PART 63

1.7K 155 15
                                    

Jangan lupa memberikan 🌟 sebelum membaca cerita ini

"Bedebah sialan." Ucap denis dengan nada kecil sembari melirik sinis ke arah seseorang yang ia duga-duga pada percakapan kemarin. Amarah Denis kian meluap di atas motor, saat melihat seorang pria menggunakan motor vespa yang ia kenali perawakan-nya. Ia mengamati mangsanya pagi ini dengan seksama, ia menarik kebelakang pedal motor-nya dengan amarah yang menggebu-gebu. Dari jarak jauh dan dalam hati kecil Denis, ia berniat untuk menabrak lari siapapun orang yang berniat mengusik keselamatan serta hidup saudara kembarnya. Dan saat beberapa meter lagi motornya akan berpapasan dengan motornya yang ia incar penunggang-nya.

'GUA PENGEN NGELINDUNGIN DIA, BUKAN MALAH NAMBAH NYELAKAIN DIA NIS.' Kalimat yang kemarin keluar dari mulut abang ipar-nya itu tiba-tiba saja terlintas pada ingatan Denis.

'LU SEBAGAI ADIK, HARUSNYA LU SABAR. KALO LU GEGABAH KAYA GINI. ORANG ITU MUNGKIN MALAH AKAN NGELAKUIN HAL YANG LEBIH DARI INI.' Kelimat demi kalimat terlintas jelas di ingatan Denis. Perkataan dari abang ipar-nya itu memang ada benarnya juga, ia tak harus gegabah dengan emosi yang menyelimuti perasaan-nya sekarang. Ia harus bisa berhati-hati dalam mengambil langkah, ia tak boleh sampai jatuh ke dalam jurang karna emosi yang tak dapat ia kontrol dengan baik.

Denis mengurungkan niat buruknya untuk mencelakai orang tersebut, ia menarik kembali pedalnya kebalakang hingga tak ada ruang pada pedal motornya. Denis meluruskan pandangan-nya saat tancap gas, dan lagi, saat motor kesayangannya itu mulai men-sejajari vespa tadi, sekilas ia melirik ke arah seorang laki-laki yang sekarang ia pandang bak musuh. Ia melirik dengan tajam tanpa sepengetahuan orang itu. Setelah itu, ia langsung mengalihkan kembali pandangannya ke arah jalanan dan fokus pada arah menuju sekolah. Sekitaran 8 menitan, akhirnya motor Denis memasuki pekarangan sekolah. Area sekolah juga sudah lumayan di padati oleh beberapa murid yang baru datang, beberapa murid dengan kendaraan-nya masing-masing sibuk memarkirkan kendaraan mereka. Denis langsung mengarahkan stang motornya ke arah tempat parkir, dan seperti biasa, kedua sejoli-nya itu telah menunggu-nya di parkiran. Denis langsung mensejajarkan dan menstandarkan motornya dengan motor kedua sahabat-nya itu di parkiran. Denis melepaskan helm dari kepalanya, dan segera turun dari atas motor. Amarah-nya masih belum juga reda, seumur-umur ia hidup, ia belum pernah mau menuruti serta tak melanggar apapun yang orang lain perintahkan kecuali keluarganya. Baru kali ini saja, ia di ambang perasaan bimbang oleh perintah serta perasaannya yang tak bisa ia mengerti.

"Kenapa lu? Lagi ada masalah? Tumben amat kusut tu muka." Ucap Dika sembari merangkul serta menepuk pelan bahu Denis. Denis pun hanya melihat ke arah kedua sahabatnya itu, ia tak menjawab pertanyaannya dan malah langsung pergi meninggalkan keduanya.

"Ada masalah apaan dia?" Tanya Dika ke Kiki, Kiki pun menaikan bahunya tanda tak tahu.

"Udah lah, susuk aja yo." Ucap Kiki sembari menarik tangan Dika untuk pergi dari parkiran dan menyusul langkah Denis. Kiki dan Dika mempercepat langkah kaki-nya untuk mensejajari langkah kaki-nya dengan Denis. Kedua sahabat-nya mungkin sudah hafal gerak-gerik sahabatnya ini. Mereka membiarkan Denis berdamai dengan amarahnya sendiri terlebih dahulu.

"Lu berdua masuk kelas duluan aja, gua mau cabut ke kantin satu mapel pertama." Ucap Denis sembari memberhentikan langkahnya dan melihat ke arah kedua sahabatnya itu.

"Yaelah kaya ama temen yang baru sehari dua hari lu." Ucap Dika sembari menyenggol pelan bahu Denis. Dika pun langsung merangkul pundak Denis dan melanjutkan perkataan-nya tadi. "Udah ayo, kita temenin, ye ga?"

MARRIED WITH SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang