"Apa jangan-jangan ...." Kayra menjeda ucapannya, kedua tangannya kini telah bertengger di pipinya serta mulut yang terbuka lebar.

"Yanto, kembaran lo ada di negaranya bias gue? Sumpah demi apa!" celetuk Ria ikut-ikutan sok histeris.

"Gak usah ngaco lo berdua. Gue gak ada sodara dari sono," sanggah Yanto melebarkan matanya. Dirinya tak terima disama-samain dengan banci Thailand.

"Astaga Yanto. Kenapa lo gak bilang," ujar Kayra dramatis.

"Pokoknya lo harus bilangin kembaran lo, suruh dia salamin gue sama jodoh gue yang ada di sana. Harus, pokoknya harus. Gak ada penolakan." Suara ini adalah milik Ria. Gadis berambut lurus sampai bahu itu memang sangat bucin dengan Aktor Thailand. Siapa yang membuat Ria sampai menyukai para Aktor Thailand? Tentu jawabannya adalah Kayra. Sosok Kayra Aluna lah yang mencemari otak Ria dengan karisma mereka. Bahkan dirinya tak menyangka, Ria kini lebih bucin darinya. Sungguh sebuah penghargaan untuk Kayra.

Yanto menghela napas pasrah. Dirinya tau, jikalau berurusan dengan salah satu dari tiga gesrek itu, siap-siap saja menerima kekalahan.

"Serah ei serah. Gue sebagai cowok tulen ngalah," gumam Yanto lalu memperbaiki barisannya kembali. Matanya menangkap Pak Tu'er yang menatapnya dengan datar. Bukan hanya menatapnya, tetapi menatap mereka semua.

Yanto menelan salivanya dengan susah payah. Dia melirik ke samping kanan dan kiri. Teman-temannya yang lain masih asik dengan kegiatannya sendiri tanpa menyadari kini Pak Tu'er sudah sangat geram dengan tingkah anak kelas XII IPS 2.

Suara peluit terdengar sangat nyaring menusuk memasuki lubang telinga. Tak salah lagi, suara peluit itu berasal dari tiupan guru olahraga yang memiliki paras yang cukup tampan itu. Jangan salah, Pak Tu'er memiliki tubuh yang atletis.

Di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, Pak Tu'er masih memiliki status single, alias belum kawin. Gak percaya? Kayra bisa membuktikan.

Sekitar dua tahun yang lalu, tepatnya saat Kayra masih menginjak bangku kelas sepuluh. Dirinya terperanga dan terkejut karena sebuah fakta, bahwa guru olahraga yang bernama lengkap Raden Rosi masih berstatus single. Kenapa bisa Kayra tahu soal itu? Bukan karena Kayra cenayang yang bisa tahu segalanya, melainkan karena dia melihat sendiri sebuah kartu yang berwarna biru lengkap berbagai tulisan identitas di sana. Kartu itu disebut dengan nama KTP. Dalam kartu itu terdapat identitas si pemilik, dan tentunya sebuah foto yang bisa dijadiin meme.

Pertanyaannya, mengapa bisa KTP Pak Tu'er berada di tangan Kayra waktu itu? Memang pada dasarnya sikap Kayra jahil dan bar-bar, jadinya dia  berinisistif untuk membuat guru olahraga tampan itu kesal. Dan terjadilah aksi copet-mencopet yang dilakukan Kayra kepada Pak Tu'er. Untung saja guru tampan itu tidak memberikan hukuman atas apa yang telah diperbuatnya.

Seketika semua murid dari kelas 12 IPS 2 itu menghadap kembali melihat Pak Tu'er. Ternyata guru tampan itu memandang mereka tetap dengan wajah datar.

Pak Tu'er menghela napasnya kasar. Semua siswa 12 IPS 2 itu menatap Pak Tu'er dengan rasa takut, takut kena hukuman.

"Bapak ada rapat," ucap Pak Tu'er yang membuat Kayra beserta teman-temannya menatap guru itu dengan mata yang berbinar.

"Serius, Pak?" celetuk Viona dengan mata melotot senang.

"Jangan serius-serius, nanti ujungnya sakit." Ucapan Pak Tu'er itu membuat semua anak didiknya bersorak.

"Apanya Pak, yang sakit?" tanya Ria ambigu.

Pak Tu'er memilih mengabaikan pertanyaan anak didiknya itu. Dirinya tak punya banyak waktu untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan siswa 12 IPS 2 yang kadang tidak masuk di akal. Tak pernah luput juga sebuah pertanyaan yang bersarang di otaknya. Cuma kelas 12 IPS 2 lah yang berani memperlakukan dirinya seperti ini, kenapa mereka berbeda?

"Sudah cukup. Karena Bapak ada rapat, jadi kalian bisa belajar olahraga sendiri-sendiri ...." Belum selesai Pak Tu'er menjelaskan, suara Viona kembali terdengar.

"Yah, Pak. Ketauan banget jomblonya, pake cara sendiri-sendiri lagi," ujar Viona sambil menekuk bibirnya.

"Makanya cari pacar. Kayak gue nih," ujar Yanto lalu merangkul salah satu siswi yang diketahui itu adalah pacarnya bernama Sari.

Viona memutar bola matanya malas. "Lo pikir gue iri? Enggak sama sekali!!" sanggahnya menatap sengit Yanto dan Sari.

Yanto tak membalasnya, melainkan menjulurkan lidahnya serta tatapan mengejek dia berikan kepada Viona.

"Sudah drama-dramaannya?" Ini adalah suara Pak Tu'er. Guru itu nampaknya telah lelah menghadapi murid-muridnya. Capek ya, Pak? Sama, saya juga. Capek nunggu dia peka, tapi.

"Gak ada drama di kehidupan real ini, Pak!" seru Ria yang ada di barisan paling belakang.

"Lo salah, Ri. Di kehidupan real ini semuanya cuma drama," celetuk Neni, salah satu teman sekelasnya.

"Lo berdua salah. Di kehidupan real ini, ada yang banyak drama ada juga yang sok drama," kata Abdul. Yanto mengangkat tangan kanannya lalu disambut oleh cowok itu, mereka melakukan tos. Bukan adu tonjos.

"Semuanya salah. Cuma gue yang bener." Kayra pun bersuara, bermaksud ikut-ikutan biar tambah ramai.

"Enggak ada, cuma gue yang bener ...." Lapangan itu seketika berubah menjadi pasar. Suara ribut yang dikeluarkan oleh murid kelas 12 IPS 2 yang berjumlah 28 orang itu mampu mengalahkan ramainya tempat penjual ikan di pasar. Pak Tu'er yang sedari tadi melihat mereka semua lantas memijat pelipisnya merasa pusing.

Lagi dan lagi, suara peluit kini terdengar. Cuma bedanya, kali ini cukup nyaring sehingga siapa saja yang mendengarnya bisa budek seketika.

"Kalian semua itu apa-apaan. Guru masih ada di depan, kalian asik mengoceh gak jelas. Suara kalian itu melebihi suara ribuan ayam di kandang."

"Ayamnya mati kali, Pak," celetuk Yanto yang langsung mendapat tatapan tajam dari Pak Tu'er.

"Kamu yang mati!" tukas guru tampan itu. Yanto menundukkan kepalanya sambil mengoceh.

"Ayam aja bisa diam. Masa kalian nggak!" kata Pak Yanto dengan urat lehernya yang tarik-menarik. Awas Pak, putus.

"Bapak bisa diam?" tanya Ria yang langsung mendapat anggukan dari Pak Tu'er.

"Ya jelas bisa," jawabnya.

"Berarti Bapak, ayam dong." Pernyataan Kayra itu langsung mengundang tawa teman-temannya. Lapangan yang tadinya sudah sepi kini kembali ramai akibat suara tawa dari mereka semua. Pak Tu'er sudah tidak kuat, dirinya merasa ternistai. Sudah cukup, dirinya tidak ingin dipermalukan lagi.

"Dah lah. Bye!" Pak Tu'er berjalan meninggalkan mereka yang masih tertawa. Akan tetapi, tawa mereka kembali keluar cukup keras karena mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Pak Tu'er. Mereka tidak menyangka, guru tampan yang selalu menampilkan wajah datar itu ternyata bisa berkata demikian. Cukup terdengar aneh memasuki pendengaran.

🍁

🖇 Quotes of the day :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🖇 Quotes of the day :

"Jangan sesekali meremehkan si wajah datar. Sini kubisikin, si wajah datar biasanya diam-diam menghanyutkan."

Freak Couple : Nikah SMA [TAMAT]Where stories live. Discover now