Chap. 5

1.7K 168 5
                                    

Bandara Narita, Tokyo, Japan 09.00 Am

Sepasang suami istri tampak berangkulan mesra, mulai dari saat keluar pesawat hingga berada di dalam Bandara Narita. Di sepanjang perjalanan, mereka tak henti hentinya menebar senyum,"Kau senang ?" tanya pria yang berstatus sebagai suaminya, ia terus merangkul posesif sang istri dari samping tubuh jangkungnya.

"Tentu saja," jawab sang istri sembari mengeluarkan lengkungan manis di bibirnya.

Tak lama kemudian,
"Toneri ! Hinata !"

Mereka berdua mendadak berhenti. Secara serempak, mereka menoleh ke sumber suara ysng berada tak jauh dari hadapan mereka. Tampaklah seorang pria dewasa bersurai coklat panjang bernetra bulan berteriak sembari melambaikan tangan ke arah sepasang suami istri tersebut. Neji namanya. Ia membawa serta keluarga kecilnya juga. Istri dan putranya, Tenten dan Kenzo. Mereka bertiga berjalan beriringan, menghampiri pasangan suami istri yang telah menikah 5 tahun itu.

"Bagaimana kabarmu, kakak ipar ?" tanya Toneri penuh semangat, ia menyodorkan tangannya yang disambut hal yang sama pula oleh Neji tapi dengan wajah datar.

"Tentu saja baik," jawabnya sekenanya.

Dan sang wanita pun tak kalah heboh nya,"Apa kabar, Hinata ?" sapa Tenten. Mereka berangkulan layaknya sahabat yang lama tak  bertemu.
"Baik, Tenten..bagaimana kabarmu ?"

"Luar biasa baik," balas Tenten
dengan senyum manisnya.

Pelukan mereka terlerai. Pandangan netra bulan Hinata beralih ke makhluk kecil berusia 5 tahun berjenis kelamin laki laki, berambut hitam dan bermata sama dengan dirinya, yang berada dalam gandengan Tenten. Hinata berjongkok menyamai tinggi badannya dengan bocah menggemaskan itu.

"Hei, Apa kabar, jagoan ?" sapa Hinata lembut. Ia mengusak helaian kelam sang keponakan dengan sayang. Netranya menunjukkan pancaran bahagia yang melukiskan bahwa ia memang sangat menyukai anak anak. Bahkan sangat ingin memiliki.

Sang bocah tersenyum lima jari, yang menampilkan jejeran gigi susunya yang rapi,"Baik, aunty Hinata yang cantik," puji bocah itu sumringah, ia menangkup pipi pualam Hinata dengan kedua tangan mungilnya. Dan itu sukses membuat Hinata terenyuh haru. Ah, seandainya saja aku bisa mempunyai anak. Beginikah rasa nya ?

Hinata dengan cepat menyeka sudut matanya dan berdiri. Ia tak ingin berlarut larut dalam situasi yang akan membuatnya semakin sedih.

"Aku sudah menyiapkan apartemen untuk kalian di distrik Ginza. Ayo kita berangkat sekarang,"ajak Neji.

Suami istri, Toneri-Hinata saling pandang dan mengangguk. Memang, perjalanan panjang dari Los Angeles membuat mereka sangat lelah.

"Ayo."

"Momoshiki, tolong bawakan koper kami !"

Momoshiki, asisten pribadi dan orang kepercayaan Toneri, mengangguk patuh dan mengikuti kelima orang yang berada di depannya itu. Ia tampak ribet dengan bawaannya sendiri. 2 koper besar dan 1 koper mini miliknya.

°°°°°

Mereka berdua berada di dalam hunian apartemen mewah Luxury of Ginza Apartement. Hunian mewah khusus kalangan menengah atas yang dihiasi warna pastel yang lembut itu, cukup menawan untuk ditinggali.

Sepasang suami istri, Toneri dan Hinata sedang sibuk membenahi barang bawaan mereka. Momoshiki tinggal di sebelah apartemen mereka. Jika ada apa apa, maka ia akan cepat datang menghampiri bosnya.

Sang istri masih sibuk berkutat dengan pakaiannya. Ia memasukkan pakaiannya dan sang suami dalam lemari pakaian minimalis 3 pintu berwarna coklat muda yang berada di sudut kamar mereka. Toneri sedang berbaring di tempat tidur dan memandangi punggung sang istri yang sedang membelakanginya. Ia turun dari ranjang, berjalan pelan dan memeluk sang istri dari belakang.

Never Say Goodbye (End) √Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum