Part 9. Hinaan Lagi

23.4K 3.5K 268
                                    

Voment guys, biar makin semangat aku nulisnya🥴

_____

Cahaya matahari yang menerobos masuk ke jendela kamar berhasil menganggu tidur cantikku. Padahal aku masih mengantuk tapi gara-gara matahari sialan ini, aku tidak bisa tidur lagi.

Memutuskan untuk duduk dan mengucek mataku agar penglihatanku tidak kabur lagi.

Suasana di dalam kamar begitu hening. Seolah tidak ada kehidupan satu pun.

Kemana si om?

Kok dia gak ada di sini?

Ah, lebih baik mandi. Biar wangi dan si om makin terpikat dan menjadi budakku haha.

Hanya membutuhkan waktu setengah jam, aku sudah selesai mandi dan menyisir rambut. Kemudian keluar dari dalam kamar karena perutku sudah minta di isi. Untung saja otakku jenius sehingga aku masih ingat dimana letak dapur meski hanya sekali pernah ke sana.

Selama di perjalanan menuju dapur, dapat kurasakan tatapan merendahkan dari para pelayang yang berjaga.

Pasti itu karena mereka tahu siapa aku. Makanya tatapan mereka seperti itu. Ingin sekali rasanya kucolok mata mereka dengan obeng.

Semakin lama berjalan, semakin berani pula pelayannya.

"Oh, jadi ini calon Luna kita? Malang sekali ya nasib alpha kita harus mendapatkan mate lemah."

"Tidak cocok sama sekali menjadi calon Luna kita. Dia kecil dan lemah. Sekali tendangan pasti sudah mati."

"Lebih cocok aku yang menjadi Luna daripada dia, huh!"

Omong kosong!

Bodoh!

Devi bodoh!!

Bodoh karena goyah akibat ucapan om!!

Kaum menjijikkan ini sama! Mereka semua sama meski berada di tempat berbeda!!

Aku benci kaum ini!! Sangat sangat benci!!

Lihat, mereka kini kembali menghujatku tanpa mau tahu kebenarannya.

Meraka tahunya hanya menghina, menghina, dan menghina.

"Heh, lemah. Kau memang calon Luna kami tapi jangan harap kami akan hormat padamu. Kau sama sekali tidak pantas menjadi Luna kami!"

Aku berjalan melewati mereka tanpa menyahut satu kata pun karena tiba-tiba alergi berhadapan dengan para makhluk berbulu menjijikkan ini.

"Heh! Sombong sekali!! Jangan harap kau bisa kabur dari kami!!"

Rasa geram yang tak terkira kurasakan kala salah satu pelayan menyentak tanganku kuat.

Iuh, aku tidak Sudi ada kotoran yang menempel di kulit suciku.

Segera saja ku sentakkan kembali tanganku dan mengusapnya dengan tisu basah. "Jangan pikir om gak ada di sini maka kalian bisa menindasku!"

"Memang kami bisa menindas makhluk lemah sepertimu. Kau hanya lah lalat yang dapat dibunuh dalam sekali tepuk di dalam mata kami."

Aku tertawa tidak percaya. Mengibaskan rambut hitamku ke belakang dan memasang wajah songong. "Hello!!! Lalat Lo bilang? Seorang Devi yang cantik bagaikan Dewi yunani disamakan dengan lalat? Lo belum pernah ngerasain ciuman dari sepatu gue 'kan? Mau ngerasainnya sekarang?!"

Pelayan itu malah mendorong bahuku. "Makhluk lemah tidak pantas melawan dengan kami."

Aku balik mendorong bahunya sambil memberikan tamparan dua kali di pipinya dengan keras plus tinjuan kuat di perutnya sehingga dia terduduk di lantai dan dikerubungi teman-temannya.

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang