Chap. 32

2.2K 164 9
                                    

Hari yang dinantikan pun telah tiba. Naruto membawa ibunya ke kediaman Hyuuga di Sapporo. Dan itu cukup membuat Hiashi, Hinata dan Keluarga kecil Neji terkejut, karena mereka datang tepat jam 8 pagi. Keluarga Hyuuga memang sedang mempersiapkan segalanya tapi tak ada dalam pikirannya bahwa keluarga Uzumaki akan datang sepagi ini. Mereka minim persiapan.

"Masuklah, Naruto dan Nyonya Uzumaki," suruh Hiashi sopan, ia menyambut tamunya dengan senyuman hangat yang sudah berada di ambang pintu ruang tamu mansionnya.

Naruto dan Kushina berjalan pelan dan duduk bersisian di ruang tamu. Mereka menginap di Jewerly Sapporo Hotel. Itu adalah satu hotel termewah yang ada di Sapporo. Disusul oleh Keluarga Hyuuga, Hiashi, Neji dan Hinata. Mereka duduk saling berhadapan.

"Bagaimana kabarmu, Naruto dan...maaf," Hiashi menolehkan pandangannya ke arah wanita berambut merah sepunggung yang berada di samping Naruto.

Seolah mengerti isyarat calon besan, Kushina bersuara,"Uzumaki Kushina," sebut sang ibu tegas seraya tersenyum lembut ke arah Hiashi.

"Ah, ya Nyonya Uzumaki Kushina," ulang Hiashi. Pria paruh baya itu mendesah nafas pelan.

"Kabar kami baik, Tuan Hiashi,"jawab Naruto singkat, setelah selesai mengakhiri perkenalan kilat ibu dan calon ayah mertuanya itu. Hening sejenak.

Naruto dan Kushina saling pandang dan mengangguk. Baiklah sekarang waktunya, Naruto. Begitulah arti isyarat mata antara ibu dan putra ini.

Naruto berdehem pelan, berusaja mengusir rasa gugup yang melanda, "Maaf, Tuan Hiashi. Langsung saja, kami kemari pagi-pagi karena ingin melamar putri Anda," ucap Naruto tanpa babibu lagi.

Keluarga Hyuuga mendadak terkejut lagi mendengar penuturan Naruto serta diiyakan oleh sang ibu yang berada di sebelahnya dengan anggukan. Mereka tak menyangka jika Naruto langsung menodong pagi hari mereka dengan sebuah lamaran.

Raut wajah keluarga Hyuuga, terbaca jelas oleh seorang Uzumaki Kushina,"Maaf, jika ini terlalu tiba tiba dan mendadak, Tuan Hiashi," timpal Kushina. Sorot obsidiannya menatap lembut ke arah Hinata yang tampak terkejut sekaligus merona di kedua pipi pualamnya.

Kali ini Hiashi menghirup nafas dalam-dalam, netra rembulannya digulirkan ke wanita cantik yang berada di sebelah Neji,"Bagaimana Hinata, apa kau bersedia ?"

Hinata menatap satu persatu sosok dewasa yang berada di hadapannya. Neji, sang ayah, Kushina dan terakhir Naruto. Untuk kesekian kalinya jantungnya berdetak lebih kencang, setiap beradu pandang dengan netra seindah samudra milik sang kekasih. Naruto tersenyum tipis, semburat merah muda juga tercetak jelas di wajah tannednya. Belum lagi safir biru yang memandangnya lekat dengan tatapan memohon yang kentara. Lakukan ini demi Boruto. Itulah makna yang tersirat dari yang Hinata tangkap disafir birunya. Wanita cantik itu sangat tahu.

Tak perlu menunggu lama, Hinata tersenyum lembut dan mengangguk.
"Ya, aku bersedia," jawab Hinata seraya tertunduk malu.

Dua keluarga itu menyambut anggukan Hinata dengan antusias dan rasa bahagia. Terlebih Naruto.

"Mm..saya ingin melaksanakan pernikahannya lusa. Bagaimana, Tuan Hiashi ?"

Lagi-lagi mereka terkejut. Rupa-rupanya pagi ini penuh dengan kejutan manis yang diberikan oleh Naruto.

Kali ini, Neji menyela, ia seolah mewakili perasaan sang ayah yang juga tampak terkejut dengan semua ini,"Apakah ini tidak berlebihan Naruto ? Semua ini terlalu tiba-tiba dan...---"

"Tidak apa-apa, Kak Neji. Aku bersedia untuk dinikahi kapanpun oleh Naruto-kun.." balas Hinata tulus. Ia menggenggam tangan sang kakak.

"Tenanglah, kak. Aku akan baik-baik saja," lanjut wanita bersurai indigo sebahu itu lagi. Hinata menatap dalam netra Neji yang serupa dirinya. Ia sangat mengerti kegundahan sang kakak yang masih terkejut dengan pernikahan dadakan adiknya. Neji masih belum sanggup untuk melepaskan sang adik tercinta. Sekelebat rasa sangsi menghampiri. Tapi dengan cepat diucap oleh Naruto.

Never Say Goodbye (End) √Where stories live. Discover now