47. Rasa takut kehilangan

711 45 1
                                    

Happy reading
Sorry for typo.

*

*

*

*

Chacha dengan telaten menyuapi Nathan dengan bubur yang dibawa oleh perawat rumah sakit. Awalnya ia kesusahan membujuk Nathan untuk makan namun dengan sedikit ancaman Nathan mau mendengarnya.

"Sudah By aku kenyang banget." Nathan menepis pelan sendok yang diarahkan oleh Chacha.

"Sedikit lagi ya, satu sendok lagi." Chacha kembali mengarahkan sesendok bubur ke mulut Nathan, namun laki-laki itu malah menghindarinya.

"Itu terus yang kamu katakan sedari tadi. Tapi ujung-ujungnya kamu malah mengambil sesendok lagi." cibir Nathan. Sejak tadi Chacha akan mengatakan satu sendok lagi tapi gadisnya malah menyuapinya kembali.

Chacha menatap Nathan lembut, ia kemudian menaruh mangkuk bubur itu di atas nakas dan mengambil segelas air untuk Nathan minum. Entah kenapa sejak Nathan sadar dari koma laki-laki itu sangat manja kepadanya bahkan tingkahnya seperti anak kecil ketika sedang sakit. Nathan bahkan tak membiarkan dirinya pulang kecuali jika ia kesekolah.

"Kamu mau makan jeruk?" tanya Chacha sambil memperlihatkan jeruk itu ditangannya. Nathan menggeleng, perutnya terasa sangat penuh sekarang. Kepalanya juga sangat pusing sekarang.

"Kepala aku pusing banget." Nathan membaringkan tubuhnya, ia menepuk sisi brankar yang kosong. Chacha yang mengerti menggelengkan kepalanya.

"Nggak By. Aku duduk disini saja sambil mengelus kepala kamu"

"Sayang please, aku pengen banget meluk kamu." Nathan memasang wajah melasnya membuat Chacha mau tak mau mengangguk mengiyakan permintaan Nathan.

"Tapi sebelum itu kamu minum obat dulu." Chacha meletakkan beberapa butir obat ditelapak tangan Nathan dan dengan sekali teguk Nathan meminum obat tersebut.

Dengan pasrah Chacha naik dan membaringkan tubuhnya disamping Nathan. "I love you." Nathan mengecup singkat bibirnya dan membenamkan kepalanya di dadanya. Ia ingin protes tapi dirinya tak tega. Tangannya terangkat mengusap lembut kepala Nathan, tak membutuhkan waktu lama nafas Nathan mulai teratur menandakan laki-laki itu sudah tidur.

"I love you more sayang." Chacha mengecup kening Nathan dan menyusulnya ke alam mimpi.

*********

Chacha menunggu Nathan di depan pintu toilet. Setelah mendengar ketukan dari dalam ia kemudian membuka pintu toilet dan menghampiri Nathan setelah itu membantunya kembali ke brankar rumah sakit.

Keadaan Nathan masih sama. Tak ada perubahan yang terlihat dari laki-laki itu. Hal itu yang membuat Chacha semakin sedih dan khawatir. Pikirannya selalu negatif, berbagai macam pikiran negatif selalu menghantuinya.

"Cha!" Chacha tersentak saat Nathan menepuk pelan pundaknya.

"Kamu melamun." Chacha menggeleng pelang sambil tersenyum. Nathan menarik Chacha ke pelukannya. Laki-laki itu memperhatikan sejak beberapa hari wajah Chacha selalu terlihat khawatir dan ia tahu penyebabnya. Inilah alasan ia tak mau memberitahunya. Nathan tak ingin membebani pikiran Chacha, karena gadisnya gampang panik dan memikirkan hal-hal yang membuat kepalanya jadi sakit.

Nathan mengusap pelan rambut Chacha, "I'm okay. Don't worry By." bisik Nathan, membuat Chacha mengangguk dalam pelukannya.

"Kamu janji ya jangan tinggalin aku." Chacha semakin erat memeluk Nathan dan membenamkan wajahnya ke leher Nathan. Bukannya menjawab, Nathan malah melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Nathan. Ia mendekatkan wajahnya dan mencium lembut kening gadisnya. Chacha ikut memejamkan matanya tanpa sadar air matanya mengalir begitu deras dipipinya.

NATHANIEL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang