Chap. 19

1.2K 149 7
                                    

Sesosok pria tampan berambut emo dengan derap langkah gagah datang ke ruangan CEO Uzumaki Corporation. Ia meletakkan sebuah amplop ke atas meja kerja pria berambut pirang yang sedang memikirkan sesuatu. Dan mendaratkan bokongnya tepat di kursi yang ada hadapan meja kerjanya.

"Ini surat panggilan pengadilan, sidangnya akan dimulai besok. Kuharap kau datang. Ini lebih cepat dari yang kuduga," tutur Sasuke lancar dengan senyum khas dirinya.

"...."

Sasuke mengernyit heran,"Oii, dobe. Kau dengar aku ?" todong Sasuke melihat Naruto yang tak fokus dengan keberadaan dirinya. Ia pun mengetuk meja kerja Naruto yang dialasi kaca sampai beberapa kali dan berbunyi tuk tuk tuk.

Hal itu sukses membuat Naruto terkesiap. Lamunannya buyar seketika saat mendengar bunyi ketukan meja dari Sasuke. Untungnya tidak digebrak.

"O-oo..a-ada apa, Teme ?" tanya Naruto gelagapan, ia tak tahu kalau Sasuke sudah datang.

Sasuke menarik sudut bibirnya,"Apa yang sedang kau pikirkan, Naruto ?"

Naruto mendesah napas panjang dan memijat pelipisnya,"Aku sedang memikirkan.....Hinata,"

"Hinata ?"

"Ya,"

"Kenapa ?"

"Aku ingin kau mengurus perceraian Hinata juga, Teme. Usahakan secepatnya," desak Naruto yang malah semakin membuat Sasuke mengernyitkan dahinya. Ada apa ini ?

"Kau tahu, Sasuke. Pria yang berselingkuh dengan mantan istriku adalah suaminya," sambung Naruto lagi. Ia mengerti ekspresi sahabatnya yang seolah bertanya ada apa ?

Sasuke membolakan mata dan mulutnya,"A-apa ? yang benar saja..kebetulan sekali,"

Naruto menggaruk pelipisnya. Ia mencondongkan posisi duduknya ke depan Sasuke tentu dengan raut serius,"Ya, aku juga tidak tahu ada apa. Aku ingin kau cepat segera mengurus perceraiannya. Dan usahakan jangan beri kesempatan bajingan itu untuk mengajukan banding. Ajukan semua bukti yang kita punya, aku mau kau dan Yahiko menjadi saksi perselingkuhan mereka berdua," tuturnya dengan senyuman iblis yang jelas tercetak di wajah tannednya.

Sasuke menyeringai, seringai menggoda tepatnya,"Khe, kenapa kau sangat menggebu-gebu sekali ingin melihat Hinata bercerai dari suaminya, Dobe ?"

Naruto mendesah napas pelan. Ia menyandarkan punggung kokohnya di singgasananya,"Aku tidak ingin melihat dia menangis dan bersedih karena tingkah suaminya, Teme," jawabnya pelan dengan tatapan menyendu.

"Kenapa kau peduli padanya ? Apa kau...masih mencintainya ?" cecar Sasuke ia menatap safir biru Naruto dalam.

"Ya, aku masih mencintainya. Kemarin malam, Tuan Hamura mengundang keluarga Uzumaki makan malam, di sana aku membongkar semua kebusukan suami Hinata di depannya. Karena Tuan Hamura adalah ayah mertua Hinata. Di sana aku bisa melihat, kalau Toneri sangat mencintainya, dia mungkin akan mempersulit Hinata saat di persidangan nanti. Hinata tidak akan datang, dia ada di Sapporo, dia diwakili oleh Neji, kakak laki lakinya," papar Naruto panjang lebar sembari menerawang dan mengingat bagaimana sedihnya Hinata saat ia tahu suaminya adalah seorang bajingan.

"Jadi, apa rencanamu selanjutnya, Naruto ? Kau akan menikahi Hinata jika sudah resmi bercerai dari suaminya? Kau tahu, kalau luka akibat perselingkuhan agak lama disembuhkan, wajar saja Hinata tak mau datang mungkin dia sangat terpukul akibat ulah suami gilanya itu," tutur Sasuke geram. Karena dia juga sangat membenci yang namanya perselingkuhan.

"Banyak hal yang ingin aku tanyakan pada Hinata, Sasuke. Kumohon, lakukan apapun agar suaminya tidak kembali padanya. Aku tidak ingin melihat dia bersedih lagi. Dia wanita yang baik dan dia tidak pantas punya suami bajingan seperti Toneri sialan itu," ungkapnya penuh kebencian.

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now