Bab 11

189 108 58
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

.

Laras segera menenangkan Fadil, menurutnya Fadil sudah terlalu menahan kesedihan. Padahal dirinya sendiri lebih menahan tangisan agar terlihat kuat walaupun hatinya begitu rapuh.

"De lihat Kakak, sekarang kita hanya berdua. Walaupun begitu Kakak masih bersyukur punya kamu. Kamu adalah keluarga Kakak satu satunya, jangan pernah cengeng, kamu laki-laki, kamu harus kuat. Nanti jika Kakak sudah rapuh, kaulah yang akan menjaga Kakak. Dan satu hal yang kau harus ingat De, mungkin keluarga bisa pergi, tapi Allah tidak!" Ucap Laras tegas.

Fadil hanya mampu menganggukkan kepalanya. Ia tak ingin menangis, ia berusaha tegar seperti Laras.

"Ya sudah kamu mandi gih, Kakak juga mau mandi. Habis mandi kita salat Zuhur oke?" ucap Laras antusias.

"Iya Kak," ucap Fadil sambil menerbitkan senyum tipisnya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka menunaikan salat Zuhur. Laras melamakan sujudnya sambil berdo'a kepada Allah agar mampu diberi ketabahan. Isak tangis membasahi sajadah, meminta ampun pada sang kuasa akan lalainya dia dalam ibadah.

Allah begitu sayang dengan Laras, Dia rindu akan kedekatan seorang hamba dengan sang kuasa.

Sudah selesai Laras dan Fadil salat, mereka segera meletakkan kembali alat salatnya.

"De umur kamu sekarang udah berapa yah? Kakak lupa hehehe," tanya Laras.

"6 tahun Kak," singkat Fadil dengan wajah cemberut.

"Wah udah tua yah, besok Kakak cari tempat untuk kamu sekolah yah," ucap Laras antusias.

"Tapi biayanya-" ucap Fadil terputus.

"Kamu engga usah khawatir oke, itu bukan masalah besar, nanti Kakak kerja part time di tempat Abang mengajar. Eh nama pesantrennya apa yah? Kakak lupa?" tanya Laras.

"Pesantren Al-Kautsar Kak," ucap Fadil.

''Oh itu, De kamu jangan gini terus dong. Ceria dikit napa, sedih boleh. Tapi jangan berlarut-larut, kata Abang," pelan Laras.

"Besok senin, Kakak bolos aja yah. Nanti kamu sendirian di rumah, sekalian nanti Kakak ke pesantren," jelas Laras.

"Engga usah Kak, Fadil engga apa. Fadil kan anak yang kuat," ketus Fadil sambil senyum.

"Nah gitu dong senyum, tapi Kakak emang engga mau sekolah dulu. Nanti Kakak izin, kamu kalau di sekolahin di pesantren gimana? Mau?" tanya Laras pelan.

"Tapi Fadil mau sama Kakak Lalas, nanti Kak Lalas sendirian," lirih Fadil.

"Engga kok, kamu pagi sampai sore di pesantren. Nanti malam pulang, Kakak yang jemput. Lagian Kakak kalau siang sekolah oke?"

Laras | Sudah Terbit ✓Where stories live. Discover now