Chap. 26

1.3K 159 8
                                    

Netra safirnya menyipit tajam ketika melihat mantan istrinya mengejar wanita yang dicintainya.

"Bu, tolong kutitip Boruto. Beritahu aku ke restoran mana kalian akan makan, aku akan segera menyusul nanti," pria dewasa itu tergesa dengan napas memburu. Ia menyerahkan kunci mobil ke sang ibu dan beringsut akan pergi. Karena melihat gelagat putranya yang tak biasa, lengan kekar sang putra dicekal kuat oleh wanita yang telah melahirkannya itu, tepat sebelum ia berbalik.

"Kau mau kemana, Naruto ?" tanya Kushina lembut, ia menatap dalam manik safir putranya.

Naruto mendesah napas pelan,"Aku ingin mengikuti Shion dan Hinata. Aku tak tahu ini perasaan apa, yang jelas.... firasatku tidak enak, bu.."tutur Naruto sedikit bergetar, jantungnya berpacu 2X lipat entah karena apa. Yang jelas, bukan karena jatuh cinta. Kecemasan pun terpampang jelas di wajah tanned miliknya.

Kushina mengangguk paham dan berujar,"Pergilah,nak.."

Naruto mengangguk mantap dan berlari kecil untuk melihat apa yang akan dua wanita itu bicarakan.

Boruto hanya bisa mendongak, matanya mengerjap berkali-kali. Ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada ayah dan ibunya. Hingga keluarlah sebuah pertanyaan dari bibir mungilnya,"Ayah kenapa, nek ? dan kenapa ibu Shion mengejar ibu ?" tanya Boruto yang dilanda penasaran tingkat akut.

Kushina berjongkok dan mengulas senyum lembut,"Tidak ada apa apa, Boruto. Itu adalah masalah orang dewasa, tidak usah khawatir ya. Nanti ayahmu pasti kembali membawa ibumu," tukas wanita berambut merah sepunggung itu.

Boruto hanya mengangguk-angguk walaupun ia tak mengerti.

Naruto bersembunyi di balik tanaman tinggi, yang tempatnya tak jauh dari mereka berjalan. Pria itu berjalan mengendap-ngendap, nyaris tanpa suara. Ia mendengar sayup-sayup bahwa Shion akan mengajak Hinata pergi.

Dari balik tempat persembunyiannya, Naruto kembali mengirim pesan ke orang kepercayaannya untuk menyiapkan kuda besi yang telah lama tak ia pakai.

Naruto terus memantau dari balik kaca helmnya arah laju mobil sedan mewah yang pernah ia berikan ke mantan istrinya. Bersyukur, Yamato dengan cepat mengantar motor kesayangannya ke sekolah Boruto. Sedangkan mobilnya yang berada di sekolah, dibawa oleh sang ibu tercinta.

Hinata tampak was-was. Terlebih saat Shion membawanya ke jalan yang sangat ia kenali, tentu saja itu jalan menuju ke apartemen yang pernah ia tinggali bersama Toneri.

"Kita mau kemana, Shion ?" Kepala dan netra rembulan milik Hinata bergerak kesana kemari, menelisik hal apa saja yang berada di depan jalannya. Kembali Hinata menyuarakan kegundahan hatinya.
"Ini bukan ke restoran. Tapi ini jalan menuju ke....----"

"Ke tempat mantan suamimu, Hinata.." balas Shion cepat seraya tersenyum miring. Hinata melirik ke arah Shion yang sedang mengeluarkan ekspresi itu. Air muka Hinata berubah, tentu saja penuh dengan kekecewaan dan kekesalan. Bahkan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Hinata menarik napasnya dalam-dalam, sebuah ide nekat akan dijalankan saat ini juga,"Teganya kau, SHION !" Hinata geram, ia menaikkan nada suaranya dan tangannya bergerak untuk memutar roda stir Shion secara paksa ke sebelah kiri dengan tajam. Hingga mobilnya naik ke atas trotoar. Wanita pirang itu terkejut dan langsung menginjak rem mendadak agar tak menabrak tiang listrik yang ada di depan mobil mereka. Beruntung, tidak ada pejalan kaki di sana. Di saat mobil berhenti, di saat itu jualah, Hinata dengan cepat melepaskan setbelt dan keluar dari mobil Shion. Wanita pirang itu menggeram marah dan ikut keluar dari mobil untuk mengejar Hinata.
"Hinata..!!" teriak Shion, ia ikut berlari mengejar Hinata.

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now