"Jagain, Annara." Ucap Aileen dingin lalu keluar mengejar Nabila.

Teman-temannya pun langsung mengangguk.

"Nabila?!" Teriak Aileen membuat langkah Nabila seketika terhenti.

Nabila menoleh dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya. "Ada apa?" Tanya Nabila berusaha untuk kuat.

Kini Aileen susah berdiri di hadapan Nabila. "Maaf," ucap Aileen menatap mata Nabila dalam.

"Yaudah, gue mau ke kelas dulu." Ucap Jessi seraya mengelus bahu Nabila.

"Untuk apa?" Tanya Nabila.

"Sulit untuk gue gak peduli sama Annara."

Nabila pun tersenyum. "Gapapa kali, santai aja. Lagian lo gak perlu minta maaf sama gue, gue kan cuma temen lo."

Kata-kata Nabila bagai besi tumpul yang menghantam dada Aileen. "Cuma temen ya?" Tanya Aileen seraya tersenyum miris.

Ucapan Nabila tadi pun begitu sulit untuk keluar dari mulutnya, tapi bagaimanapun ia tak ingin terlihat masih mengharapkan cinta Aileen.

Aileen kembali menatap Nabila. "Gue mau lo jadi pacar gue." Ucap Aileen membuat Nabila begitu terkejut.

"Lo ngomong apa sih?" Tanya Nabila tak mengerti.

"Iya atau nggak?" Tanya Aileen begitu singkat, jelas dan padat.

Nabila terdiam sejenak seraya menunduk. "Gu--" ucap Nabila belum selesai.

"Gue mau lo jawab sekarang."

"Tapi gimana sama Annara?!" Bentak Nabila dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

Aileen tampak menelan saliva nya. "Sekarang lo jadi pacar gue."

"Tapi gue tolong, Bil. Annara butuh gue sekarang," sambung Aileen menatap dalam mata Nabila.

Nabila mengalihkan pandangannya seraya tersenyum paksa. "Gue ngerti, Leen. Pergi dan bawa Annara kerumah sakit sekarang." Titah Nabila.

Aileen pun langsung pergi kembali ke ruang UKS dan menggotong tubuh Annara kedalam mobil Ranu.

Nabila yang melihatnya hanya mampu terdiam, menahan sakit di dadanya karena melihat Aileen yang begitu mencemaskan Annara.

Sesampainya di rumah sakit, Aileen langsung berlari dan masih menggotong tubuh Annara di bantu oleh Jeki dan juga Ranu.

"Lakuin apapun untuk Annara, dok." Pinta Aileen begitu khawatir.

Aileen masih berdiri seraya berkacak pinggang. "Semoga lo baik-baik aja, Ann." Gumam Aileen.

Ranu menghampiri Aileen seraya menepuk bahunya. "Gue yakin Annara baik-baik aja."

Aileen menoleh. "Gue harus kasih tau bokap nya Annara." Ucap nya lalu pergi begitu saja menuju rumah Annara.

Sesampainya disana, Aileen mengetuk gerbang besar rumah Annara dan muncul lah seorang lelaki berpakaian serba hitam dan rapih.

"Mau cari siapa?" Tanya lelaki tersebut.

"Papa Annara, Annara masuk rumah sakit, pak." Jelas Aileen dengan suara bergetar.

"Pak Surya sedang pergi tugas kemarin malam ke Surabaya, saya akan menghubungi nya segera."

"Lebih baik, kamu pergi dulu dari sini." Sambungnya.

Aileen pun memejamkan matanya. "Lo kenapa sih, Ann?" Tanya Aileen seraya memakai helm nya dan kembali kerumah sakit.

Aileen kini tengah duduk di kursi tunggu rumah sakit bersama Ranu dan Jeki.

Tak lama dokter pun keluar dari ruang UGD. "Apakah ada kerabat pasien disini?" Tanya dokter dengan raut wajah yang cukup dibilang tak enak.

"Orang tua pasien sedang tugas keluar kota, saya sahabatnya, dok." Sahut Aileen.

"Bicara saja disini," sambungnya.

Dokter menghembuskan nafasnya panjang. "Apakah kalian tau jika pasien mengalami gagal ginjal kronis?" Tanya dokter membuat Aileen begitu terkejut.

"Pasien pasti lupa pada jadwal cuci darahnya, saya benar-benar meminta bantuan pada kalian untuk terus memberi tahu pasien untuk tetap melakukan cuci darahnya." Sambung dokter.

Aileen masih tak percaya dengan semua ini. "Gagal ginjal? Kalo udah cuci darah, berarti gagal ginjal kronis tahap akhir kan, Dok?" Tanya Aileen untuk memastikan.

Dokter pun mengangguk membuat Aileen langsung terkulai lemas, kakinya tak mampu menahan tubuhnya agar tetap berdiri. Jeki dan Ranu sontak langsung membantu Aileen untuk duduk di kursi.

"Saya permisi dulu ya?" Pamit dokter.

Ranu mengangguk. "Terimakasih, dok."

Aileen menangis seraya mengacak rambutnya kasar. "Kenapa Annara gak pernah cerita ini ke gue sih?"

Jeki masih sibuk menepuk-nepuk punggung Aileen pelan.

"Gue mau jenguk Annara dulu," ucap Aileen lalu berjalan sangat pelan memasuki ruang UGD.

Annara yang sudah sadar dan menyadari kedatangan Aileen pun langsung menoleh.

Aileen berdiri di sebelah Annara seraya menatapnya. "Kenapa gak pernah cerita?"

Annara mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Buat apa? Lo gak akan peduli juga,"

"Kalo gue gak peduli, gue gak akan ada disini sekarang." Ucap Aileen pelan.

"Tadi gue kerumah lo, niatnya mau kasih tau pak Surya. Tapi dia gak ada, penjaga rumah lo bilang kalo dia lagi tugas ke Surabaya," sambung Aileen memberi tau Annara.

"Gak akan ada hasilnya juga lo kasih tau dia," ucap Annara seraya tersenyum miris.

"Dia emang gak pernah ada waktu buat gue, sekalipun gue mati nanti." Sambungnya.

Aileen tampak menelan saliva nya. "Lo gak boleh ngomong gitu, Ann. Lo pasti sembuh,"

Lagi-lagi Annara tersenyum miris. "Lo bego atau apa? Gagal ginjal kronis gak akan bisa sembuh,"

"Kalo gue yakin lo bisa sembuh gimana?" Tanya Aileen begitu yakin.

Annara menoleh. "Suatu hari nanti, keyakinan lo sendiri akan di kecewain sama kenyataan, Leen."

"Lo keluar aja, gue mau istirahat." Titah Annara.

Aileen terdiam sejenak lalu pergi meninggalkan Annara sendiri.

Siapa sangka setelah itu Annara menangis hingga sesenggukan. Ia memukul-mukul dadanya yang sakit, berharap rasa sakit itu berkurang.

Selamat membaca!:)

AILEENWhere stories live. Discover now