"Ini kamar lo, sebelahnya kamar gue, sebelah kamar gue kamar Vira, semoga lo betah ya tinggal di sini!" Bryan tersenyum dan mengangguk. Vero yang di depannya persis seperti Vero, sahabatnya dulu.

Vira berjalan mendekat ke arah Bryan. "Bryan, gue kan anaknya kurang bisa memahami materi pelajaran, nanti kalo tanya-tanya ke lu boleh nggak?"

"Boleh kok!"

"Halah! Bilang aja mo pdkt kan? Punya abang pinter aja nggak pernah nanya dikit pun!" Vira melotot ke arah Vero. Vero hanya menjulurkan lidahnya, mengejek Vira.

"Ya udah, sini gue bantu beres-beres!" Vero melangkah, kemudian membantu membawa koper-koper Bryan. Vira, anak itu membawa beberapa kardus yang memang tidak terlalu berat.

"Bryan, ini taruh mana?" Vira bertanya masih membawa kardus itu.

"Terserah, ntar gue beresin sendiri aja." Vira mengangguk kemudian menaruh kardus itu di atas meja. Vira melototkan matanya, dan berlari kencang menuju Vero.

"Kenapa?"

"Ada kecoa!"

"Dimana?" Vero beringsut mundur. Dia benci hewan kecil yang satu itu. "Ihh! Abang, bukannya ngusir kecoanya, malah ikutan mundur!"

"Gue jijik!"

"Udah biar gue!"

Bryan berjalan mendekati kecoa itu dan menangkapnya. Kemudian ia masukkan dalam kantong plastik kecil, ia ikat dan ia buang ke tempat sampah. Vero dan Vira akhirnya bisa bernafas lega.

Lo mirip banget sama Vero, gue nggak yakin kalo itu bukan lo! Mungkin lo amnesia atau lagi pura-pura?

"BRYAN!" Bryan tersentak mendengar teriakan Vira di sampingnya. Vira mengerutkan dahinya seolah bertanya kenapa? "Nggak gue nggak papa kok!"

"Oke lah! Kalau begitu, para lelaki yang terhormat, saya permisi mau ke dapur, ada yang mau dibikinin puding?" Bryan dan Vero lantas mengangguk kompak. Vira berlalu sedangkan kedua insan itu masih membereskan kamar baru untuk Bryan itu.

***

Ciit...

Suara mobil terparkir itu membuat seluruh murid yang berada dekat parkiran menolehkan kepalanya. Bahkan siswi-siswi di sana menatap malu-malu mobil itu.

Vero dan Vira keluar dari mobil itu. Sontak semua siswi-siswi berteriak histeris melihat Vero yang makin tampan setiap harinya. Vero kemudian mendekat ke Vira, dan langsung merangkul Vira yang lebih pendek darinya.

"Aw, pengen jadi Vira dong!"

"Adek meleleh bang!"

"Ya ampun Vero makin hari makin ganteng aja!"

Vero berdiri menunggu beberapa menit di samping mobilnya itu. "Ck! Lama!" tangannya terulur membuka pintu belakang mobil.

"Ayo buruan!"

"Gue turun nih?"

"Iya!"

"Beneran?"

"Lama lo!" Vero menarik turun paksa Bryan. Bisa-bisa dia telat karena menunggu Bryan yang ragu untuk turun. Mungkin, dia masih tak percaya bisa bersekolah di sana.

Siswi-siswi terdiam sejenak melihat Bryan. Tak bisa dipungkiri, wajah Bryan itu tidak kalah tampan dengan Vero.

"Oh my god! Itu siapa? Ganteng banget woy!"

"Itu anak baru ya?"

"Nambah kan populasi cowok ganteng di sekolah kita! Ah, jadi betah deh sekolah di sini!"

"Itu anak beasiswa kan? Jarang banget cowok dapet beasiswa."

Bryan menunduk tak nyaman. Ia tak suka jika dirinya menjadi pusat perhatian. "Woy ngapa bengong? Ayo!"

Bryan mengikuti langkah Vero dan Vira. Selama perjalanan banyak yang memperhatikan dirinya. Bryan jalan menunduk mendapati dirinya dilihat banyak orang.

Sekolahan ini benar-benar besar. Bahkan kaki Bryan sudah pegal bukan main hanya untuk masuk ke kelasnya. Bayangkan, dia harus naik ke lantai tiga hanya untuk masuk kelasnya.

Dan lagi, kelasnya terletak paling ujung dalam deretan kelas sebelas ini. Tapi Bryan berpikir positif, anggap saja ini olahraga sebelum memulai pelajaran.

Saat mereka bertiga masuk ke dalam kelas, suasana hening seketika. Siswa dan siswi menatap aneh Bryan. Bryan yang ditatap seperti itu, hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Lo perkenalan dulu! Sebentar lagi upacara!"

Bryan mengangguk. Dia berdeham agar suasana tidak terlalu canggung. "Mmm, kenalin nama gue, Bryan Cavero, semoga kita bisa berteman ya."

Sontak semua murid perempuan bertepuk tangan. Riuh. Suasana langsung kembali gaduh. Bryan mendengar beberapa teriakan histeris dari siswi-siswi kelas barunya.

"Wah namanya ganteng ya, kek orangnya,"

"Minta nomer telepon dong!"

"Ya ampun bang ganteng banget, nikahin aku bang!"

Bryan meringis melihat dirinya menjadi perhatian para cewek-cewek kecentilan ini. Vero tersenyum simpul. Dia tahu jika Bryan tak suka jadi pusat perhatian. Tapi mau bagaimana lagi? Itu juga salah wajahnya, kenapa harus terlalu tampan?

***

Jangan lupa kasih vote ya guys⭐

Thank you❤

Transmigration of Bad BoyWhere stories live. Discover now