-6.Di Usir Dari Kelas!-

1.7K 221 17
                                    

"Mutiaraa! Kok lo tumben-tumbenan gak cerita sama gue dan Indy kalau lo tadi ke kampus di anter si Frans?!" Felly yang duduk di sebelah Mutiara langsung memberondongi nya pertanyaan. Felly berbicara sedikit berbisik nyaris tidak terdengar kalau saja Mutiara tidak mendekatkan telinga nya pada Felly.

Mata Mutiara penuh was-was menatap ke papan tulis depan dimana disana ia melihat Alvendo yang sedang menerangkan sebuah materi dengan gaya cool nya. Dosen tampan ini memang mempunyai daya Tarik dan pesona nya sendiri.

Mutiara sendiri saja bisa terpesona dengan cara dan gaya Alven mengajar. Sangat mudah dipahami mahasiswa. Tapi sangat di sayangkan, kelas menjadi sangat sepi. Mungkin bunyi nyamuk pun bisa terdengar jelas bila Alven sedang mengajar menerangkan materi.

Mutiara masih setia menatap gerak-gerik Alven, ia duduk di barisan nomor empat bersama Felly. Mutiara menopang dagu nya dengan tangan kiri, dan tangan kanan nya sibuk mengetuk-ngetukkan pulpen ke binder khusus mata kuliah kali ini.

"Lo denger gue gak sih?!" Felly menyenggol lengan kanan Mutiara, membuat Mutiara mau tak mau harus menatap ke arahnya.

"Apaan sih, gue tadi pagi emang di jemput Frans," sahut nya membuat Felly melongo.

"Lo udah ada hubungan sama si Frans?"

Mutiara menggeleng. "Nggakk astagaa, lo tuh curigaan banget deh sama gue," ketus Mutiara dengan suara pelannya. Jaga-jaga takut ia kepergok mengobrol saat mata kuliah masih berlangsung.

"Bukan gitu maksud gue, tapi parah banget sih lo Mut kalau gak cerita sama kita berdua," sambung Felly lagi. Buku catatan Felly pun kini hanya terisi baru setengah.

"IS LO TUH--" kata Mutiara sedikit berseru, kini anak-anak di kelas menatap ke arahnya dengan pandangan aneh dan was-was. Felly meremas tangan Mutiara, kini ia sama gugupnya. Mutiara merutuki kebodohannha sendiri.

"Siapa tadi yang berbicara?" tanya Alven dari arah depan. Kini dosen tampan itu tengah duduk di kursi kebesaran nya.

Hening. Tidak ada yang berani menjawab.

"Tidak ada yang menjawab? Oke, berarti nilai kalian semua D di mata kuliah saya." kata nya dengan enteng. Hal itu sontak membuat semua nya refleks menatap ke arah Mutiara dengan kode pandangan seolah-oleh mereka berbicara. "Lo cepetan ngaku!"

Dengan jantung yang berpacu dengan cepat Mutiara memejamkan mata nya sejenak. Ia lalu mengangkat tangan sebelah kanannya. "Mohon maaf, saya Pak,"

Alven menyilangkan tangan nya di depan dada. Kini pandangan Alven sulit di artikan. Pandangan mata nya tajam menatap Mutiara. Sampai-sampai Mutiara sendiri menunduk takut.

"Maju ke depan," perintah Alven yang mau tak mau Mutiara turuti. Mutiara lalu maju ke depan kelas.

"Kenapa kamu mengobrol saat saya menerangkan materi di depan kelas?"

Mutiara menunduk memilin jari-jarinya. "Maaf Pak, saya janji gak akan mengulangi nya lagi," kata Mutiara.

"Apa topik obrolan kamu lebih menarik dari materi yang saya terangkan?" ujar Pak Alven lagi.

Mutiara hanya bisa pasrah. Ini semua gara-gara si Felly yang memancingnya untuk mengobrol.

"Tidak Pak,"

"Mutiara Astasia Larasati?'

"Iya saya Pak," kata Mutiara mendongak menatap raut wajah Alven yang super datar.

"Tolong bawa tas dan alat-alat tulis kamu," ujar Alven lugas dan terdengar santai.Mutiara jadi bingung sendiri dibuatnya.

Mutiara menatap wajah Alven yang masih tenang namun datar. Mutiara menatap sekeliling kelasnya. Suasana kelas saat ini sangat hening. Seperti sedang berada di pengadilan dan mendapat vonis hukuman dari hakim.

I Love You, Mas Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang