Chap. 9

1.3K 145 6
                                    

"Grandpa !! " pekik riang seorang bocah 5 tahun yang melihat sosok pria paruh baya berdiri di depan pintu apartemen Toneri dan Hinata.

Hinata yang sedang membantu Kenzo untuk mengerjakan tugas pun terhenti sejenak karena bel di apartemennya berbunyi dan ia cukup terkejut karena yang datang adalah mertuanya.

"Masuklah, ayah.." tutur Hinata sopan. Hamura mengangguk dan ketika masuk langsung disambut antusias oleh sang cucu.

Kenzo berlari dan menerjang ke pelukan Hamura. Hamura dengan senang hati mengangkat bocah itu dan menggendongnya. Kenzo tak segan segan mencium pipi Hamura gemas. Dan itu sempat membuat Hamura kewalahan menghadapi sikap hiperaktif bocah itu. Hamura tergelak lepas, ia merasa bahagia karena merasa disayangi oleh Kenzo,"Ahahahahahaha, apa kabar, My Little Hero ?" tanya Hamura sambil mengusap surai bocah itu.

Melihat interaksi antara kakek dan cucu itu membuat batin Hinata menghangat sekaligus teriris. Terbesit rasa bersalah karena ia tak bisa memberikan cucu kepada Hamura. Karena ia dinyatakan mandul.

"I am fine. And How about you ? are you fine too, Grandpa ?"

"Yes, i am fine, thank you. And what about your school today with your beautiful aunty heh ?" goda Hamura kepada cucunya sembari melirik ke menantu cantiknya yang sedang berjalan menuju kitchen counter untuk membuatkan minuman.

"Hari ini saaaaaangat menyenangkan, grandpa ! selain bersekolah, tadi kami berjalan jalan dan makan es krim bersama," celoteh bocah 5 tahun itu semangat.

Hamura menyukai anak anak tapi kadar sukanya tidak seperti Hinata. Kebetulan saja Kenzo adalah anak Neji. Kalau tidak, ia akan bersikap biasa biasa saja. Walau bagaimana pun ia ingin menjadi seorang kakek yang baik di mata cucunya.

"Mmmm...makan es krim ?" alis Hamura bertaut dengan ekspresi berpikir yang dibuat buat tapi terlihat lucu di mata Kenzo.

Dan itu sukses membuat Kenzo terkikik geli,"Kenapa tidak mengajak grandpa kalau kalian makan es krim hmm ? grandpa juga mau ikut," basa basi Hamura, ia melirik ke Hinata dan Kenzo.

"Sudahlah, ayah.."
Sebuah suara lain menginterupsi dan itu adalah suara Toneri.

Hamura melepaskan gendongan Kenzo. Bocah itu berlari menuju ke tempatnya semula untuk melanjutkan tugasnya mewarnai buku bergambarnya dengan crayon.

"Apakah ayah akan menginap di sini ? di apartemen ini kami mempunyai dua kamar," tawar Toneri. Ia mengambil duduk di ruang TV. Tempat Kenzo sedang melakukan aktifitasnya.

"Ah, tidak, aku hanya ingin mampir saja, aku juga sudah menyewa apartemen di dekat sini," balas Hamura tenang, pria paruh baya itu mendaratkan bokongnya di seberang Toneri.

"Sekalian, aku juga ingin melihat menantuku yang cantik. Aku merindukannya, Toneri," canda dan puji Hamura tulus.

Ia menunjuk dengan sorot mata dan dagu lancipnya menuju ke arah Hinata yang masih berada di kitchen counter. Hinata menoleh sekilas dan tersenyum lembut kepada ayah mertuanya. Jangan lupa, pipi pualamnya sudah berubah menjadi merah.

"Ada yang ingin aku bicarakan padanya, Toneri.." lanjut Hamura, kali ini raut wajahnya menjadi serius.

"Tentang apa ?"

"Tentang,-----"

Pembicaraan mereka terhenti karena Hinata datang membawa nampan yang berisi 3 gelas minuman yang berbeda warna dan sepiring cookies untuk kudapannya. Ia meletakkannya di atas meja tepat di hadapan Toneri dan Hamura.

"Ini minumanmu, ayah.."

Hamura tersenyum dan terus memandangi wajah ayu menantunya dengan sendu. Terbesit rasa bersalah dalam benaknya karena sudah mencurangi wanita lembut itu selama bertahun tahun.

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now