22. Kemustahilan.

493 117 9
                                    

Yuki melihat sekali lagi alamat yang tertulis di selembar kertas di tangannya. Setelah yakin, Yuki menekan bel rumah di depannya sebanyak dua kali. Menunggu beberapa saat, pintu itu akhirnya dibuka. Tapi Yuki terkejut saat yang membuka pintu bukanlah Profesor Danurdara, melainkan robot berbentuk kelinci dengan dasi merah- tingginya hampir sepinggang Yuki.

"Identifikasikan diri." Mulutnya berkedip ketika Kelinci itu bicara.

"Aku Yuki, murid Profesor Danurdara." Mata kelinci itu menyala memindai Yuki dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Selamat datang di rumah Profesor Danurdara. Aku adalah Robbit, pelayan pribadi Profesor. Silahkan masuk." Ucapnya membuka pintu lebih lebar. "Profesor sudah menunggu anda sejak tadi." Yuki mengikuti Robbit yang melompat-lompat layaknya kelinci asli.

"Oh ya." ucap Yuki tak tahu harus mengatakan apa. Dia tahu jaman semakin maju, tapi baru kali ini dia melihat teknologi sebagus ini.

Ketika memasuki rumah Profesor Danurdara, Yuki tidak melihat sesuatu yang luar biasa- kecuali Robbit. Secara keseluruhan ini adalah rumah biasa dengan desain modern minimalis. Yuki diarahkan di sebuah lorong yang cukup panjang, di ujungnya terdapat pintu hitam berukuran besar.

"Profesor, tamu anda sudah sampai." beritahu Robbit saat mereka sampai di laboratorium pribadi Profesor Danurdara.

"Terima kasih Rob, bisa kamu ambilkan Yuki segelas minuman dingin?"

"Tentu saja Profesor." ucap Robbit melompat-lompat pergi.

"Jadi, bagaimana kabarmu Yuki?" tanya Danurdara sambil mendekati Yuki.

"Saya baik Profesor. Bagaimana dengan anda, saya harap kedatangan saya tidak mengganggu anda." ucap Yuki.

"Aku sedikit sibuk, tapi kamu sama sekali tidak mengganggu. Justru aku senang kamu berada di sini sekarang, ada yang ingin aku tunjukan padamu sejak kemarin. Tapi mereka bilang kamu ijin selama beberapa hari. Apa terjadi sesuatu?"

"Ya, terjadi beberapa hal dalam seminggu ini. Saya harus menjaga ibu saya yang sedang sakit." Yuki tidak tahu apakah membahas kerusuhan itu legal atau tidak, itu sebabnya dia tidak terlalu jujur.

"Aku mengerti. Kemarilah, ini tentang tulisan kuno yang saat itu kamu temukan. Aku berhasil mengurai beberapa kata, tapi itu acak. Jadi kita masih belum bisa mengartikannya sama sekali."

Yuki mengikuti Profesor Danurdara masuk semakin dalam ke laboratoriumnya yang luas- mungkin luas rumah ini setengahnya adalah laboratorium ini, matanya tak bisa dicegah menelusuri setiap bagian. Ada banyak benda tua di tempat ini, batu dengan tulisan kuno, potongan lengan dari abad pertengahan dan masih banyak lagi. Selain itu terdapat puluhan komputer yang menunjukan statistik dan pola yang tak Yuki pahami. Hal ini membuktikan, kemungkinan besar Robbit adalah ciptaan Profesor Danurdara sendiri.

"Karena aku sering tidak berada di sini, jadi aku menciptakan Robbit untuk menjaga rumah. Aku menciptakannya dengan kecerdasan buatan yang belum pernah ada. Buatanku sendiri." ucap Danurdara saat Yuki bertanya.

"Jadi selain arkeolog anda juga seorang insinyur teknologi."

Danurdara tertawa. "Tidak, aku hanya arkeolog. Menciptakan benda-benda hanyalah hobi di waktu lapang."

"Hobi anda sangat bagus, Profesor." puji Yuki tulus. Tapi entah kenapa Profesor Danurdara justru kembali tertawa.

"Jadi ini, ini adalah kata-kata yang berhasil aku uraikan. Tapi kita masih sangat jauh, ini belum apa-apa." Profesor menunjukan sekumpulan kertas berisi coretan di atas meja besar. Yuki melihat tulisan itu, membaca kata per kata yang tertulis.

RedMoon || AlphaSoulWhere stories live. Discover now