Empat Belas : Jawaban Kila

11.6K 1.8K 105
                                    

Ada beberapa alasan mengapa selama 28 tahun Kila memilih memendam hasrat asmaranya jauh terkubur di dalam hati. Di antara perempuan sebayanya dahulu jaman sekolah, bisa dibilang Kila berada di lingkungan yang normal dimana teman-temannya mudah menjatuhkan hati pada laki-laki entah sekelas maupun beda sekolah. Kila menjadi saksi sebuah fase asmara yang meskipun tidak dia alami, tapi dia saksikan, dimana jatuh cinta, patah hati, senang duka, semua bermuara pada satu label bernama cinta. Mungkin bisa dibilang 'cinta monyet' kalau kasusnya masih jaman dia sekolah dulu.

Dia menjadi sadar betul bahwa perasaan seorang wanita seperti dedaunan di musim gugur yang gampang tertiup angin kesana kemari. Senang sesaat saat jatuh cinta, lalu menangis kemudian saat patah hati. Semua itu begitu nyata di depan mata Kila, tanpa mampu dia acuhkan begitu saja.

Sayangnya, selama usianya terus berjalan, dia tak pernah membiarkan dirinya untuk mencoba jatuh hati pada perasaan yang mudah terombang-ambing itu. Baginya, wanita istimewa itu adalah yang kuat menghindari fase jatuh cinta yang menakutkan. Fase yang membuat teman-temannya jauh dari akademis karena lebih memilih pacaran sepulang kuliah, atau menikah muda dan melepas karir yang seharusnya bisa diraih.

Seperti kakaknya, Mila. Di usianya 21 tahun dulu, dia mendapat gelar sarjana yang akan diraihnya satu semester kemudian, kalau saja seorang laki-laki kaya tidak menghasutnya untuk menikah dengannya. Seorang laki-laki yang baru Mila kenal kurang dari dua bulan, merupakan pemilik restoran tempat dia bekerja part time, berhasil memangkas mimpi Mila menjadi seorang ahli kehutanan seperti yang diidam-idamkannya sewaktu kecil.

Kila dulu sangat berorientasi kepada kakaknya itu, lebih daripada bagaimana dia menuruti kata-kata ibunya. Baginya, kakaknya adalah perempuan terbaik yang mampu memperjuangkan mimpinya, menembus keterbatasan keluarga mereka yang dulu banting tulang untuk membayar sekolah tiga putri di keluarga. Mila lah yang menjadi tolak ukur Kila dalam belajar, bahkan berambisi untuk mengalahkan prestasi yang didapatkan Mila.

Saat mendengar Mila menyerahkan mimpinya demi seorang laki-laki yang bermodalkan materi, Kila benar-benar tak habis pikir. Usianya waktu itu 15 tahun, baru masuk SMA favorit di kota kelahiran mereka, sedang di puncak-puncaknya dalam menghabisi semua mata pelajaran IPA. Lalu keputusan Mila untuk menikah bahkan tanpa memperjuangkan gelar sarjananya hingga akhir, membuat Kila membelokkan stir hidupnya ke bidang bahasa. Disana dia berusaha memijak jalan yang berbeda dari yang kakaknya ambil.

Baginya, cinta itu hal yang membuat wanita tak punya kebebasan untuk mencecap perasaan kuat sebagai individu. Haus akan kasih sayang seorang laki-laki, dan berakhir terbuai karenanya.

Dia berjanji untuk hidup seterusnya yang dia jalani, tak akan pernah mudah dikorbankan untuk perasaan yang mudah patah.

Nyatanya, dia berhasil. Mimpinya sudah berhasil dia raih demi menjadi editor yang menopang penulis-penulis berbakat di balik layar, mendorong karya-karya mereka dari belakang, dan yang paling penting...mencintai pekerjaannya sendiri. Itu lebih dari cukup untuk membuktikan ke keluarganya, terutama Mila, bahwa dia adalah perempuan istimewa di keluarga yang berhasil membanggakan keluarga karena prestasi dan karir. Bukan karena menikah dengan konglomerat.

Selama itu Kila berada di titik kepuasan akan keberhasilan karir yang dia bangun setapak demi setapak, tanpa mengenali makna cinta yang sangat dia hindari. Jadi ketika kebingungan demi kebingungan hadir selama kehadiran Loka yang membawa percik perubahan perasaan itu makin menguat, Kila benar-benar seperti baru menetas dari telur keluguan.

Siapa Loka? Mengapa dia bisa membuatnya merasakan hal-hal yang belum pernah dia rasakan sebelumnya?

Saat mendengar dengan jelas kalimat Loka yang menyatakan ketertarikan padanya, Kila tak bisa menyangkal bahwa dirinya mengharapkan hal itu terucap.

Morning, KilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang