10. Say It

611 143 57
                                    

Bubaran selepas shalat isya kali ini terlihat lebih sedikit daripada biasanya. Rekan sekawanan yang terlihat juga hanya ada beberapa.

Jika biasanya setelah shalat isya, Ben dan teman-temannya akan mengobrol dulu di warung depan. Kali ini tidak.

Tidak salah lagi.

"Bi, ai bala-bala can aya deui?" (Kalo bakwan belum ada lagi?)

"Keur digoreng keneh, jang." (Masih digoreng.)

"Seunah garingnya, abeh mantep!" (Buat garing ya, biar mantep!)

Itu Ben yang berbicara dengan pemilik warungnya, ia sedang berburu bala-bala hangat yang sangat cocok dimakan setelah hujan seperti ini.

"Ril, lusa jadi ke Bandung?" Bang Umin bertanya pada Chairil. Chairil yang tengah mengunyah tahu isi itu mengangguk.

"Jadi kok, kenapa emang bang?"

"Nitip peyeum 5 kilo mah."

"Sakeur naon ni loba gening?" (Buat apaan kok banyak banget?) Ben kini menimbrung, duduk di sebelah Chairil sembari menyeruput teh hangatnya.

"Pamajikan aing nu hayangeun." (Istri gue yang mau.)

"Fix ngidam etamah!"

Bang Umin mendelik mendengar ucapan Ben yang selalu asal jeplak itu. Ngidam apanya? Orang istrinya itu sedang menstruasi kok!

"Yang belom punya bini gausah sok tau!" Sambar Jade sembari mengambil pisang goreng.

"Bacot!" Ben langsung menyahut sinis.

Jade dan Bang Umin tertawa menanggapinya. Suasana di warung itu nampak hangat dengan obrolan ringan dari para mulut bujang dan juga bapak- bapak muda.

"Ngapain ke Bandung? Kan kampus masih pada libur." Tanya Dion pada Chairil.

"Ada rapat, gatau rapat apaan."

"Rapat pemecatan dosen jomblo kali." Sambar Ben.

Tiba-tiba Chairil menbawa kepala Ben untuk ia apit diantara tangan dan juga ketiaknya.

"Mati lu! Mati lu!" Ujar Chairil gemas sendiri. Dengan tenaga yang tersisa, Ben memukul tubuh Chairil dengan tangannya. Kemudian ia berhasil melepaskan diri dengan wajah yang memerah.

"Goblog! Tega sia, aing can kawin rek dipaehan tiheula." (Tega lu, gue belom kawin mau dimatiin duluan.)

"Makanya gausah bahas kejombloan, emang lo gak ngaca?!" Chairil berkata dengan nada tinggi.

"Ya 'kan gue cuma bercanda!" Sahut Ben masih tidak terima karena hampir mati diapit oleh kawan besarnya itu.

Bang Umin tiba-tiba saja sudah berdiri di dekat Ben dan juga Chairil. Laki-laki yang paling tua di antara mereka semua itu memegang kepala Ben dan juga Chairil. Lalu.. bugh!

"Sekali lagi berantem di depan gue, gue kebiri lo berdua!" Bang Umin menoleh ke belakang, "Ini juga berlaku buat semuanya!"

Tanpa penolakan, mereka semua yang ada di sana meneguk air ludah kemudian mengangguk patuh.

-

"Gile, Bang Umin kalo ngejedodin kaga kira-kira tenaganya. Jadi benjol gini jidat gue, setannnn." Gerutu Ben saat ia dan Chairil tengah berjalan bersama menuju rumah masing-masing. Kebetulan, rumah mereka berdua satu arah dari masjid.

"Lo yang mulain! Makanya jangan bikin onar mulu jadi manusia!"

"Lo-nya aja yang baperan!"

"Bukan baperan goblog, laperan!"

AbditoryWhere stories live. Discover now