19 | The Answer

3.9K 752 62
                                    

Now Playing
Ost Boy For Rent - Aye Sarun

Now PlayingOst Boy For Rent - Aye Sarun

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Kasar banget caranya menjatuhkan. Apa motivasiku buat bertahan lebih lama?

_Scary Beauty_

------o0o------

Rian membawaku kabur begitu saja. Aku pikir, jalan ini adalah jalan terbaik sebelum semua orang datang menghujat ku kembali. Kami berdua duduk berdampingan. Aku bingung harus membuka suara bagaimana. Kami sama-sama mengatup bibir rapat-rapat. Rutinitasku dan cowok itu setiap pergi berdua, selalu saja bingung pembicaraan apa yang kami bahas.

"Jika boleh mengakui, kamu itu lucu, main nyerocos lagi, saya suka," ungkap Rian menimbulkan semburat di kedua belahan pipiku. Baru kali ini Rian mengungkapkan hal seperti itu. Biasa yang aku tahu, Rian itu sangat gengsi soal hati. Tak semua orang bisa membaca isi pikiran Rian.

"Nanti mau nonton apa?" Rian beriniatif bertanya padaku. Aku menautkan tanganku dengan telapak tangan besarnya. Sudah aku beranikan diri bisa meraih tangan cowok itu. Puluhan abad aku belajar cara membuat dekati cowok, ternyata pembelajaran sangat berarti di hidupku.

Dia terlihat seperti orang linglung, cowok itu baru mengerti usai ku menjelaskan, "Jujur aja, aku lebih suka Kak Rian sedikit lebih santai daripada biasanya, lebih adem dibanding harus adu omong. Bisa nggak ya kita gini terus?" Rian terhenyak. Ya, aku tahu sikap ini yang harusnya seorang cowok lakukan. Tapi, tidak ada salah jika cewenya duluan yang menyikapi cowoknya begitu, 'kan? Lakukan selagi bisa!

"Soal takdir kita nggak bisa nentuin. Saya usahakan. Oh jadi kamu mau nonton apa? Rumah Darah mau?" tawar Rian kembali membelah jalanan. Aku terpekur sesaat. Film itu.. Aku sudah menonton trailernya, akan tetapi ada yang mengganjal. Di beberapa adegan, mataku seperti menangkap penampakan Wati. Terlihat jelas, tangan penampakan yang ku curigai Wati itu menjulurkan tangan meminta tolong. Ah, Wati hanya siswi biasa! Mana mungkin dia muncul di layar kaca?

Satu nama yang selalu terikat dalam benak. Wati, Wati, dan Wati. Kenapa namanya begitu terngiang? Aku menggelengkan kepala, menghenpaskan semua pikiran negatif tentang Wati. Kemungkinan Wati terlibat sangat sedikit.

Pertama aku bertemu dengannya itu di kelas, sewaktu Shania mengoleskan darahnya sendiri ke lantai. Menurutku, Wati hanya terlibat permasalahan sekolah dan urusan Shania.

"Yuk?" Rian mengajakku masuk, mengikuti setiap langkahnya. Kami membeli tiket menonton, membeli beberapa cemilan. Asal kau tahu saja, selama aku menyaksikan film tersebut, aku lebih fokus ke wajah Rian. Seketika, potongan kertas yang ku temui di kamar Shania kembali berputar di otakku. Sungguh, aku penasaran sampai detik ini, maksud secarik kertas dibalik boneka beruang itu apa? Shania dan Rian menjalin hubungan, begitu?

Rian yang menyadari dirinya jadi pusat perhatianku segera menengokkan kepalaku ke arah layar kaca. Menyebalkan? Sangat! Bahkan lebih! Teka-teki dalam hidupku terlalu sukar untuk dipecahkan, sekarang muncul lagi. Mengapa aku harus terhimpit oleh banyaknya konflik?

SCARY BEAUTY [END✔️]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant