Ia menggelengkan kepalanya. Tidak seharusnya dia ikut campur urusan orang lain. Deana kembali mengangkat bukunya untuk dibaca. Tapi belum ada satu menit, kegiatan membacanya terhenti kembali.

"De, ni kacamata lo, ketinggalan." Vero meringis kaku. Bisa-bisanya kemarin kacamata Deana lupa ia masukkan. "Oh, makasih ya."

Vero mengangguk dan berlalu ke rak buku-buku favoritnya. Ia mengambil satu, lalu duduk lagi di depan Deana. Deana sudah memakai kacamatanya lagi. Sepertinya tadi ia memakai kontak lensa, hanya saja warnanya sama dengan warna bola mata Deana, jadi tidak terlihat.

Vero fokus membaca salah satu buku favoritnya itu. Deana melirik Vero yang sibuk membaca buku. Dirinya bingung, bertanya atau tidak. "Ver."

"Hmm?"

"Gue mau tanya,"

"Tanya aja!"

"Mmm, lo tau soal Bryan?" Vero mengalihkan pandangannya ke Deana. Dia meletakkan bukunya dan menatap dalam mata Deana. "Soal apa?"

"Mmm, soal ... temennya yang dulu,"

"Vero?" Deana mengangguk. Deana agak takut saat bertanya. Dia takut Vero salah paham dan marah pada dirinya. Vero menghela napasnya. "Beneran mau tau?"

Deana mengangguk pelan. Vero tersenyum. Ia tahu Deana takut jika dirinya tersinggung. "Ikut gue entar!"

***

"Ngapain ke makam?" Vero hanya tersenyum menjawab pertanyaan Deana. Ia dan Deana mulai jalan memasuki kawasan makam. Tangan kanannya menenteng bunga dan air mawar.

Mereka berdua sampai di salah satu makam. Deana membaca nama yang tertulis di nisan makam tersebut. Alvero Lucano. Deana menolehkan kepalanya, menatap Vero. Nama depan mereka berdua sama persis.

Vero dan Deana duduk di batu dekat makam itu. Setelah mengucapkan salam, Vero memimpin doa. Kemudian, Vero menaburi makam Vero dengan bunga dan diguyur air mawar.

"Ini makam siapa Ver?" Deana mulai membuka suaranya. Vero masih terdiam, menatap makam itu. Vero menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan Deana.

"Lo percaya nggak? Kalo yang di makam ini itu gue?" Deana tersentak dengan keningnya yang berkerut itu. Maksud Vero apa? "Maksud lo apaan dah? Ya mana mungkin lah itu lo, lo aja ada di sini kok!"

Vero terkekeh. Tepat seperti dugaannya, pasti Deana tak akan percaya. "Tapi kenyataannya, itu emang makam gue, De!"

Deana mulai ketakutan. Apakah sosok yang di depannya ini bukan manusia? Apa dia semacam siluman atau sejenisnya? "Jangan mikir macem-macem, gue manusia!"

"Ya tapi lo ngomong kalo ini makam lo, ya gue takut lah oon!"

"Tapi ini beneran makam gue, Deana!"

"Jadi?"

"Lo percaya sama transmigrasi atau pertukaran jiwa?" Kerutan dahi Deana semakin dalam. Jadi, maksud Vero, Vero yang ada di dalam diri Vero itu, bukan Vero? Argh! Deana malah pusing sendiri.

"Gue mana percaya sama yang gitu-gitu!"

"Lo harus percaya, karna gue ngalamin sendiri."

"Ya udah ceritain apa yang terjadi?!"

"Gue juga bingung mau nyeritainnya gimana!" Vero menarik napas dan membuangnya. "Kenalin, nama gue Alvero Lucano, nama yang lo baca di nisan itu."

"Waktu itu, sekitar kurang lebih dua bulan yang lalu, gua balapan motor, malem. Nah gue kecelakaan tuh kan. Terus gue ngiranya gue meninggal, tapi seminggu kemudian gue bangun di rumah sakit dan ngeliat bonyok sama Vira."

"Gue pertamanya nggak tahu kenapa, tapi mereka kok ngaku kalo mereka keluarga gue. Gue sempet mikir kalo gue transmigrasi ke tubuh nih bocah, tapi gue mikir lagi, alah nggak mungkin gitu kan!"

"Terus, gua mulai percaya pas gue dapet potongan ingatan si Vero. Gue minta ambilin kaca kan sama Vira, dan gue kaget bet waktu itu. Kirain gua, gua bangun di tubuh cowok cakep gitu ya, eh ini, boro-boro cakep, jerawat semua muka gua!"

Deana menahan tawanya. Muka Vero terlihat kesal setengah mati saat menceritakan bagian ia melihat wajahnya. "Maap ya, Ver. Bukan maksud gimana-gimana lo ini! Tapi ya, lo kasih kek muka yang cakepan dikit ama gua!"

"Jadi yang di dalem makam ini?"

"Tubuh gue sama jiwa Alvero." Deana mengangguk. Mulutnya membulat, membentuk huruf O. "Oke! Gue percaya!"

Vero menatap kaget Deana. "Udah? Gitu doang? Lu langsung percaya?"

"Iya lah! Emang mau gimana lagi?"

"Gue kira lu bakal nggak percaya, terus lari dari makam sambil tutup mulut dan berhentiin taksi, dan lo pergi ninggalin gue sendirian di makam."

"Anjir! Gue nggak sedramatis itu ya! Kebanyakan baca novel lu!"

"Gue nggak baca novel!"

"Terus?"

"Baca wattpad!"

"Sama aja, bambang!" Deana menjitak kepala Vero. Vero meringis tapi dibarengi dengan kekehan kecilnya. "Ya udah, yuk pulang!"

"Gue pulang dulu ya, Bro. Mau nganterin cewek cantik, assalamualaikum!" Deana memukul pelan lengan Vero saat dirinya dikatakan cantik.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak manteman⭐

Thank you🦄

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now