kepala Mutiara.

"Aw! anjir lo apa-apaan sih Ndy!" keluh Mutiara.

"Lo tuh gak ada kapok-kapoknya ya berurusan sama Pak Alven, heran gue!" tukas Indy.

"Lagian lo nulis apaan sih Mut? gue walaupun kagak nyatet tapi mata gue tetep lurus ke depan," Felly menimpali sembari mengemasi alat tulisnya ke dalam tas.

Fauzi, Ari dan Dion menghampiri Mutiara.
"Mana tadi lo gak ngerti materi nya, masih untung tuh dosen gak ngasi sanksi kelas kita Mut," ujar Fauzi.

"Gue bosenn kalii, yaudah gue nulis-nulis asal di kertas." Mutiara membela diri.

"Yaudah sana lo buruan ke ruangan nya Pak Alven Mut," tutur Ari, laki-laki itu sedang menyeruput kopi kaleng yang ia bawa di dalam tas nya.

"Jangan sampe gue kena sanksi lagi, hidup gue segini aja udah riweh bangettt!!" ujar Mutiara jengah.

"Ya siapa suruh elo buat ulah terus," kekeh Dion.

"Tega lo semua!" Mutiara memanyunkan bibirnya.

"Udahh sana buruan Mut, lo gak mau di hukum lagi kan?" titah Felly.

Mutiara menenteng totebag yang ia bawa dengan wajah lesu. "Yaudah gue duluan ya, see you guys!"

"See you!" ujar mereka serempak.

***

Mutiara sudah berada di depan ruangan keramat. Entah sudah berapa kali ia menghela nafas nya sejak tadi.

Tok.Tok.Tok

Mutiara mengetuk pintu, ia lalu mendorong knop pintu dengan hati-hati. Disana ia bisa melihat Alven sedang menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi dengan mata terpejam. Dilihat dari raut wajah Alven sendiri, Mutiara bisa melihat raut wajah lelah tercetak jelas disana.

Melihatnya membuat Mutiara menjadi merasa sedikit iba. Entah jam berapa dosen galak itu tertidur. Yang pasti Mutiara bisa melihat jelas bahwa kantung mata Alven sedikit menghitam akhir-akhir ini.

"Permisi Pak," kata Mutiara dengan berhati-hati.

Alven membuka mata nya perlahan, ia segera menegakan tubuhnya kembali.

"Ara." panggil Alven.

"Iya Pak?" sahut Mutiara dengan nada takut. Jujur, jauh di lubuk hatinya Mutiara belum terbiasa bila ada seseorang memanggil dirinya dengan sebutan Ara.

"Saya ingin bertanya satu hal," kata Alven menggantungkan ucapannya.

Mutiara meneguk ludahnya secara kasar. "Nanya apa ya Pak?"

"Kenapa pada saat mata kuliah saya kamu selalu lain-lain?"

Jleb!

Mutiara terdiam sebentar. Entah apa yang akan jawab pada dosennya ini. Tidak lucu bila ia mengatakan bahwa tadi di kelas ia sedang melakukan sebuah misi project. Mau ditaruh dimana wajah cantiknya ini?!

"Maaf Pak, tapi saya tadi cuma nyatet materi yang Bapak terangkan." ujar Mutiara berbohong. Ia menunduk tidak berani menatap wajah Alven.

Kedua tangan Alven bertumpu di atas meja. Perhatiannya penuh menatap Mutiara.

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now