Part 39. Ujian Nasional

15.1K 2K 253
                                    

Tembus 100 komen, aku up lagiii🤭🤭

________

Tak terasa ujian nasional telah tiba.

Sudah beberapa bulan dia melarikan diri dari jangkauan Darren, dibantu oleh Cindy.

Tentu saja Cindy lebih memihak Devi daripada Darren yang orang baru. Baginya, Devi adalah prioritas dalam hidupnya bahkan dibanding Leon yang merupakan matenya.

Bukan kah sejak awal dia juga sudah punya niat menjauhkan Darren dari kehidupan Devi supaya Devi tidak terluka lagi?

Dia ingin sesuatu yang baik untuk Devi. Dia tidak ingin sahabatnya terluka lagi untuk kesekian kalinya.

"Gak usah tegang wajah kalian semua." Kikik Devi tiba-tiba memecah keheningan.

Teman-teman sekelas Devi yang satu sesi ujian dengan gadis itu menghela nafas. "Bagaimana kami gak tegang? Takutnya nanti soal susah."

Devi mengering nakal. "Kalian bisa bertanya sama gue nanti asal jangan sampai ketahuan pengawas."

Wajah mereka seketika cerah mendengar perkataan Devi. "Beneran ya? Nanti kalau dipanggil nyahut, jangan sok-sok an budeg." Canda Dio.

Devi terkikik geli. "Asal pengawas gak lihatin sih, gue masih sayang nyawa."

Aidil tiba-tiba bersuara. "Semoga aja pengawasnya gak galak dan ketat supaya bisa tanya ke Ratu Devi."

Leo mengangguk setuju. "Semoga aja deh."

"Pstt. Pengawas kita kayaknya Bu Em deh. Dia berjalan menuju ke arah kita."

"Syaland. Kita gak akan bisa berkompromi. Bahkan untuk sekedar melirik kanan kiri saja gak akan bisa." Dio menghela nafas pasrah begitu pun dengan anak-anak lainnya.

Devi hanya bisa terkekeh melihat tampang frustasi teman sekelasnya.

Kalau dia sih tidak masalah pengawasnya seperti apa karena dia pasti bisa menjawab semua pertanyaan.

"Semoga aja soalnya gak sulit-sulit ya, Dev. Gue gak terlalu belajar semalam karena gangguan Leon." Curhat Cindy tiba-tiba.

"Hayoo!! Kalian main kuda-kudaan ya semalam? Ingat loh, Cin. Kalian belum sah." Bisik Devi menggoda hingga menimbulkan semburat merah di pipi Cindy.

"Eh, apaan sih. Gak kok. Gue masih perawan ya."

"Kok gagap gitu bicaranya?" Ledek Devi.

"Eng-"

"Berbaris yang teratur dan masuk satu persatu, dimulai dari anak laki-laki!" Perintah Bu Em membuat Cindy terdiam.

Anak laki-laki masuk dengan teratur, di susul oleh anak perempuan.

Kala semuanya sudah berada di dalam ruangan, Bu Em menatap anak-anak di dalam sana dengan tatapan mengintimidasi sehingga tanpa sadar semuanya meneguk saliva kasar.

"Aturan ibu selama ujian ini mudah. Pertama, kalian tidak boleh menoleh kemana-mana. Kedua, kalian tidak boleh melihat contekan. Ketiga, semua hp di kumpul ke depan. Kalau ada yang ketahuan berbuat curang maka siap-siap saja menerima konsekuensi. Mengerti?"

Semuanya mengangguk patuh.

"Jawab!!"

"Eh, busett. Galak banget sih buk!!" Kaget Devi dalam hati.

"Mengerti, Bu!!!" Seru semuanya kompak.

"Bagus. Sekarang berdoa sesuai kepercayaan masing-masing."

Saat semuanya sedang menunduk untuk berdoa, Bu Em mengamati semuanya intens seolah menilai lalu mengangguk. Setelah berdoa, mereka mengumpulkan hp dan mulai mengerjakan ujian di komputer.

Dengan itu dimulai lah ujian nasional yang diawasi oleh pengawas galak dan tegas sehingga tidak ada yang berani meminta jawaban ke teman-teman.

Mereka hanya bisa pasrah dan mengisi apa yang ada di otak mereka. Di saat semuanya tampak tertekan, Devi malah terlihat sangat bersemangat karena semua yang di pelajarinya semalam masuk semua ke dalam ujian. Sungguh bahagia rasanya saat semua yang di pelajari dari sistem kebut semalam masuk semua ke dalam soal ujian.

Hanya membutuhkan setengah jam, ujian Devi akhirnya selesai.

Tanpa ragu, Devi keluar dari ruangan terlebih dahulu. Meninggalkan teman-temannya yang menatapnya iri. "Selamat berjuang.." bisik Devi sambil memberikan tanda love ke teman-temannya sehingga mereka terkikik geli lalu kembali fokus ke komputer mereka sebelum kena tegur pengawas galak.

Devi mengambil tasnya dan berjalan menyusuri sekolahnya yang besar.

Tak terasa sebentar lagi dia akan meninggalkan sekolah yang memberikannya banyak kenangan berharga.

Rasanya tidak rela berpisah dengan semua teman-temannya tapi mau bagaimana lagi. Ujungnya mereka memang akan berpisah demi mencapai tujuan masing-masing.

Iris coklatnya menatap lekat setiap sudut sekolahnya. Di sana terlihat bayangan mulai dari dia melakukan mos, masuk ke kelas IPS 4, dan bercanda ria bersama temannya.

Sungguh kenangan yang manis.

"Kenapa harus ada perpisahan sih?" Gumamnya muram.

"Karena begitu lah hukum alam. Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan."

Jawaban seseorang membuatnya berjengkit kaget. Dia langsung menoleh ke belakang dan melihat Bryan tersenyum manis ke arahnya.

"Udah selesai ujian juga?" Tanyanya berbasa-basi.

Masih dengan senyum manisnya, Bryan mengangguk. "Soalnya mudah. Makanya aku bisa keluar secepat ini."

"Sombong. Awas saja nanti nilaimu jelek."

Bryan merangkul Devi gemas. "Nilaiku tidak akan jelek, bahkan aku akan menjadi juara umum di jurusanku."

Devi menaikkan alisnya sebelah. "Percaya diri sekali."

Bryan menunduk dan menyejajarkan wajahnya dengan Devi. "Tentu saja aku percaya diri karena aku jenius."

Devi mendorong kening Bryan. "Jangan dekat-dekat, nanti kamu semakin jatuh cinta denganku."

Ya, Devi memang tahu Bryan sesuka itu padanya. Tapi gadis cantik itu hanya bisa menawarkan persahabatan yang diterima baik oleh Bryan. Dan yeah, mereka memang sedekat itu sekarang.

"Bahkan tanpa dekat-dekat denganmu saja, aku sudah semakin jatuh cinta denganmu hingga tidak rela melihatmu bersama yang lain."

Devi mengendikkan bahunya cuek. "Aku tidak akan bersama siapa pun karena cinta hanya membawa kekecewaan. Lebih baik sebuah hubungan persahabatan."

"Tapi aku tidak mau hubungan kita hanya persahabatan terus. Aku ingin kamu menjadi kekasihku."

Devi tertawa kecil. "Sudah lah, tidak usah memikirkan itu. Lebih baik kita mencapai impian kita masing-masing dan menjadi orang sukses di masa mendatang."

"Oh ya, aku juga mendapatkan surat undangan dari universitas yang mengundangmu loh. Aku akan satu sekolah lagi denganmu."

Devi mengangguk tak peduli. "Itu bagus. Setidaknya nanti pas menjadi murid baru, aku tidak seperti ayam hilang."

Bryan tertawa geli mendengar ucapan Devi dan tangannya tanpa dapat ditahan mengacak-ngacak rambut gadis itu gemas.

-Tbc-

Apa aku doang yang suka sama Bryan?🤣

Bryan nih sweet gitu loh🤩

Ah ya, Jangan lupa spam komen sebanyak-banyaknya🤪

Queen Of WerewolfWhere stories live. Discover now