Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Chapter 1

36.7K 3K 111
                                    

Setelah dua tahun tidak bertemu dan tidak bertegur sapa, kami malah dipertemukan dengan cara paling konyol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dua tahun tidak bertemu dan tidak bertegur sapa, kami malah dipertemukan dengan cara paling konyol. Satu kantor. Ya, Tuhan... membayangkan saja sudah membuatku jengkel. Di antara banyaknya manusia, kenapa harus Expan?

"Ini ruangan kalian berdua."

Kalimat itu membuyarkan segala kekesalanku akan penolakan kenyataan gila ini. Kulihat ruangannya hanya diisi dua meja kerja lengkap dengan komputer dan printer. Tidak ada meja lain selain dua meja yang saling berhadapan. Entah ini jebakan atau Wilmar mendoakan aku mati perlahan karena satu ruangan dengan Expan.

"Pak Wilmar," panggilku. Wilmar menoleh padaku dengan mulut terbuka seolah ingin menjelaskan sesuatu. "Saya di sini, Pak? Saya pikir akan bersampingan dengan yang lain di luar," tanyaku dengan wajah memohon. Tolong, tolong. Semoga Wilmar mengerti maksud ucapanku ini.

"Biliknya udah penuh makanya sengaja mengosongkan ruangan ini untuk kamu dan Expan. Di ruang sebelah juga udah penuh. Jadinya ini satu-satunya ruangan yang tersisa. Seandainya nanti ada yang baru pastinya gabung ke ruangan ini," jelasnya santai.

Menyesal. Satu kata itu muncul setelah aku mendengar penjelasan Wilmar. Satu kantor, satu ruangan, nanti apa lagi? Wilmar benar-benar menguji kesabaranku. Jangan sampai aku hancurkan bangunan ini karena kesabaranku habis.

"Semoga kalian suka dengan ruangannya ya." Wilmar melempar senyum tanpa dosa. "Oh, ya. Setelah ini ada kasus yang ingin saya berikan untuk kalian berdua."

Apa dia sudah gila? Aku tidak mungkin mengurus kasus bersama Expan. Yang ada aku mati duluan karena pusing menghadapi sifat keras kepalanya. Expan bukan orang yang mau mengalah. Waktu menikah denganku saja kami sering memperdebatkan hal-hal kecil yang menurutku tidak penting. Apa jadinya jika aku mengurus kasus dengannya? Ini pertanda buruk. Aku yakin hari-hariku akan dipenuhi emosi sampai pulang.

"Kalau boleh tahu, apa kliennya sudah datang kemari? Atau, baru akan datang menjelaskan permasalahannya, Pak?" tanya Expan. Cara bicaranya terlihat santai seolah-olah tahu bagaimana bekerja sama denganku.

"Kliennya sudah datang kemarin. Tapi hari ini mereka datang lagi. Saya sudah bilang sama Veta dan Jerim kalau kalian akan langsung membantu di hari pertama bekerja." Wilmar menjelaskan panjang lebar.

Jengkel karena diberi kerjaan di hari pertama? Tidak. Aku jengkel karena harus mengerjakan kasus ini bersama dengan Expan. Aku ingin menukar posisiku dengan pegawai lain dari ruang sebelah atau di luar. Jika aku melakukan itu bisa dikira tidak profesional. Ini benar-benar pilihan yang sulit.

"Kalau begitu saya..." Wilmar menggantung kalimatnya. Aku penasaran ketika dia menoleh ke belakang dan melihat seorang perempuan yang menyembulkan kepala dari balik pintu setelah mengetuknya. "Kenapa, Alena?"

"Permisi, Pak. Maaf mengganggu. Bu Esna sudah datang. Saya sudah menyuruhnya menunggu di ruang rapat." Alena, resepsionis kantor, memberitahu.

"Oke, terima kasih. Saya akan segera ke sana." Wilmar menatapku dan Expan bergantian. "Nah, kliennya udah datang. Namanya Bu Esna," jelasnya.

LaciaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang