-8.Poor Mutiara!-

1.6K 196 17
                                    

Keesokan harinya Mutiara benar-benar sudah siap untuk pergi ke kampus pagi-pagi sekali. Pagi ini Mutiara sudah tidak bisa tidur lagi karena Indy dan Felly serempak meneror dirinya sejak satu jam yang lalu. Pagi ini Mutiara menggunakan rok span sedikit di atas lutut, dipadukan dengan kemeja biru muda nya yang membuat dirinya semakin cantik.

Mutiara tak ada henti-hentinya menghela nafas pelan, di dalam hati nya sedaritadi Mutiara terus menerus mendumel kesal. Ia kini beralih menatap jam yang ia pakai di pergelangan kirinya. Menunjukan pukul tujuh pagi lewat lima menit.

Suara deru mobil terdengar di depan rumah Mutiara, membuat ia bergegas bangkit dari tempat duduknya semula, tak lupa ia pamit kepada kedua orang tua nya. Setelah pamit, Mutiara langsung menghampiri sang pemilik mobil honda jazz yang sudah terparkir anteng di depan rumahnya pagi-pagi begini.

"Pagi Tiara," sapa Frans dengan suaranya yang ramah.

"Pagi Frans, lo hari ini jemput gue?" tanya Mutiara bingung, pasalnya ia tidak pernah berjanji pada Frans bila pagi ini akan berangkat secara bersama-sama.

"Iya, maaf kalau gue mendadak. Lo belum ada janjian sama siapa kan Mut?"

"Ya--belum sih, palingan gue barengan dua buntut gue aja," kekeh Mutiara.

"Yaudah yuk masuk, nanti telat lagi," kata Frans, Mutiara pun kemudian memasuki mobil Frans.

Setelah dipastikan Mutiara dan Frans memakai sabuk pengaman, mereka lalu bergegas mengendarai mobil menuju kampus. Perjalanan menuju kampus dari rumah Mutiara kurang lebih lima belas menit kalau tidak terkena macet.

"Jadi gosip anak-anak bilang lo jadi asdos nya Pak Alven itu bener?" tanya Frans saat lampu trotoar berwarna merah.

Mutiara mengangguk dengan wajah lesu. "Iyaa Franss, duhhh gue gak habis pikir deh sama dia!"

Frans tersenyum tipis. "Udah gak papa, jalanin aja. Sampai kapan lo jadi asdos nya Pak Alven?" tanya Frans kembali.

Mutiara menaikkan kedua bahunya acuh. "Nggak tau, Pak Alven gak ada bilang masalah itu,"

Frans manggut-manggut. "Semangat dong, masih pagi, masak udah kusut aja itu muka?" kekeh Frans, membuat Mutiara ikut terkekeh juga.

"Lo mah orangnya ceria mulu ya Frans," celetuk Mutiara, Frans hanya tergelak saja, sesekali ia melirik Mutiara karna dirinya fokus menyetir.

"Yang pahit-pahit cukup diri sendiri aja yang tau," ucap Frans, Mutiara memandang wajah Frans dari arah samping.

"Bener juga ya? Lo kenapa jadi bijak banget?" tanya Mutiara pada Frans.

"Gue emang bijak kali, lo aja yang baru sadar," kata Frans membuat Mutiara mencibirnya pelan.

***

Setelah kurang lebih lima belas menit menempuh perjalanan. Kini mereka berdua pun sudah sampai di area kampus. Mobil Frans juga sudah terparkir rapi di area parkiran khusus mahasiswa.

"Kalau butuh bantuan, kabarin gue ya?" ujar Frans, tangan nya terulur mengacak pelan rambut Mutiara.

Mutiara seperkian detik terdiam karena perlakuan Frans. Ia dan Frans memang sedari dulu dekat. Tapi baru pertama kali ia melihat sosok Frans pagi ini berbeda. Mungkin hanya perasaan Mutiara saja?

Senyum Mutiara mengembang di wajah cantiknya. "Iya pastii, Btw, Thanks ya Frans. Gue duluan ya?" pamit Mutiara.

Frans mengangguk lalu melambaikan tangannya. "See you."

Mutiara segera melangkahkan kaki nya menuju ruangan dosen galak siapa lagi kalau bukan Pak Alvendo, berhubung mulai hari ini ia sudah menjadi asisten dosen nya Alven, ia harus menemui Alven di ruangannya terlebih dahulu. Hari ini baru hari pertama menjadi asisten dosennya saja Mutiara sudah mengeluh, apalagi hari-hari berikutnya?

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now