Chap. 7

1.4K 149 13
                                    

"Apa ? Sudah pulang ?" tanya Naruto yang jelas sangat terlambat untuk menjemput putra semata wayangnya. Ia menyugar rambutnya ke belakang,  rasa cemas menghinggapi rongga dada, berikut putus asa yang ikut bergelayut.

Ia berharap masih ada sebuah asa dari sorot mata unik milik sang pengajar kelas Boruto, Mirai-Sensei,"Siapa yang menjemputnya, Mirai-Sensei ?" tanya Naruto menggebu, denyut jantungnya kian berpacu. Frustasi perlahan naik ke kepala.

Ia sangat takut jika ada penculik yang mengaku sebagai keluarga atau kerabatnya dan membawa lari sang putra. Sungguh, Naruto sangat cemas dibuatnya, hingga wajahnya memucat dan keringat dingin secara mendadak menyerang seluruh tubuhnya.

Wanita dewasa berambut pendek itu berujar dengan tenang sembari tersenyum,"Saya melihat, Boruto pergi dengan seorang wanita cantik, berambut ungu gelap sebahu bersama dengan Kenzo. Mungkin, wanita itu masih ada hubungan darah dengan anak itu karena mata mereka mirip," tutur Mirai-sensei bersungguh sungguh.

Naruto berpikir sejenak, ia mengingat sekilas pertemuan dadakannya tadi pagi dengan Hinata dan bocah berambut hitam yang tak lain adalah teman Boruto,"Apakah ia bersama Hinata ?"

Entah kenapa, ada kelegaan di dalam hatinya. Tak ada raut kekhawatiran lagi dalam benaknya. Sekilas, lengkungan senyum tipis di wajah tanned miliknya terlihat. Dan jangan lupa, wajahnya mendadak merona jika mengingat sosok wanita yang pernah menjadi mantan kekasihnya saat di SMA itu. Pria dewasa itu segera memalingkan wajahnya dari sang pengajar. Karena terasa memalukan jika membayangkan hal yang tidak tidak di depannya saat ini. 

Melihat tak ada respon dari Naruto dan gelagat aneh darinya, Mirai-Sensei berujar, "Maaf, Tuan Uzumaki. Anda baik baik saja ?" tanya Mirai-sensei, tatapan matanya penuh curiga.

Naruto mengulas senyum tulus dan mendesah napas lega,"Ah, tidak ada apa apa, sensei. Terima kasih, maaf telah merepotkan Anda. Kalau begitu saya permisi," tutur Naruto sopan, ia membungkuk kepada sensei yang sudah setengah tahun mengajar Boruto di Japan Internasional Kindegarten dan pergi dengan langkah santai menuju Jaguarnya.

Ia kembali ke kantornya dan sedang menantikan seseorang di sana. Jika mengingat Hinata, ia mendadak menjadi gila. Lengkungan senyum dan rona wajah tak hilang dari wajahnya di sepanjang perjalanan menuju kantornya.

°°°°°

Di satu sisi, dua orang bocah dan seorang wanita berambut indigo sedang bersenandung ria menyanyikan lagu anak anak. Sembari menyetir dengan pelan dan hati hati, Hinata ikut bernyanyi dan melirik ke arah dua bocah yang berada di sebelahnya.

Melihat Boruto yang sedang menangis, Hinata berinisiatif untuk mampir ke kedai LUNAR ICE CREAM yang berada tak jauh dari sekolahnya. Itu adalah satu kedai es krim terbaik yang ada di Tokyo karena es krimnya terbuat dari susu sapi segar yang tentunya sangat baik untuk pertumbuhan anak anak.

Kedai itu juga mempunyai banyak varian rasa, topping dan bentuk yang unik. Hal itu membuatnya ramai dikunjungi oleh orang tua dan anak anak mereka. Terlebih saat weekend. Selama di sana, mereka asyik mengobrol, bercanda tawa dan menyantap es krimnya bersama sama.

Sesekali saling menyuapi satu sama lain. Hinata juga menyeka mulut Kenzo dan Boruto yang penuh dengan celemotan es krim strawberry dan coklat dengan tisu secara lembut. Es krim mereka berbentuk unik, yaitu berbentuk kepala kucing yang lucu.

Boruto yang tadi bersedih pun tampak senang dan sudut hatinya merasa hangat saat bersama Hinata. Rupa rupanya Boruto mulai jatuh cinta dengan Hinata yang sangat jauh berbeda dengan sosok ibunya. Tidak lupa juga sebelum pulang, Hinata sengaja membelikan 2 buah es krim yang sudah tersimpan dalam mini frezeer box untuk Boruto dan Kenzo.

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now