****

"Hani...." panggil Disha pada sahabatnya.

"Apaan Sha?" sahut Hani.

"Tahu nggak sih Han, kalau Disha tuh udah suka sama drakor," tutur Disha senang.

"Udah gue bilanginkan kalau drakor tuh lebih seru dari pada sepongebob."

"Eh jangan bilang gitu. Sepongebobnya Disha juga seru kok, tapi nggak ada yang ganteng kayak di drakor."

"Huh serah lo sih Sha," pasrah Hani.

"Hani... tugasnya Disha belom dikerjain, Disha nyontek ya," mohon Disha memelas.

"What? Lo belom ngerjain PR Sha?" tanya Hani syok dan juga cemas.

Disha mengangguk.

"Kok lu nggak bilang dari tadi sih Sha. Nih lo ambil buku gue dan cepetan lo tulis. Gue takut keburu masuk," suruh Hani khawatir dan langsung menyerahkan buku tugasnya.

"Makasih Hani," balas Disha yang masih sempat-sempatnya tersenyum.

"Cepetan tulis Sha, itu tugas dari Bu Yana. Lo nggak mau dihukumkan cuman gara tugasnya belom selesai."

Disha mengangggukan kepalanya lalu gadis itu buru-buru menyalin jawaban tugas yang sudah Hani berikan.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Yana yang tiba-tiba sudah berada didalam kelas.

"Hani... Disha belum selesai," tutur Disha dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Apalah daya kecepatan tangan Disha yang super lembut tersebut, hanya mampu menulis setengah halaman sedangkan tugasnya ada selembar.

"Lo jangan nangis oke. Gue berharap bu Yana lupa," bisik Hani kepada Disha saat melihat gadis itu yang sudah hampir mau menangis.

Disha pun mengangguk patuh.

Setengah pelajaran bu Yana sudah dimulai dan untung saja sang guru belum meminta tugas yang diberikannya.

"Baik anak-anak pelajarannya sudah sampai disini dulu selebihnya kita bahas di pertemuan yang akan datang. Kalian bisa kerjakan soal-soal yang ada dibuku tersebut!"

Disha bernafas lega saat bu Yana tidak meminta tugasnya yang kemarin.

"Ibu kok ngasih tugas lagi sih bu... yang kemarin aja belum dikumpulkan," celetuk siswa dikelas tersebut.

Mata Dish melotot.

"Hani gimana ini?" tanya Disha khawatir.

"Lo tenang aja dulu Sha."

"Oh ya ibu lupa... ayo semua kumpulkan dan nggak ada alasan buat kalian nggak ngumpulin," perintah bu Yana.

"Urut per-absen," lanjut bu Yana.

"Hani hiks... Disha nggak mau sekolah lagi... pokoknya Disha mau pulang, Disha takut," rengek Disha kepada Hani.

"Lo hubungi Daren aja suruh dia kesini," saran Hani.

"Nggak mau! Nanti Daren malah marah sama Disha, karena Disha nggak ngerjain tugas. Nanti Disha nggak dibolehin nonton drakor lagi."

"Ya terus lo mau dihukum? Daya tubuh lo itu lemah Sha. Gue nggak mau lo pingsan," sanggah Hani khawatir.

Hani adalah satu-satunya sahabat perempuan yang Disha miliki. Semua teman-temannya tidak ada yang mau berteman dengan Disha, karena sifat Disha yang terlalu kekanakan. Tapi Hani beda, ia adalah gadis yang selalu memperhatikan Disha layaknya saudara.

"Disha hubungin Daren aja deh." Disha pun buru-buru menghubungi Daren saat merasa sudah tidak ada cara lain untuk lolos dari hukuman.

"Ish si Darennya nggak ngangkat," kesal Disha saat sudah berkali menghubungi Daren.

"Lo coba terus aja Sha!" Saat Disha ingin menghubungi Daren lagi.

"Disha Atmaja."

Tiba-tiba namanya sudah dipanggil oleh bu Yana, Disha langsung menatap Hani penuh kecemasan.

"Lo kasih aja tugas lo, mungkin ibu lagi baik," ucap Hani meyakinkan.

Disha mengangguk lalu berjalan kedepan dengan langkah takut.

"Kemana jawaban soal-soal selanjutnya?" tanya bu Yana garang.

"Disha nggak tahu jawabannya bu, jadi Disha nggak kerjain," alibi Disha.

"Oke kamu duduk dulu," suruh bu Yana.

"Nggak bisa gitu dong bu! Si Disha harus dihukum juga bu. Masak cuman ngerjain setengah nggak dihukum," ketus Clara.

Disha dan Clara memang satu kelas dan yang paling julid ke Disha ya Clara, justru itu Disha sangat tidak suka kepada Clara.

"Benner tuh bu... ibu nggak boleh pilih kasih," timpal siswa lainnya.

"Oke kamu Disha keluar! Berdiri di tengah lapangan sambil hormat ke bendera," suruh bu Yana.

"Tapi bu--"

"Nggak ada tapi-tapian. CEPAT!" sentak bu Yana.

Mata Disha langsung memerah saat mendapat sentakan dari bu Yana.

"Yah udah mau nangis aja nih bocah. Gini nih bocah kalo disekolahin di SMA, kerjaannya cuman bisa nangis doang!" cibir Clara.

"Dih cengeng banget sih lo!"

"Sok manja enek gue liatnya."

"Udah besar kok masih kayak bocah." Dan banyak lagi cibira yang teman-teman Disha berikan.

Sudah Dhisa sudah tidak kuat mendengarnya lagi, ia pun langsung memilih berlari ke tengah lapangan saja daripada harus mendengar ocean mereka terus.

Ingin Hani menjahit satu-persatu mulut dari temannya yang selalu mengatai Disha. Namun ia bisa apa? Dia cuman anak sederhana yang beruntung diterima disekolah elit ini.

"Disha bukan bocahka   hiks..." tangis Disha ditengah lapangan sambil menatap kearah bendera sang merah putih yang masih berkibar.

"Disha benci sama temen-temen disha hiks..." adunya entah kepada siapa.

"Kenapa semuanya nggak kayak Hani hiks..."

Peluh sudah membasahi tubuh Disha dari atas sampai bawah. karena cuacanya memang sedang sangat panas, membuat Disha semakin berdiri dengan gelisah.

"Disha nggak suka sekolah hiks... disha nggak mau sekolah bareng mereka lagi!"

****

Drrt drrt

Handphone Disha yang dipegang Hani berdering menandakan ada yang menghubungi Disha.

Hani langsung mengangkat sambungat tersebut saat melihat Darenlah yang menghubunginya.

"Kenapa?" tanya Daren dingin.

Meskipun takut bercampur khawatir, akhirnya  Hani memberitahu Daren. "Di-disha dia sedang dihukum di lapangan, gue takut terjadi suatu sama di--"

Tut

Belum sempat hani menyelesaikan kalimatnya Daren sudah mematikan sambungannya.

Hani langsung menghembuskan nafasnya lega. Karena sudah memberitahu Disha kepada
Daren, dan gadis itu yakin jika Daren akan selalu ngejagain Disha.











~To Be Continued~

Jangan lupa vote dan komen 🌟

Sampai jumpa di
Next part




ig : hay.mars_

DISHA_ حيث تعيش القصص. اكتشف الآن