-2.Tes Dadakan-

2.8K 277 92
                                    

"Kelas saya tutup sampai hari ini, sampai jumpa minggu depan." suara tegas Dosen muda itu mengintrupsi ruangan kelas Mutiara.

"Mutiara Larasati, apakah masuk kelas hari ini?" tanya nya sebelum benar-benar pergi meninggalkan kelas.

Mutiara mengangkat salah satu tangan kanannya. "Saya Pak,"

"Oh kamu Mutiara? silahkan ke ruangan saya." perintahnya yang pasti mau tidak mau Mutiara angguki saja.

Dosen muda itu keluar kelas yang setelahnya langsung riuh dengan sorakan mahasiswa yang bergerombolan menuju kantin. Beberapa di antaranya ada yang mojok di kelas, ada yag nangkring di depan kelas menggoda setiap perempuan yang lewat ada pula yang heboh bermain game melalui ponselnya.

"Sumpahh Mutt, lo buat kesalahan apalagi sih sih sama Pak Alven?" tanya seorang gadis yang kini memasukkan sebuah binder ke dalam totebag nya. Ia adalah sahabat Mutiara yang bernama Felly Sevilla, tentu saja salah satu jajaran mahasiswi yang sangat mengidolakan dosen muda dan tampan itu.

"Ih apaan, gue aja baru sekali diajarin sama tuh Dosen," sahut Mutiara sambil mencebikkan bibirnya kesal.

"Lo sih waktu itu pake telat masuk, masa iya waktu itu jalan macet?" timpal Indy Amalya, salah satu sahabat Mutiara juga.

"Ya itu sih alibi gue aja, yakali gue bilang gue telat bangun?" tukas Mutiara ketus.

Indy dan Felly tergelak mendengar ketusan Mutuara. "Udah sana, jangan banyak bacot. Mending langsung ke ruangan Pak Alven," titah kedua sahabatnya itu. Tanpa menunggu waktu lama, Mutiara meninggalkan mereka dan langsung menuju ruangan Alvendo.

Tok, Tok, Tok.

"Permisi, Pak." Mutiara membuka pintu ruangannya dan melihat Alven yang sedang duduk di salah satu sofa khusus miliknya. Mutiara menarik nafasnya, tentu saja ia sangat gugup berhadapan dengan dosen muda yang saat ini tepat berada di hadapannya.

"Kemana saja? Cepat kemari." Tuhkan, belum juga Mutiara berbicara banyak, sudah mendapat semprotan saja.

"Mohon maaf Pak, tadi saya ke toilet sebentar. Saya gak telat-telat banget kan Pak?"

"Yasudah terserah kamu saja." sahut Alven acuh, ia menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Mohon maaf Pak, kalau boleh tau saya dipanggil kesini ada masalah apa ya Pak?" tanya Mutiara.

"Oke dengar, teman-teman kamu sudah mengikuti tes mata kuliah saya tempo hari lalu. Beberapa di antara mereka nilai nya ada yang memenuhi target dan ada yang tidak."

"Loh tapi Pak? saya kan belum ikut tes? waktu itu kan Bapak nyuruh saya keluar kelas?" tanya Mutiara menatap Alven. Bagaimana bisa, kalau hanya dia sendiri yang tidak mengikuti tes dan tidak dapat nilai? Itu sama saja bunuh diri sendiri, mempertaruhkan nilai-nilai Mutiara kedepannya nanti.

"Siapa suruh kamu terlambat?" tanya nya sarkas, Mutiara hanya bisa meneguk ludahnya di tempat.

"Maaf Pak, waktu itu jalanan macet," ujar Mutiara dengan suara pelan.

"Yasudah, sekarang saja mulai tes nya," ujar Alven, lagi-lagi membuat mata Mutiara membulat sempurna.
Apa katanya? tes sekarang? walaupun Mutiara sudah belajar semalam, bukan berarti ia bisa mengerjakannya dengan tenang kan?

"Sekarang Pak? di kelas aja boleh gak Pak?" ujar Mutiara lagi bernegoisasi kepada Alven yang kini sedang memutar-mutar pulpennya.

"Disini saja. Kamu kan menyusul tes nya."

"T-tapi Pak,"

"Disini atau tidak mengikuti Tes sama sekali?" ucap Alven memotong ucapan Mutiara.

I Love You, Mas Dosen!Where stories live. Discover now