Enam belas : Night Date

10.9K 1.6K 88
                                    

Sesi materi berlangsung hingga pukul 10 malam, membuat semua orang kembali ke kamar masing-masing kalau tak memukul pantat ya leher. Termasuk Kila, yang merasakan kakinya kebas duduk seharian. Dia terbiasa duduk berjam-jam, mengingat 99% pekerjaannya selalu berada di tempat menatap layar komputer. Tapi kali ini dia harus jujur kalau acara materi seharian ini membuatnya lelah sampai ke kepala. Makanya, dia membiarkan tubuhnya membentur ranjang dengan keras setibanya di kamar. Vira yang menjadi teman sekamarnya pamit ke kamar mandi duluan.

Dia tak tau kapan matanya terpejam. Tapi saat membuka mata, jam dinding menunjukkan pukul 12 malam. Badannya lengket dan dia kehausan.

"Vir? Lo di dalem?" Tanyanya di depan pintu kamar mandi yang tertutup.

Masa dari tadi mandi nggak kelar-kelar sih?

Kila membuka kenop pintu kamar mandi dan tak menemukan Vira di sana. Dia memutuskan mandi dulu. Mungkin Vira main di kamar Gladys, pikirnya.

***

Sambil merapatkan kardigan tipis di atas kaos pendek yang dia gunakan, Kila berusaha menelpon Vira lagi. Tapi status online tak juga muncul.

Saat ini dia berada di lobi bawah, duduk di salah satu sofa, menunggu sosok Vira yang tak dia temukan di kamar Gladys. Juga Gladys yang juga tak ada di kamarnya sendiri.

"Dasar kalian berdua," desisnya kesal setelah mencoba menelpon dua nomor mereka dan semuanya offline.

Pasti mereka berdua betulan keluar malam, seperti yang direncanakan.

Kebetulan hotel tempat mereka menginap berada dekat dengan Malioboro. Tengah malam gini pun juga pasti ramai dan banyak spot yang bisa mereka kunjungi sampai-sampai hape dimatikan.

Kila berharap banyak kalau mereka pulang dalam keadaan sadar, bukannya mabuk atau paling parah ketiduran. Ini pernah terjadi tahun lalu. Vira yang mabuk karena minum segelas bir di salah satu bar di Bali. Kalau bukan karena dia yang menyusulnya dan mencoba menyadarkan cewek itu sebelum kembali ke hotel, pasti udah habis Vira di tangan Awan.

Kila menatap lobi hotel yang sepi. Hanya ada dia, resepsionis, satpam, dan beberapa laki-laki yang duduk mengobrol di salah satu bangku. Kadang juga ada bule yang keluar masuk.

Kaki Kila terasa dingin, hanya memakai celana kain tipis yang angin malam terasa menusuk kulit, ditambah sandal jepit yang dibawanya dari rumah. Rambutnya dia gerai untuk menutupi leher yang dingin, dan tangannya erat dia dekap di depan dada. Dia tak sempat berganti pakaian yang lebih 'rapi' tadi, karena dia kira Vira hanya ke kamar Gladys. Dan dia juga langsung buru-buru turun ke lantai bawah, bahkan tanpa membawa dompet.

"Kamu berencana tidur di lobi?"

Kila tersentak saat sosok tinggi berada di depannya, membuatnya mengangkat wajah.

"Pak Loka?"

Alis tebal laki-laki itu menyatu di dahi, matanya menatapnya dengan ekspresi khawatir.

Badan tegapnya terbalut coat panjang selutut warna browny dengan celana kain hitam. Dia baru saja selesai ngobrol dengan manager HRD di restoran hotel sebelum kembali ke kamar, saat melihat sosok yang dikenalnya sedang duduk menunduk di sofa lobi hotel. Hanya dia satu-satunya wanita disana, sementara yang lain adalah laki-laki yang sedang mengobrol keras di salah satu meja. Beruntung rasa kantuknya belum menyerang, atau dia tak akan menyadari bahwa itu Kila, perempuan yang seharian ini menyita pikirannya.

"Kamu belum jawab pertanyaan saya, Kila," desak Loka yang masih berdiri di depan Kila.

Walaupun kaget dan tak menyangka akan bertemu laki-laki yang membuatnya gelisah seharian itu, Kila masih bisa berpikir rasional. Loka masih menjadi atasannya disini, bahkan lumayan dekat dengan Awan. Kalau dia bilang dua sohibnya itu sedang di luar entah-ngelayap-kemana di jam selarut ini, sama saja dia menggali permasalahan yang tak diinginkan.

Morning, KilaWhere stories live. Discover now