#5

107 35 41
                                    

INCOMPLETE #5

Pelajaran pertama hari ini berlangsung dengan cepat. Pak Wayo selaku guru biologi mereka mendadak izin keluar setelah menerima telfon. Sontak saja, Seluruh murid bersorak gembira karna mendapatkan jamkos selama 30 menit sebelum berganti kepelajaran selanjutnya. Apalagi Pak Wayo tidak meninggalkan tugas apapun selain menyuruh mereka jangan ribut dan keluar kelas sampai jam pelajaran berganti.

Namanya juga murid di SMA Cemerlang itu kebanyakan anak bandel. Sudah pasti mereka tidak akan mendengarkan perintah Pak Wayo. Beberapa sudah ada yang nangkring kekantin termasuk geng-nya Cantika, ada yang duduk diluar kelas sambil ghibah, ada yang lagi nonton dipojok belakang—entah lagi nonton apa pake headset gitu, kalo kata Melia dan Raline sih mereka lagi nonton bokep, astagfirullah dua temannya itu memang suka suudzon tapi kadang emang suka bener, dan terakhir ada juga yang memilih untuk tidur padahal masih pagi.

Raline mengajak teman-temannya untuk berganti baju olahraga duluan, biar gak rebutan dengan geng-nya Cantika saat ditoilet nanti. Pelajaran olahraga mereka memang di jam kedua, sedangkan jam pertamanya sudah dijadwal untuk anak kelas XI - IPA 3.

"Vir, buruan. Lama amat." Protes Nora yang sudah menunggu dengan kedua temannya yang lain, mendekap baju olahraga mereka masing-masing.

Sedangkan Vira masih kebingungan mencari bajunya dimana. Padahal dari semalam dia sudah menyiapkan ditasnya. Gak mungkin sekarang gak ada.

"Ketinggalan Vir?" Tanya Raline.

"Gue bawa kok."

"Terus lu taruh dimana?"

Vira mendecak, "Gue yakin pasti ulah Cantika nih yang nyembunyiin."

Dia sudah membongkar tas dan mengecek isi lacinya. Namun hasilnya nihil.

Nora berdecak kesal karna merasa sudah kelamaan menunggu, "Kita deluan aja, lo cari dulu." tuturnya kemudian mengajak Raline dan Melia untuk meninggalkan Vira.

Vira mendongak, menatap Nora yang sudah berjalan lebih dulu disusul oleh Melia dibelakangnya.

"Jangan sampe izin ya Vir, ntar nilai lo kosong. Gue deluan." Raline menepuk bahu Vira sebelum berlalu mengikuti langkah kedua temannya itu.

Padahal Vira berharap mereka dapat membantunya kali ini. Ternyata benar ya, apa yang bisa kamu harapkan dari seorang teman kalau kamu lagi dalam keadaan susah?

Vira mendengus. Dia mengecek semua laci murid satu persatu, barang kali Cantika menyembunyikan miliknya diantara laci tersebut. Sampai di laci terakhir pun, Vira masih belum menemukan bajunya. Bahkan dia sampai mengecek dilemari kelas hasilnya tetap nihil.

Vira menggeram jengkel. Dongkol bukan main kepada Cantika. Ia yakin seratus persen cewek itu yang sudah menyembunyikannya. Tipe cewek licik yang senang melihat kegagalan orang lain.

Padahal hari ini ada pengambilan nilai terakhir untuk lompat jauh. Bagi siapa yang gak hadir, maka nilainya akan kosong. Tidak ada toleransi, Bahkan untuk yang izin sakit sekalipun. Makanya semua murid hari ini tidak ada yang absen.

Vira menarik nafas dalam, berusaha menahan emosinya. Dia tidak ingin meledak-ledak membuat keributan dikantin. Maka dia berusaha untuk sabar agar namanya tidak semakin tercoreng dihadapan guru-guru.

Percuma juga ia marah-marah tidak jelas. Cantika itu gak akan mau mengaku. Apalagi Vira tidak punya bukti apa-apa selain keyakinan didalam dirinya. Daripada membuang tenaga, dia lebih baik kekelas sebelah untuk meminjam baju dengan Keisya.

Biasanya jam olahraga memang selalu selesai lebih cepat. Guru olahraga mereka sebenarnya baik hati, selalu memberikan waktu 30 menit untuk muridnya berganti baju dan istirahat sebelum lanjut kepelajaran lain.

INCOMPLETE (On Going)Where stories live. Discover now