𝘃𝗶𝗶. 𝘄𝗮𝗻𝗻𝗮 𝗯𝗲 𝗮 𝗳𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱? 🌈☁️

536 123 31
                                    

aku terbangun dari tidurku dan siap untuk memulai hari baru tetapi, aku baru ingat jika hari ini aku punya janji dengan seorang teman.

siapa lagi kalau bukan louis partridge?

semenjak aku pindah ke london, aku belum menjalin hubungan pertemanan dengan koloni yang baru.

jadi, hanya dia yang saat ini aku anggap sebagai seorang teman.

lalu, aku mengingat dialog-dialog yang kita telah ucapkan kemarin.

╰☆ reverse :::' (on)

"aku ingin kita kembali seperti dulu", ucap louis sesaat sunset telah hilang dari muka bumi dan bulan pun menyambut kita di malam yang hangat.

"maksudmu? sebagai seorang teman?", tanyaku yang masih diam dan merasakan udara dingin yang telah menembus tulang rusukku.

"mhm, m-m-mungkin", dia pun mulai berdiri dan mengajakku untuk jalan lagi agar sampai rumah.

"ayo kita pulang, nanti kalo kemaleman takutnya aku dimarah sama bibimu nanti haha", ajaknya yang mengundangku untuk berdiri juga dan melakukan hal yang sama dengannya.

"kira-kira kamu ada rencana atau acara untuk besok?", tanyanya lagi.

"kayaknya gaada. emang kenapa?", tanyaku kembali.

"aku hanya ingin mengajakmu ke suatu tempat tapi, aku gak tau kalo kamu suka atau gak", ucapnya yang begitu excited karena, aku sudah menganggapnya sebagai seorang teman.

"oh alrighty!", balasku yang mengacungkan tanda 'ok' ke dia.

╰☆ reverse :::' (off, back into the early chronology)

aku masih terdiam di ranjang dengan posisi terbaring. sumpah, aku masih ngantuk. aku memutuskan untuk tidur namun, rasanya ada seseorang yang ingin menggagalkan aksi tidur lanjutku ini.

sepertinya ada seseorang yang berusaha menyelinap di kamarku. aku tak melihat rupanya, aku hanya berusaha mengabaikannya.

mengapa aku tau jika ada yang menyelinap?

jendela dibuka lebar-lebar agar cahaya matahari pagi masuk dan menyengat pandanganku, air conditioner dimatikan, lalu pintu kamar dibuka secara lebar-lebar.

"jadi perempuan jangan males dong bangun pagi, inget kan sekarang kita ada janji", ucap cowo yang ber-jawline secara struktural yang sedang duduk di tepi dipanku.

aku terkejut, sejak kapan dia disini.

aku mendadak terbangun dan melotot ke arahnya.

"sejak kapan kamu disini? siapa yang ngijinin kamu masuk kamar?", tanyaku yang sesekali menguap karena, aku masih ngantuk.

"sejak kapan ya? sepertinya aku sudah cukup lama berada disini. yang ngijiinin? aku tadi lompat lewat balkon. siapa suruh gak dikunci pintu balkon?", louis menjawab sesekali memainkan ponselnya.

dasar manusia biadab, kenapa gak lewat bawah terus ketuk pintu. rumahku serasa rumahnya.

and wow, dia sudah lama berada disini tapi, look at his style.

dia sudah menawan, auranya pun terpancar diseluruh ruangan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

dia sudah menawan, auranya pun terpancar diseluruh ruangan ini.

"kenapa kamu tetap memperhatikanku? aku ganteng ya?", tanyanya yang menggunakan nada bicara yang aku tak suka.

nada bicara yang sedikit alay.

"hm, enggak kok. udah ah, lou. kamu keluar. aku mau tidur", sambungku saat aku menatakan posisiku agar aku dapat kembali tidur.

"eh eh eh, nona manis bilang apa? mau tidur? apakah kamu tega melihatku sudah menawan seperti ini? dengar, janji adalah janji", ucap louis yang menaruh ponselnya di dalam sakunya kembali dan mulai menatapku dengan pandangan yang serius.

nona manis katanya? ewh.

aku menarik selimutku dan menutupi seluruh wajahku.

lalu, dia menariknya.

aku menarik selimut lagi tapi, dia berhasil menariknya hingga jatuh ke lantai.

"ayo, kita pergi", ajaknya sambil memainkan kunci mobil di tangannya.

"besok-besok ya, plis. aku lelah hari ini", ucapku dengan memohon.

"janji adalah janji, ms. reene", ia pun menyenderkan badannya di ambang pintu dan hendak turun.

aku pun ngalah lalu, aku pun mulai bersiap-siap.

aku menutup pintunya agar dia tak merobos kamarku lagi.

mendapati sekitar 45 menitan, aku pun sudah siap dengan penampilanku yang sangat sederhana.

kaos putih, frog pants dan sneakers serta make up yang ringan. karena, kulitku sangat sensitif.

aku pun turun menuruni beberapa anak tangga.

louis pun melihat ke arahku dengan mata yang terbelalak.

"kamu cantik hari ini, nona manis", katanya yang berhasil membuat pipiku merah merona seperti kepiting rebus.

aduh, nona manis lagi. bahkan dia berhasil membuatku tersipu malu.

eh tapi, aku tak melihat keberadaan paman dan bibi.

kemana mereka ya?

tiba-tiba, louis pun memberikanku kertas sticky notes.

"ini tadi ditempel di kulkas", ucapnya yang memberikan kepadaku dan kembali duduk di sofa.

hi, sweetie!
maaf aku tak ada dirumah hari ini.
tadi pukul 5 pagi, pamanmu ada kegiatan proyek besar di luar kota jadi, aku terpaksa ikut karena, pamanmu merengek gak bisa hidup tanpa bibi. mungkin kami diluar kota selama satu bulan. baik-baik ya dirumah. inget di laci dekat dapur ada uang simpanan, kamu pake ya untuk keperluan kamu. oiya, kalo kamu ada apa-apa. jangan sungkan untuk hubungi louis atau keluarganya. rumah kita juga sebelahan kok.

sincerely,
eleanor davies

wah wah wah, aku bakal dirumah sendiri sepanjang hari.

"kamu bakal di rumah sendiri ya? tenang, nanti aku ngungsi disini", louis pun menarik tanganku dengan halus dan mengajakku keluar dari rumah lalu, masuk ke mobilnya.

"enak aja kamu, jangan berasa rumah sendiri dong", ucapku yang agak ketus ke dia.

herannya, aku tak menepis tangannya dariku. aku hanya terdiam saat dia menggandengku.

"pokoknya rumahmu adalah rumahku. nanti aku nginep pokoknya", jelas louis yang membuatku untuk mengalah di kedua kalinya.

di sepanjang perjalanan, yang ada hanyalah sebuah musik yang mengalun dan membuat perjalanan ini semakin canggung.

kita sudah lama tak seperti ini lagi ketika kejadian buruk telah menimpa. aku sangat merindukan hal itu. iya, masih terkenang di memoriku sepanjang masa dan selamanya.









to be continued - frail,
aku nulis apa sebenernya hue :(

𝗳𝗿𝗮𝗶𝗹 | ˡᵖWhere stories live. Discover now