Part 21. Masalah Pilihan

Mulai dari awal
                                    

"Sebelumnya aku sudah memilih beberapa gaun yang kurasa cocok untukmu tapi kamu juga bebas memilih gaun apa pun yang kamu sukai nantinya asal tidak terlalu terbuka, gadis kecil."

"Oke."

Seorang wanita paruh baya menyambut kami, memberikan salam penuh hormat, dan membawa kami ke lantai dua.

Di lantai dua begitu banyak terpajang gaun pernikahan yang sangat indah.

Aku merasa ingin memakai semuanya!!!

"Jadi, gaun mana yang ingin kamu pakai, gadis kecil?" Tanya om lembut.

Melepaskan pelukannya dari pinggangku dan menghampiri gaun-gaun pernikahan indah yang terpajang.

"Semuanya terlihat cantik, kak. Susah memilihnya sekarang."

"Nona bisa mencoba semuanya untuk menemukan pilihan yang cocok." Ujar wanita paruh baya di sampingku.

"Sebelumnya panggil saja saya En. Saya yang bertanggung jawab atas gaun pernikahan, nona. Jangan sungkan dengan saya untuk kedepannya."

Aku mengangguk mengerti.

"Oh ya, om gak mencoba tuxedo pengantin juga?" Tanyaku pada si om yang sedang duduk manis di sofa sambil menatapku intens.

"Nanti saja setelah kamu menemukan gaun yang cocok, gadis kecil."

"Oh, oke." Kembali mengalihkan perhatianku ke gaun-gaun indah dan memutuskan untuk mencoba gaun pertama yang menarik perhatianku.

"Sekarang aku ingin mencoba gaun ini dulu."

Hanya sebuah gaun pernikahan putih yang terlihat elegan. Bagaimana ya kalau aku yang memakainya?

"Saya akan membantu Anda memakainya di ruang ganti, nona."

"Oke."

Kami berdua pergi ke ruang ganti dan dia membantuku memakainya.

Aku menatap bayanganku di cermin dan tersenyum puas melihat hasilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap bayanganku di cermin dan tersenyum puas melihat hasilnya.

"Aku rasa Alpha akan terpesona melihat nona memakai gaun ini."

Aku terkikik geli. "Alphamu itu selalu terpesona melihatku meskipun aku sedang mengupil, En."

"Nona bisa saja." Kekehnya.

"Memang begitu kenyataannya. Dia sudah cinta mati padaku."

En tersenyum geli.

Kami keluar dari ruang ganti.

"Bagaimana, kak? Bagus gak?" Tanyaku pada si om yang tengah membaca.

Kala perhatiannya teralihkan sepenuhnya kepadaku, dia menatapku kagum.

"Bagus?" Ulangku sekali lagi meski aku sudah tahu jawabannya.

"Sangat bagus. Kau ingin memakai itu untuk pernikahan kita nanti?"

Queen Of WerewolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang