Chapter Bonus

2.6K 188 27
                                    

Wanita berambut sebahu itu tampak asyik menata jejeran pot berisi bunga matahari yang telah bermekaran di balkon apartemen mewahnya. Ia menyiram bunga kesayangannya selama hamil dengan riang gembira seraya bersenandung. Apakah ia sedang mengidam ? Anggap saja begitu.

Ya, setelah 7 bulan pernikahannya. Hinata telah dinyatakan hamil dan kini beranjak masuk hitungan minggu ke 27. Wanita itu sangat antusias saat menyambut kehamilan pertamanya diusianya yang tak lagi muda.Terlebih sang suami dan putra tirinya yang terlihat lebih overprotektif dan posesif terhadap dirinya.

Aura keibuan Hinata semakin memancar, membuat ia semakin mempesona disetiap harinya. Ditambah bentuk tubuhnya yang kian menggoda karena efek kehamilannya. Membuat Naruto harus ekstra menjaga istrinya agar tak dilirik laki-laki lain.

Hinata sempat mengalami morning sickness dan pusing. Sama seperti gejala hamil muda pada umumnya. Tapi itu berlaku hanya trisemester pertama saja. Selanjutnya, semua berjalan seperti biasa. Dan bersyukur, Hinata tidak mengidam yang aneh-aneh. Dia hanya ingin memakan kuaci di setiap malam. Kuaci dengan berbagai macam rasa.

Naruto terus memantau kehamilan Hinata, walaupun bukan anak yang pertama. Tapi ia larut dalam sukacita, terlebih yang hamil itu adalah wanita yang amat dicintainya sejak lama. Pria bersurai kuning itu rajin memeriksa kan kehamilan sang istri tercinta setiap bulannya. Hinata tak seperti Shion yang melakukan segala cara untuk menyingkirkan anaknya selama masih dalam kandungan.

Sedangkan Boruto, ia juga sangat bersemangat saat mengetahui kehamilan mama tirinya. Celotehan-celotehannya kian menambah semarak seisi rumah.

"Ma, kenapa adiknya bisa di dalam sini ? Dari mana ia lahir nanti ? Bagaimana ia bisa terbentuk ? Bagaimana cara ia makan, minum dan buang air ? Kapan adik bayinya lahir ?"

Berbagai macam pertanyaan dilontarkan bibir kecil Boruto. Dan Hinata hanya menjawabnya dengan singkat, padat dan jelas seraya tersenyum lembut.

"Mama akan memberitahunya Boruto. Tapi tidak sekarang, ya ? Jika dijelaskan sekarang, Boruto juga tak kan paham."

Itulah kata-kata penyejuk yang keluar dari mulut sang ibu tiri yang jelita itu. Sang putra tiri hanya menjawabnya dengan anggukan pertanda mengerti.

Selama kehamilan, Hinata banyak menghabiskan waktu bersama Boruto. Bermain, belajar, berjalan kaki tiap sore ke taman di dekat apartemen. Ia juga menemani Boruto ke sekolah barunya karena ia sudah tamat dari Kindergarten. Tapi, wanita itu tak diperbolehkan untuk menyetir sendiri karena sang suami dengan keras sangat melarangnya,tanpa pikir panjang dan perdebatan yang pelik, Hinata pun menurut. Karena wanita cantik itu sadar, apa yang diberikan ataupun dilarang oleh suami, pasti akan menyangkut kebaikan mereka juga.

Naruto menyuruh sopir pribadi untuk mengantar jemput Boruto dan Hinata. Yang semakin membuat takjub adalah ketika Boruto menempelkan telapak tangannya di perut buncit mamanya, saat itu juga ia dapat merasakan tendangan kecil dari sang adik. Ia menjadi bocah aktif yang takkan berhenti bicara bersama calon adiknya yang masih berada di dalam kandungan.

"Mama, apakah perlu bantuan ?" tawar Boruto tulus kepada sang ibu sambung yang telah selesai menyiram tanamannya di sore hari.

Hinata menyambutnya dengan senyum lembut, ia juga mengusap lembut helaian pirang putra tirinya yang kini berada di dekatnya,"Tidak, sayang. Mama sudah selesai menyiram tanamannya,"

"Ayah pulang..." seru sebuah suara baritone, secara serentak Boruto dan Hinata menoleh ke sumber suara. Terlihatlah Naruto dengan wajah sumringah yang sedang merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Ayahh..."sang putra berlari mengejar sang ayah dan masuk ke dalam pelukannya. Tak lupa pula pipi tanned sang ayah mendapat kecupan manis dari putranya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now