𝘃𝗶. 𝗮 𝗿𝗲𝗺𝗶𝗻𝗶𝘀𝗰𝗲𝗻𝘁 🌈☁️

533 138 32
                                    

kini, kita berdua jalan pulang bersama. karena, memang kita bertempat tinggal di jalan yang searah.

sebenarnya aku tak mau tetapi, baru saja aku mendapat pesan dari bibiku.

eleanor davies
nanti kamu pulang bareng louis ya. kalo gak bareng, kamu gaboleh masuk ke rumah. tidur diluar aja sana :)
seen.

aku benci dengan pesan yang seolah-olah mengancam. mau gamau aku ngajak louis untuk pulang bersama.

"kamu tau enggak? aku kangen setiap kita pulang sekolah, pasti pulangnya bareng. pokoknya kayak perangko deh", kata louis tiba-tiba yang tidak menatapku namun, menatap jalanan yang mulai sepi karena, hari sudah mulai sore.

aku hanya menunduk dan mendengarkan celetohan seorang louis.

"aku kangen kita yang dulu", lanjutnya dengan menyeruput susu kotakan yang ia beli sebelumnya.

aku terdiam tetapi, aku juga kangen masa-masa kita yang dulu. kita putus juga karena, terpaksa.

"bagaimana dengan millie?", tanyaku yang masih menunduk dengan nada yang datar.

lalu, dia tertawa. aku bingung mengapa ia tertawa seolah-olah musuh sudah musnah dari dunia.

"kamu belum tau ya", ucapnya yang sesekali menyereput susu kotakan itu.

aku hanya menggelengkan kepala.

"millie sudah meninggal, semenjak ayahnya di penjara ketika terungkap sebagai pelaku pembunuhan adikmu. kejadian itu berlangsung sekitar 3 bulan setelahnya saat kamu menghilang entah kemana yang akhirnya kita ketemu juga ditempat yang sama", lanjutnya yang membuang susu kotakan yang ia minum ke tong sampah terdekat dengan cara freestyle yang tak biasa dari kejauhan.

aku terkejut, millie meninggal, kok bisa?

"aku tak tahu kejadian itu, sumpah. aku baru mendengarnya sekarang", kataku yang menengadahkan kepala dan sesekali menghadap ke louis.

"konon, dia depresi karena ayahnya dipenjara lalu, dia mengakhiri hidupnya dengan sia-sia", lanjutnya lagi yang bikin aku melongo.

"lalu, hubungan kalian gimana? kan semenjak gak ada aku, bukankah seharusnya kalian menjalin hubungan kasih karena, permintaan ayah millie?", tanyaku yang sungguh membuat hati ini retak.

"haha emang aku mau sama dia, ga akan. tau ga sih? ayahnya hanya menginginkan harta orang tuaku. aku tau rencana busuknya yang akan menghancurkan kehidupan kami sekeluarga. lalu, aku laporkan kejadian yang dulu ia lakukan kepada adikmu ke pihak kepolisian. tak lupa juga, bukti-bukti waktu itu aku foto dan videokan. lalu, ia menjadi buronan polisi selama 3 bulan", jelas louis yang panjang lebar.

aku kini mengerti kenapa ia bersikap seperti itu. tetapi, kenapa adikku yang jadi korbannya walau ia tak salah apapun? dasar psychopath.

sebelum ke rumah walaupun jarak kita berdua dari rumah tak jauh amat. kita berdua pun memutuskan untuk pergi ke taman yang hening dan bersegera untuk menyambut sunset.

"aku ingin bertanya kepadamu satu hal", louis pun tiba-tiba mengeluarkan sepatah kata dengan nada yang tak biasa.

"just go ahead", kataku yang masih menyaksikan indahnya sunset yang mulai melambai-lambaikan tangannya seakan-akan hari akan berganti ke malam hari.

"are you being okay?", tanyanya sekali lagi dengan tatapan yang intens.

wah, wah, wah. louis, kamu berhasil buat mulutku tertutup dengan rapat.

im feeling not okay as always as u can see.

why u don't still understand?

"a-aku–"

aku hanya mengucapkan kata "aku" namun, nihil kata yang lainnya naas tak bisa diucapkan.

louis hanya memiringkan alisnya seolah-olah bertanya dengan rasa mati penasaran.

"apaan sih, gausah nanya gituan deh. emang kenapa sih?", tanyaku kembali yang bikin dia bingung untuk menjawabnya.

dia terkejut jika aku bakal lempar pertanyaannya kembali.

"actually—"

louis pun menghembuskan nafasnya pelan-pelan dengan ketenangan.

"i always oversee in u by the distance but, u're being in facade and i know that u don't seem good as always, can u tell me what happen?", katanya yang begitu membuatku tercengang.

jadi, selama ini dia memantauku seolah-olah dia tau apa yang terjadi. padahal aku sudah tak mulai berhubungan dengannya semenjak kejadian anna yang tergeletak tak bernyawa di ranjang rumah sakit.

"apakah kamu selama ini sering memantauku dan kamu sering mengekoriku kemanapun aku pergi?", tanyaku yang sedikit meyakinkan.

"kalo boleh jujur, iya aku sering mengekorimu kemana kamu pergi tanpa sepengetahuan kamu walaupun kita waktu itu udah putus dan aku sering memantaumu dari jauh semenjak di glasgow. aku bingung mengapa keceriaanmu hilang begitu saja semenjak adikmu dibunuh dan orang tuamu bersikap sebaliknya. aku gak tega liat kamu sedih terus-terusan, patricia", ucapnya yang seolah-olah dia adalah seseorang yang sama seperti dulu.

louis yang aku kenal adalah louis yang khawatiran dan louis yang tidak tegaan.

ia adalah orang yang sama. ia tak ada bedanya dari yang dulu dan yang sekarang.








to be continued - frail,
maaf telat lagi huhu ㅠㅠ

𝗳𝗿𝗮𝗶𝗹 | ˡᵖTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang