𝘅𝘅𝗶𝗶. 𝘀𝘂𝗱𝗱𝗲𝗻 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝗼𝗻 🌈☁️

322 39 4
                                    

hari ini seharusnya aku pergi ke sekolah tetapi, takdir berkata lain.

sekujur badanku lemas dan aku tampak tak sehat.

aku tak ingin melakukan apapun, aku ingin memejamkan mata sehingga aku bisa tidur terlelap namun, aku tetap tak bisa.

aku mendadak bisu dan tuli.

yang kini aku bisa lakukan hanya membuka mata dan terdiam.

sudah 2 jam louis belum berangkat ke sekolah karena, ia lelah merayuku untuk berangkat ke sekolah.

tapi, apa yang ia dapat?

hanya keheningan semata.

berulang-ulang ia mencoba untuk merayuku tentu masih belum ada respon dariku.

aku ingin menjawabnya tapi, aku tak bisa.

aku ingin memulai waktu dengan lembaran baru dan menikmati suka dan duka dimanapun kami berdua berada.

aku bisa melihat raut wajahnya yang sudah mulai tampak gelisah.

aku ingin tertawa dan mengukirkan senyum di bibirku saat ini.

namun, itu mustahil.

bayangkan saja, aku tak bisa senyum dan tertawa seketika.

mulut ini rasanya kaku dan tak dapat digerakkan.

sepertinya ia berbicara dengan seonggok batu dihadapannya.

aku bisa melihat langkah louis gontai menuju anak tangga untuk menemui paman dan bibiku.

aku juga belum sempat untuk menemui mereka.

mereka juga tak tahu jika louis kemarin menginap di kamarku.

entahlah, setiap aku cari pasti mereka berdua tak menampakkan batang hidungnya di rumah ini.

kini, aku mengalihkan pandangan menuju jendela.

aku merasakan jika rasa ini kembali pada diriku.

rasa bertahun-tahun yang lalu, saat aku kehilangan ibu dan anna.

mengapa aku mulai merasakan depresi lagi?

apa mungkin aku tak ingin kehilangan louis?

bisa jadi jika salah satu dari keluargaku atau keluarga louis yang akan menjadi sasaran pembunuhan oleh sosok gadis mistis yang aku sempat temui.

aku yakin itu bukan ilusiku.

tetapi, itu nyata.

TAP
TAP
TAP

aku bisa mendengar langkah kaki yang begitu bersamaan, mereka semua menuju kamarku.

louis, paman dan bibi.

bibiku sepertinya sudah mengerti mengapa aku begini.

mungkin ini adalah sikap yang tak diketahui oleh seseorang yang tak memiliki hubungan darah denganku.

"aku sudah mencoba untuk membujuknya ke sekolah namun, tak ada suara yang keluar dari mulutnya. aku sudah lelah untuk merayunya selama 2 jam", gerutu louis kepada paman dan bibiku.

kini, pukul 07.00 am.

tanpa aku sadari, air-air mata ini berhasil menerobos celah-celah kecil pelupuk mata.

bibiku yang menyadarinya lalu, mengusapkannya dan memelukku.

dalam pelukannya, bibiku sudah mulai menumpahkan seluruh air mata yang ia tampung sebelumnya.

aku tak membalas pelukannya, seketika kedua tangan ini kaku sehingga tak bisa digerakkan.

louis tampak kebingungan dengan apa sebenarnya yang terjadi.

"ini sebenarnya ada apa? apa yang terjadi?", louis pun bertanya kepada pamanku dengan tatapan yang tiba-tiba menjadi sendu yang penuh akan rasa penasaran.

"dia mengalami depresi psikotik, dan dia sempat mengalaminya sebelumnya. kamu tak mengetahuinya, ia seperti ini mengingatkanku akan kehilangan ibunya dan anna adiknya itu setelah beberapa bulan kedepan. gadis yang malang, ia sudah tak memiliki keluarga inti lagi", jelas pamanku yang membuat louis seakan-akan terkejut dan ia sempat berpikir 'mengapa ia tak pernah menceritakan ini kepadaku?'

louis sempat berpikir seketika, "tau gini, aku ga bakalan pindah tapi, dia udah terlanjur marah padaku ya apa boleh buat".

okay, he's totally not fine.

he's getting weak.

setelah itu, ia pamit kepada paman dan bibiku agar tidak telat sekolah dan berjanji akan kembali kesini lagi.

aku sudah tak bisa melihat keberadaannya lagi.

pamanku mencoba untuk menghubungi psikiater untuk memeriksa kondisiku terkini.

ngomong-ngomong, aku merindukan william.

bagaimana kabarnya ya?

aku ingin sosok seperti adikku dan sahabatku kini berada di sebelahku juga.

aku merasa kesepian setelah anna meninggalkanku untuk selamanya.

sudahlah, aku malas untuk memutar balik waktu tentang apa yang sudah terjadi pada diriku.

aku berusaha menyandarkan kepalaku di bantal.

aku ingin menghilangkan rasa depresi ini dari diriku.

rasanya sakit dan pelan-pelan siap untuk membunuhku.

disamping itu, kami semua kini hanya bisa menunggu keberadaan psikiater yang sudah dihubungi oleh paman dan berharap kondisiku tak makin memburuk.












to be continued - frail,
huwaa makin lumutan aja work-ku yang ini :(

𝗳𝗿𝗮𝗶𝗹 | ˡᵖWhere stories live. Discover now