2

2.2K 400 29
                                    

Istirahat sekolah tiba, rasanya Milo teramat bahagia. Baru kali ini dia sangat menanti bunyi bel istirahat. Dia tak bisa konsentrasi belajar karena Mauve terus melihat ke arahnya. Risih, ingin rasanya dia menjitak kepala Mauve yang sepertinya kosong.

"Buru-buru mau ke mana?" Mauve menarik tangan Milo yang hendak bangkit dari kursi panas.

"Ke tempat yang nggak ada lo."

"Ih nggak asyik kalau nggak ada gue."

Milo menyingkirkan tangan Mauve dari pergelangan tangannya lalu keluar kelas menuju kelas Shaleta. Dia butuh bicara dan bercerita soal Mauve yang terus mengganggunya.

Melihat Shaleta yang melambaikan tangan padanya, suasana hati Milo berubah seketika. Rasa kesalnya hilang berganti senyum lebar yang sempurna.

"Baru aja gue mau ke kelas lo," ucap Shaleta.

"Ngapain?"

"Mau cerita soal Him."

"Oh...."

Ekspresi Milo jadi kaku meski masih ada sisa senyuman. Tapi sepertinya Shaleta tak pernah tahu atau mungkin pura-pura tidak tahu. Terbukti tiap bertemu pasti yang dibicarakan kakaknya Aruna.

Milo tahu Ahimsa terlalu keren untuk jadi saingan. Anak SMA pasti akan tergila-gila dengan mahasiswa. Sementara dia masih bocah ingusan yang baru saja punya KTP.

"Ayo kita pacaran!"

"Hah?" Seperti disambar petir di siang bolong. Milo teramat kaget dengan kata-kata Shaleta. Bagaimana tidak? Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba mengajaknya pacaran. Milo menelan salivanya perlahan sebelum bereaksi lagi. "Lo...."

"Iya ayo kita pacaran!"

"Kenapa tiba-tiba?" Bukannya Milo tak suka, dia tentu girang bukan main. Tapi dia sadar diri.

"Soalnya Kak Him punya pacar."

Kebahagiaan Milo hancur, bak gelas kaca yang jatuh dari atas meja. Egonya terluka. "Terus apa hubungannya sama gue?"

"Karena lo satu-satunya temen cowok yang deket banget sama gue. Nggak mungkin kan gue pacaran sama Aruna."

Milo yang patah hati dan kecewa semakin tak mengerti. Dia menatap lekat Shaleta yang menatapnya dengan wajah memohon.

"Gue nggak mau," ucap Milo sembari mengalihkan pandangan, menatap langit yang terlihat biru dengan sedikit awan putih agar tak terbujuk ttapan Shaleta.

"Kenapa? Ada yang lo suka?"

"Nggak ada."

"Terus?"

"Karena...."

"Karena apa?"

"Ya lo nggak cinta sama gue ngapain pacaran?"

"Ayolah. Gue butuh pacar biar gue nggak malu-malu banget."

"Malu gimana sih?" Milo menaikkan nada suaranya, mulai kehilangan kesabaran.

"Aruna lihat gambar gue yang isinya gambar Kak Him."

"Terus?"

"Ya terus gue nggak mau ketahuan kalau gue suka Kak Him."

"Gue paham perasaan lo. Tapi sorry gue nggak bisa bantu."

Tawaran Shaleta adalah mimpinya tapi dia tak mau jika itu hanya pura-pura. Dia tak cukup nyali untuk melewati hari dengan menjadi kekasih bayangan.

"Kata Aruna lo suka gue," celetuk Shaleta.

Seketika Milo tersedak air mineral yang tengah dia minum. Matanya sampai memerah karena tersedak.

Taken SlowlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang