-24.Love In Time Zone-

1.5K 128 13
                                    

Sesi curhat dimulai setelah perut kenyang karena diisi oleh cimol dan kebab ayam. Di kelas B2 jurusan management kali ini seluruh penghuni kelas sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Felly dan Indy sudah anteng duduk di depan Mutiara.

"Gue mau cerita deh, mumpung kelas lagi sepi, yang lain juga pada ngantin kan?" kata Mutiara membuka percakapan.

"Cerita apaan? serius banget muka lo, kenapa sih?"

Mutiara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum memberi tahu kepada Indy dan Felly. Kedua wajah teman Mutiara saat ini persis seperti hakim, sangat serius dan kedua matanya memicing.

"Ndy, Fell?"

"Kenapa Tiaraaaa, lo daritadi manggil-manggil kagak jadi ngomong!" sewot Felly memutar bola mata.

"Gue bingung harus ngomong darimana,"

"Ada apa? lo lagi ada masalah?" Indy membuka suara, setelah sekian lama hanya mengamati Mutiara.

"Gue.. gue udah ada status sama Pak Alven. Kemarin Pak Alven--,"

"Hah?! Anjir, anjirrrr!! Demi apaa?!" suara cempreng Indy membuat Felly dengan cepat membekap mulut temannya itu.

"Congor lo bener-bener pengin gue sumpel pake kaos kaki tau gak?!" ketus Mutiara.

Indy meringis. "Abisnya gue kaget, lo seriusan? kapan?"

Mutiara mengangguk "Kemarin, dirumahnya dia. Doi sakit sepulang pelatihan, nah adik nya malah nelpon gue. Gue kan panik yaudah dateng ke rumahnya, yaudah disana dia kaya nyatain perasaannya gitu lohh,"

Felly manggut-manggut. "Akhirnyaaa.. lo bisa ngambil hati dosen blasteran surga itu. Walaupun gue fans garis keras Pak Alven, tapi kalau sama lo ya gue rela-rela aja sih."

"Gue harap hubungan lo langgeng deh Mut, lo jangan plin-plan ya. Gimanapun umur doi lo udah gak muda lagi. Udah gak masih cinta-cinta monyet sebulan, dua bulan putus." ujar Indy sembari meminum cappucino cincau yang ia beli di kantin.

"Gue malah takut di ajak nikah astagaa!" pekik Mutiara tertahan sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Indy dan Felly saling bertatapan satu sama lain. "Lah si ogeb?! Lo tau kan usia Pak Alven udah gak muda lagi? ya walaupun masih dua puluh tujuh tahun. Lagian gak salah kok nikah, asal lo main aman aja gitu," Felly terkekeh dengan kata-kata ambigu.

Mutiara mendelik galak sambil melemparkan sebuah tisu. "Mulut lo sembarangan!"

Tawa Indy dan Felly pecah seketika. "Lo dibilangin ngeyel mulu. Lagian gak ada larangan kan mahasiswi dan dosen ada hubungan? Tapi setau gue kalaupun lo nikah sebelum lulus, paling yang bimbing skripsi lo dikasi ke dosen yang lain. Biar adil gitu."

Mutiara mendesah pelan. "Kira-kira gue di ajak nikah cepet gak ya?"

"Gue rasa sih iya. Lo tau sendiri Pak Alven orangnya kaya gimana kan? perfeksionis dan ber-prinsip banget." ujar Felly dengan gaya bicara yang di lebih-lebihkan.

"Tapi gak papa sih ya? Gue udah cerita sama bonyok gue sih tentang hal ini. Terus mereka fine-fine aja. Ya--asal kuliah tetep harus sampe wisuda walaupun gue nikah gitu di tengah jalan." kata Mutiara menatap Indy dan Felly.

"Nah iyaa! gue setuju sama emak lo Mut. Lagian lo harus bersyukur dapet laki modelan Pak Alven kaya gitu." timpal Indy.

"Abi, Dion, Ari, Fauzi udah tau hal ini belum?" Felly bertanya, cewek yang memakai liptint itu sedang berkaca pada kaca cermin yang selalu ia bawa kemana-mana.

Mutiara menggeleng lemah. "Belum, kira-kira reaksi mereka gimana ya?"

"Pasti sama kaya gue lah, shock." sahut Indy.

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now