13. Percikan.

842 162 29
                                    

Aula besar itu dapat menampung seratus lima puluh orang dalam sekali pertemuan sekaligus. Seratus lima puluh orang tersebut adalah pemimpin dan orang-orang terpilih dari berbagai kota di penjuru Nusantara. Nusantara berdiri dengan aturan politik yang dibuat dengan seadil-adilnya, karena itu tidak ada poling masyarakat untuk menentukan pemimpin suatu daerah, karena dapat menimbulkan kericuhan antar pihak-pihak tertentu. Pemilihan pemimpin daerah dilakukan oleh para Harjuna melalui proses diskusi yang sangat panjang dan keras, sedangkan posisi Pemimpin Harjuna diserahkan secara turun-temurun oleh pemimpin sebelumnya. Karena itu setiap pemimpin yang menggantikan sesepuh sebelumnya akan melakukan sumpah sakral. Untuk tidak memihak siapa pun, untuk mengesampingkan ego masing-masing dan selalu mengutamakan keselamatan rakyat di seluruh negeri. Semua orang itu berkumpul untuk membahas gunjang-ganjing yang tengah terjadi di negeri indah ini.

Martinez duduk sebagai pemimpin rapat, bersama Adjie dan Johannes. Masing-masing adalah perwakilan ras yang ada di Nusantara. Ketika Martinez mengetuk palu, rapat seluruh negeri itu pun dimulai.

"Mengenai perihal yang saat ini sedang terjadi, seluruh negeri sedang mengalami krisis karena sebuah kesalahpahaman. Saya mengumpulkan seluruh pemimpin karena menginginkan solusis terbaik yang akan kita berikan kepada rakyat." Martinez mulai membacakan perihal masalah yang saat ini sedang terjadi.

Ada tiga hal yang membuat suasana di masyarakat memanas saat ini. Pertama, para buruh yang semakin marah karena tuntutan yang belum terkabulkan. Membuat aksi demo semakin marak dan berakhir dengan kekacauan. Kedua, terdengar kabar bahwa sebuah organisasi bawah tanah mulai menyebarkan obat-obatan yang dapat membuat si pengguna mengalami halusinasi akut dan peningkatan kekuatan, berita ini masih simpang-siur namun cukup meresahkan masyarakat karena konon korban yang mereka pilih adalah anak-anak di bawah umur.

"Yang ketiga, adalah laporan penyerangan yang dialami oleh Penjajah. Beberapa korban bersaksi bahwa yang menyerang mereka adalah, Barong." Ucap Martinez, menyebabkan keheningan yang janggal untuk beberapa saat.

Sampai kemudian terdengar suara. "Apa anda baru saja menuduh Pribumi, Tuan Martinez?"

Hartono Ajisukmo, dia adalah salah satu pemimpin di sebuah kota bagian utara. Hartono dulunya adalah seorang pejabat di pemerintahan pusat, dia lalu dicalonkan oleh sebagian pejabat di pemerintahan hingga akhirnya menjadi seorang pemimpin sejak satu tahun yang lalu. Santer terdengar bahwa di balik sosoknya yang terlihat hangat Hartono adalah seorang pemimpin yang tegas dan keras, bahkan beberapa orang keluar dari kota yang dia pimpin karena tidak tahan dengan kepemimpinannya. Tapi walau begitu, kota yang dipimpin olehnya telah menjadi kota terbaik selama satu tahun masa jabatannya.

"Saya tidak menuduh Tuan Hartono, karena kita masih belum memiliki bukti apa pun untuk masalah ini." ucap Martinez tenang.

"Tapi dari kata-kata anda, saya mendengar anda seperti memiliki kecurigaan pada Pribumi." Kata-kata Hartono membuat seisi aula mendengung.

"Tuan Hartono, anda tidak seharusnya mengatakan sesuatu hal yang provokatif di rapat dewan. Kita semua berkumpul untuk menyelesaikan masalah, bukan untuk menambahnya." Adjie berkumandang tegas, menyusutkan dengung suara di aula rapat.

"Tuan Adjie, mana mungkin saya berani melakukan itu." Hartono tersenyum tipis hingga kerutan di matanya semakin terlihat. "Saya hanya menyuarakan pendapat saya, apa itu salah?"

"Menyuarakan pendapat tentu bukan hal yang salah, Tuan Hartono. Tapi anda seharusnya sadar, jika pendapat anda saat ini hanya akan menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu." Johannes Anderson, wajah tampan yang tak pernah tersenyum namun setiap kata-katanya selalu mengandung ketenangan. "Kita semua seharusnya fokus pada masalah yang tengah kita hadapi dan menyingkirkan ego masing-masing." Tambahnya lagi.

RedMoon || AlphaSoulWhere stories live. Discover now