-23.Prioritas-

1.4K 150 14
                                    

Keesokan harinya, di Minggu yang lumayan cerah tanpa mendung. Mutiara sudah selesai mandi, dirinya sedang bersantai menonton drakor sembari meminum secangkir cokelat panas. Seisi rumah Mutiara kini sedang kosong, kecuali Rey yang masih tertidur lelap di kamarnya. Desak dan Agus sedang pergi ke rumah paman Mutiara, entah ada urusan apa Mutiara tidak tahu mengenai hal itu.

Mutiara menyesap coklat panas, tanpa mengalihkan pandangan pada layar laptop. Hari ini Mutiara sudah memutuskan untuk marathon drakor, karna kemarin ia harus merelakan waktu menonton drakornya lenyap hanya karna Rey, si adik dajjal yang memaksa Mutiara untuk menemani cowok itu nongkrong dan membeli kopi.

Mutiara masih setia menatap layar laptop, kala ponsel di sebelahnya bergetar. Nama Alika tertera sebagai penelpon.

Mutiara sempat mengernyit heran, mengapa pagi-pagi begini Alika menelpon dirinya? Tanpa mengulur waktu, Mutiara dengan cepat menggeser ikon hijau, agar telepon tersambung kepada seseorang di sebrang sana.

Alika is calling..

"Halo Alika, ada apa?"

"Kak Tiaraaa, Kak Tiaraaa!" dari ujung sana, suara Alika terdengar cemas.

"Halo Alika, ada apa? kamu kenapa?" jawab Mutiara dengan nada tenang.

"Aku bingung, aku gak tau harus ngapain Kak, Bunda sama Ayah lagi ke luar kota dari kemarin. Ini Bang Alven deman, panas nya gak turun-turun, Kak Tiaraa please dateng ke rumah ya?" cetus Alika tak sabaran, sengalan gusar dapat Mutiara rasakan dari tempatnya.

"Hah?! Iyaudah-yaudah kakak kesana ya. Di rumah ada bubur gak?" Mutiara ikut panik, mendengar kata Alven demam. Pasalnya Mutiara tidak tau kalau Alven sudah berada di rumah. Laki-laki itu sama sekali tidak memberi kabar kepada Mutiara.

"Ada kok Kak, ini baru aja dibuat sama Bik Riri. Pokoknya Kak Tiara kesini aja ya, Alika tunggu. Byeee!" Alika memutus sambungan sepihak.

Setelah sambungan terputus, Mutiara beranjak dari tempat tidurnya, melangkah menuju lemari untuk mengganti baju. Tak lupa ia memoles sedikit bedak dan lipcream pada bibir nya agar terkesan lebih fresh.

Setelah sudah mengganti pakaian, Mutiara kemudian turun menuju lantai bawah. Mutiara berjalan tergesa-gesa, dipikirannya saat ini hanya memikirkan keadaan Alven.

"Busettt, pagi-pagi udah cantik aja, mau kemana lo Kak?" Rey membuka pintu kamar dengan wajah khas bantal.

"Mau ke rumah calon suami guee, bilang sama Papa, gue bawa mobilnya ya. Gue udah masakin lo sarapan, inget dimakan!" Mutiara sedikit berteriak agar Rey bisa mendengarnya.

Wajah Rey melongo saat Mutiara menyebut calon suami. "HEH! AWAS YA LO NIKAH MUDA! HATI-HATI BAWA MOBILNYA!" Rey tak kalah berteriak saat melihat Mutiara sudah memasuki mobil.

Mutiara mulai mengendarai mobil menuju rumah Alven, ia berharap jalanan tidak macet saat hari minggu pagi begini. Sebelum nya, Mutiara juga sempat singgah ke minimarket untuk membeli buah tangan.

***

Mutiara sudah sampai pada bangunan rumah megah dan luas, ia memakirkan mobilnya di garase rumah Alven. Mutiara datang membawa beberapa buah tangan untuk Alika dan buah-buahan untuk Alven. Tak lupa Mutiara juga membeli beberapa obat-obatan.

"KAK TIARAAA, KANGENN BANGET!" Alika memeluk Mutiara saat ia mengetuk pintu.

"Hai Alikaa, kakak juga kangennn kamu. Udah sarapan belum?" tanya Mutiara.

"Udah kok, makasih ya Kak udah mau dateng. Alika bentar lagi mau pergi kerja kelompok di rumah temen, titip Bang Alven ya?" ujar Alika raut wajah gadis remaja itu nampak memohon.

I Love You, Mas Dosen!Onde histórias criam vida. Descubra agora