29. Serangan.

441 73 18
                                    

Sekolah ini terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu kelas eksekutif dan reguler. Kelas eksekutif diisi oleh anak-anak pilihan, kebanyakan berasal dari Kaum Elite dan Harjuna. Sedang kelas reguler diisi oleh murid biasa. Fasilitas penunjangnya pun berbeda jauh. Selain itu murid eksekutif dan reguler tak berada dalam satu gedung, hal itu menunjukan kesenjangan sosial yang cukup tinggi.

Raphael sesungguhnya keberatan dengan cara sekolah ini membeda-bedakan muridnya, apalagi setelah dia tahu bagaimana orang-orang ini memperlakukan Yuki. Padahal Pemerintahan jelas melarang adanya kesenjangan sosial, tapi sayangnya harga diri manusia tak bisa diperintah oleh siapa pun.

Raphael yang berada di kelas sejak tadi tak bisa tenang, instingnya mengatakan sesuatu yang buruk sedang terjadi. Ditambah, Raphael sudah berusaha menghubungi Yuki namun gadis itu tak meresponnya sejak tadi.

Aurora yang menyadari kegelisahan Raphael segera menegurnya.

“Ada yang nggak beres.” gumam Raphael.

“Nggak beres gimana?” kelas pertama sedang berlangsung, Raphael dan Aurora hanya bisa saling berbisik.

“Aku nggak bisa hubungin Yuki.” Ucapnya. Pada saat bersamaan, Raphael tersentak ketika merasakan tekanan aura yang cukup besar. Aurora dan beberapa Bangsawan yang berada di kelas itu pun ikut merasakan aura tersebut.

Terkandung niat jahat dalam aura yang mereka rasakan.

“Bisa kamu cek apa yang terjadi di luar?” ucap Raphael. Wajahnya tegang, yang ada di kepalanya saat ini hanya Yuki.

Aurora memejamkan matanya, dia menggunakan mata batin untuk melihat keadaan di luar. Di depan gedung reguler ada tiga orang yang terlihat mencurigakan. Mereka semua mengenakan jubah merah yang menutupi dari kepala hingga kaki, salah satu dari mereka bersimpuh sambil mendendangkan Kidung.

Aurora pernah mempelajari Kidung itu dari Ibunya, dulu orang-orang Nusantara menggunakan nyanyian yang berbahasa kuno ini sebagai lagu pengantar tidur. Tapi di jaman perang orang-orang memanfaatkan Kidung ini untuk kepentingan pribadi. Dengan memasukan sihir di dalam liriknya orang yang mendengarkan Kidung ini akan terkena kantuk yang amat sangat hingga tak sadarkan diri, alhasil mereka akan dengan mudah dikalahkan.

Tapi sihir yang terkandung dalam Kidung ini adalah sihir kuno, dan karena takut disalah gunakan, Pemerintah akhirnya melarang sekolah dan siapapun untuk mempelajari Kidung ini. Lantas, siapa orang yang dapat melantunkan Kidung itu dengan sempurna.

“Pak, pelajaran harus diberhentikan. Terjadi sesuatu di gedung reguler.” Raphael bangkit dari duduknya setelah mendengar penjelasan Aurora.

“Sesuatu apa?” Guru yang saat itu mengajar menghentikan kegiatannya.

“Biar adik saya yang menjelaskan.” tak ingin membuang waktu, Raphael keluar dari kelas dengan langkah lebar. Di belakangnya Bangsawan lain mengikuti.

Saat ini jantung Raphael berdetak tak karuan, perasaan cemas dan marah berpadu menjadi satu. Andai sedikit saja mereka berani menyakiti Yuki, Raphael bersumpah akan melumat mereka sampai tulang mereka hancur.

***

Di koridor yang sepi, Prof. Danurdara masih berhadapan dengan Jubah Merah. Di lengan dan dadanya terdapat luka cakaran yang menimbulkan bercak darah, beruntungnya keadaan lawannya tidak berbeda jauh dari Danurdara. Danurdara berhasil membuka tudung yang menutupi wajah orang itu. Dia laki-laki kurus dengan kepala dan alis yang botak, serta  tato yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

Danurdara melirik arah kepergian Yuki, kenapa gadis itu tidak juga kembali. Dia sudah hampir mencapai batasnya.

Di sisi lain, Yuki masih berusaha lepas dari kejaran mereka. Benar, Jubah Merah yang muncul bukan hanya satu. Setelah Yuki membanting Jubah Merah yang pertama, Jubah Merah yang lain mulai bermunculan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RedMoon || AlphaSoulWhere stories live. Discover now