26. Sosok dalam tubuh.

558 98 16
                                    

Hai semua, ya ampun apa kabar nih. Semoga baik ya semua. (Muncul dengan tidak tahu diri 😂)
Kalau ada yang lupa sama jalan ceritanya, silahkan baca ulang.😆

Happy reading.💕

***

Kendaraan roda empat tersebut perlahan-lahan berhenti di depan sebuah mansion, mansion itu dibangun sejak ratusan tahun yang lalu- tepat setelah perjanjian perdamaian diumumkan. Mansion ini telah menjadi tempat tinggal secara turun temurun bagi para Pemimpin Harjuna, mansion yang sering juga disebut sebagai Kidung Ayem.

Yuki melihat bangunan tua yang masih terlihat kokoh itu dengan gugup. Kesan angker yang biasanya muncul di bangun tua tidak tampak dari bangunan tersebut, tanaman segar dan bunga-bunga yang menimbulkan aroma harum menjadi penyebabnya. Sangat terlihat jika orang yang menempati mansion ini menjaga tempat tinggalnya dengan telaten. Kemarin saat Ibunya tiba-tiba memberitahu jika mereka akan pindah, Yuki sama sekali tak membayangkan hal ini. Maksudnya, tinggal di rumah sebesar ini menjadi impian semua orang, termasuk Yuki. Tapi yang menjadi soal adalah penghuni rumah ini.

"Yuki, kenapa diam di situ. Ayo masuk." Fahira memanggil Yuki yang masih terdiam di tempatnya, melamun.

"Iya Bunda." Yuki melewati dua anak tangga sekaligus untuk sampai di beranda rumah.

"Bunda, kita benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Yuki untuk yang kesekian kali. Keduanya berdiri di depan pintu besar.

"Hanya untuk sementara."

"Kenapa?"

"Bunda akan jelaskan alasannya nanti. Sekarang lebih baik kamu pasang senyum terbaik, kan mau ketemu sama calon mertua." ucap Fahira. Dia terkekeh ketika melihat pipi Yuki merona merah.

Pintu berukuran besar itu terbuka bahkan sebelum mereka mengetuk. Raphael muncul di sana, menyambut kedatangan mereka dengan senyuman tipis di wajah tampannya. Dari belakangnya datang anggota keluarga Raphael yang lain. Yuki masih tidak tahu harus bersikap seperti apa, terutama pada orang tua Raphael. Alhasil Yuki hanya bisa mengikuti Fahira seperti anak ayam.

"Ini benar kamu." Cintya melepaskan pelukannya dari Fahira, menatap wanita itu dengan mata berkaca-kaca. Cintya dan Fahira sudah bersahabat sejak lama, saat dulu mendapat kabar bahwa Ananta meninggal dia orang pertama yang berusaha mencari Fahira yang tiba-tiba menghilang.

"Maaf, aku nggak seharusnya pergi tanpa pesan." ujar Fahira sambil menghapus setitik air mata di sudut matanya sendiri.

"Yang terpenting kamu baik-baik saja, kalian baik-baik saja." Cintya beralih pada Yuki, yang berdiri canggung di sebelah Ibunya.

Saat Cintya memperhatikan Yuki, mata biru Cintya berhenti di kening gadis itu atau lebih tepatnya pada simbol bulan sabit merah yang tampak kontras di kulit putih Yuki.

"Aku masih nggak mengerti, bagaimana bisa?" Cintya menoleh pada Fahira. Simbol itu seharusnya tidak dimiliki oleh orang selain Bangsawan, kecuali sesuatu telah terjadi.

"Kita bahas itu nanti. Sekarang ayo kita rayakan hari ini, Cintya sudah memasak sangat banyak untuk makan siang kita." Martinez menghentikan suasana canggung di antara mereka setelah pertanyaan Cintya. Dia menggiring orang-orang itu ke meja makan yang telah dipersiapkan.

"Maaf." Raphael berjalan bersama Yuki di urutan paling akhir, dia mengambil alih tas yang ada di tangan Yuki.

"Bukan masalah. Aku harus mulai terbiasa mulai sekarang kan." ujar Yuki. Setelah ini akan lebih banyak orang yang bertanya-tanya tentang bulan sabit miliknya, dan kenyataan bahwa Yuki adalah wanita milik Raphael akan memperburuk hal itu. Mempersiapkan mental sejak dini adalah pilihan Yuki.

RedMoon || AlphaSoulWhere stories live. Discover now