WHAT!!!

24K 1.9K 76
                                    

Hap!

Gadis itu telah berhasil memasuki pekarangan rumah Brawijaya dengan cara menaiki tembok tinggi.

Rosa mulai membersihkan celananya dari sisa debu debu yang menempel di tubuhnya dengan mata yang fokus pada beberapa penjaga yang berada tidak jauh dari dirinya.

"Gue kemana dulu nih?"tanya Rosa pada dirinya sendiri sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pekarangan rumah itu.

"Gue nggak mungkin masuk ke rumah itu lewat pintu depan! Bisa bisa gue jadi adonan kue lagi"ucap gadis itu yang mulai melangkahkan meninggalkan tempat tersebut.

Gadis itu terus saja melangkahkan kakinya dengan hati hati, menelusuri pekarangan rumah Brawijaya yang nampak sangat luas itu.

Tujuan gadis itu sepertinya adalah pekarangan bagian belakang karena terbukti sekarang ia tengah berjalan ke arah belakang rumah tersebut.

"Bangke!"umpat gadis itu sambil berlari di dekat pohon hias yang ada di pekarangan tersebut.

Rosa bersembunyi di balik pohon hias itu dengan mata yang terus saja menatap satu orang bodyguard yang tadi tiba tiba muncul di dekat Rosa tapi untung saja gadis itu lebih dulu melihat bodyguard tersebut daripada sang bodyguard.

"Ruang gerak gue sempit banget lagi"kesal gadis itu.

Gadis itu keluar dari persembunyiannya ketika melihat bodyguard tadi pergi dari tempat itu.

Tanpa membuang waktu Rosa langsung berlari menuju ke arah satu satunya pintu yang berada di belakang rumah Brawijaya yang besar itu.

Gadis itu sudah berada di hadapan pintu yang ia maksud tadi dan sekarang gadis itu tengah menatap sekelilingnya dengan tangan yang sudah bertengger di gagang pintu itu.

Ceklek!

"Yes!"sorak gadis itu dengan pelan ketika pintu yang ada di hadapannya sekarang tidak di kunci.

Pintu itu di buka pelan pelan oleh Rosa dengan matanya yang terus saja fokus dengan keadaan sekitar.

Setelah itu, gadis ber-hoodie hitam itu mulai masuk ke dalam ruangan yang nampak sepi itu.

Ruangan tersebut nampak bersih dengan beberapa barang yang tersusun rapih dan sepertinya ruang yang gadis itu pijaki adalah bagian kecil dari dapur utama.

Gadis itu kembali menyusuri tempat itu dengan hati hati tanpa arah tujuan.

Rosa hanya mengikuti kemana langkah kakinya membawa dirinya karena memang rumah itu begitu sangat asing di matanya.

Rosa membulatkan matanya ketika melihat sosok wanita paruh baya dengan pakaian sederhananya tengah menatap dirinya dengan wajah kaget bercampur takut.

"TOLmmmmpppfff"

"Jangan teriak jika anda tidak mau mati"ucap Rosa yang sudah berhasil membekap mulut wanita itu.

Wanita yang mulutnya masih di bekap oleh Rosa mengangguk dengan pelan dengan badan yang sedikit bergetar karena takut.

Rosa membuka bekapan yang ia lakukan kemudian gadis dengan wajah sedikit pucatnya itu menatap wanita yang juga tengah menatapnya dengan tatapan menilai.

"Sepertinya dia pembantu di rumah ini"gumam gadis itu dengan sangat pelan.

"Kamu siapa?"tanya wanita itu pada Rosa.

"Saya bukan siapa siapa"jawab Rosa dengan pelan.

"Kami ngapain di sini?"tanya wanita itu lagi yang membuat Rosa menghela napasnya pelan.

Rosa (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang