Dua Puluh Delapan - Makan Siang yang Tertunda

10.3K 1.7K 108
                                    

Semenjak Loka mengikrarkan perasaannya dengan pengakuan tulusnya, Kila merasa dia makin dekat dengan laki-laki itu. Karena tak ada lagi rahasia yang tersimpan, serta sekarang Kila bisa melihat sosok Loka yang betul-betul menyayanginya sebagai kekasihnya, bukan hanya ketertarikan semata apalagi pelarian dari Amanda.

Hal itu membuatnya menjadi gampang salah tingkah, detak jantungnya makin menggila, dan otaknya dipenuhi wajah Loka setiap detiknya. Dia masih tak menyangka kalau dia bisa merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta, di umurnya yang sudah bukan ABG lagi.

Dia bisa merasakannya. Bahkan hanya dengan hal-hal kecil yang dia lakukan bersama Loka.

Seperti saat ini, berada di dalam sebuah rapat bersama laki-laki itu.

Terlihat di depan ada Viona, staff Loka, sedang memaparkan konsep promosi serta strategi pemasaran buku-buku cerita anak luar negeri yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

Sepuluh menit yang lalu, dia pikir rapat kali ini tak akan dihadiri oleh Loka, tapi ternyata sekarang di hadapannya ada laki-laki itu yang sedang menulis feedback nya di IPad. Wajah seriusnya begitu kontras dengan ekspresi cengengesan yang ditampilkan Loka saat sepulang kantor dan makan malam bersama Kila, atau saat mereka menonton film berdua dan dipenuhi celetukan-celetukan humor khas Loka.

Matanya yang sedang fokus memindai Loka melebar ketika mendadak laki-laki itu menatap ke arahnya, membuat pandangan mereka beradu.

Kila hampir tersedak karena Loka malah memberikan senyum manis padanya, yang langsung membuat dadanya berdesir. Badannya terasa kaku sampai tak bisa merespon senyuman kecil dari Loka yang biasanya akan membuatnya panik, takut ketahuan.

Untungnya Loka yang memutus pandangan mereka lalu kembali fokus ke Viona di depan, sementara Kila refleks menghembuskan nafas lega.

Fokus, Kil. Fokus.

"Oiya, sorry kalo OOT," sela Vira yang datang bersama Kila dalam rapat bersama tim marketing hari ini, "Berhubung tadi ada pesen dari anak HRD, minggu depan kita udah mulai dibantu sm anak intern, jadi nanti ada kerjaan yang dipegang sama mereka. Gue kirimin kontak mereka sesuai jobdesk mereka, biar mereka yang hubungin tim marketing soal beberapa buku yang bakal launching."

"Oke, Vir."

Rapat mereka berakhir setelah pengumuman dari Vira, yang membuat Kila bergegas membereskan laptop dan buku notes miliknya.

"Makan dimana? Kantin apa ke sebelah?" Tanya Vira yang tak jauh beda dengan pertanyaan beberapa orang di sebelah mereka yang sudah tak siap untuk makan siang.

"Lo duluan. Gue makan ntar."

"Hilih, ngapain sih nunda makan? Ga ngiler lo sama bebek bakar di bawah? Apa ayam geprek di resto sebelah?" Vira masih gigih mengajaknya.

Kila membawa barang-barang yang selesai dibereskannya ke depan dada sebelum menatap Vira. Sayangnya pandangannya malah teralihkan oleh sosok Loka yang tengah berbicara dengan Viona di ujung meja.

Viona terlihat melihat sesuatu di MacBook Loka dengan posisi tepat di sebelah laki-laki itu. Kepala perempuan itu sengaja berada dekat di samping Loka.

Kila refleks meremas bolpoin di jemarinya lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruang rapat, membuat Vira mengejarnya dengan bingung.

"Kil, Kila. Lo ngacangin gue sekarang? Oke, sana nggak usah makan siang. Sakit perut baru tau rasa."

Kila masih diam bahkan saat mereka di lift, hampir mendorong Vira untuk melabuhkan tangannya ke sudut bibir Kila, merasa kesal sudah dicuekin lalu ditinggal keluar begitu saja.

Morning, KilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang