The Mahesa's

22K 1.1K 45
                                    

Siang itu pusat perbelanjaan cukup ramai. Raditya dengan santai mendorong kereta bayi mengeliling mall terbesar di Jakarta. Laki-laki tampan itu cuek dengan pandangan penuh rasa ingin tahu dari perempuan di sekelilingnya. Ia terlihat santai dengan polo shirt putih dan celana jeans selututnya, sebuah tas berisi perlengkapan bayi juga ia bawa. Sesekali ia berhenti dan menatap ke arah kereta bayinya, memastikan bayinya baik-baik saja.

"Radit..."

Raditya menoleh dan mencari-cari orang yang memanggilnya.

"Yeee..dipanggilin," Perempuan cantik dengan blus tanpa lengan berwarna putih dan celana panjang hitam langsung memeluknya erat, membuat orang-orang yang melihat langsung menahan nafas. Bayangkan saja, yang laki-laki tampan dan yang perempuan cantik... siapa saja bisa iri melihat kebahagiaan mereka.

"Lo tuh...ngaret melulu," Raditya cemberut dan mencium pipi Radisti sebal.

"Duh, udah jadi Ayah masih suka merajuk," Radisti tertawa kecil dan melepaskan pelukannya. "Apa kabar Ammar?" perempuan itu membungkuk di sisi kereta bayi dan menyapa keponakannya. "Ah iyaaa...ada Mayra juga.. Ammar dan Mayra kangen Aunty Dee gak?" sapa Radisti.

Kedua bayi dalam kereta menatap Radisti tanpa kedip. Ya, Aira dan Raditya memiliki bayi kembar yang tidak identik, persis seperti Raditya dan Radisti. Perempuan itu memberikan dot bayi kepada kedua keponakannya lalu mendorong kereta bayi perlahan.

Raditya berjalan di sisi saudara kembarnya sambil merangkul bahu dengan santai. Lagi-lagi ia tak peduli berpasang mata menatap ke arah mereka dengan iri. Ia sudah sangat terbiasa. "Mau makan apa?" tanya Raditya.

"Apa aja, lo mau makan apa?"

"Gue lagi pengen makan pizza, lo gak lagi diet kan?" tanya Raditya.

Radisti mengibaskan rambut panjangnya ke belakang dan membulatkan matanya ke arah Raditya. "Gue enggak diet-dietan,"

"Udah laku sih, makanya gak diet,"goda Raditya sambil tertawa. Laki-laki itu mengusap rambut Radisti dengan sayang. "Paundra bukannya lagi di Jakarta? Kok lo gak nemenin dia?"

Radisti terdiam. Ia teringat saat terbangun dari tidur, Paundra sudah tidak ada di kamar. Asisten rumah tangga mengatakan bahwa suaminya pergi pagi-pagi sekali karena ada urusan dan baru akan pulang di malam hari. Radisti tentu saja sebal hubungan mereka masih belum membaik pascakeributan kecil di rumah Dimas-Puri.

"Dan lo besok ke Paris, kan?" tanya Raditya.

Radisti mengangguk. Perempuan itu hanya tersenyum tipis dan melangkah perlahan di samping Raditya. "Lo dari tadi muter sendiri? Pengasuhnya Ammar-Mayra kemana?" Ia berusaha mengalihkan pertanyaan yang tertuju padanya dan Paundra.

"Kalo weekend gini, gue dan Aira sepakat untuk ngasuh Ammar-Mayra sendirian, hehe...ribet sih, tapi ya namanya menjaga quality time dengan anak," kata Raditya.

"Aira kemana?gak ikut?"

Raditya menghentikan langkahnya di depan toko perlengkapan bayi. Menatap etalase, keningnya berkerut seolah berpikir. "Nanti nyusul, dia lagi rapat sama klien dengan Dimas juga," Raditya menoleh ke arah Radisti. "Menurut lo, baju itu lucu gak untuk mereka?"

Radisti menatap ke arah baju yang terpasang di etalase lalu mengalihkan pandangannya ke arah Ammar dan Mayra. "Lucu...lo mau beliin mereka baju kembaran gitu?"

Raditya mengangguk dengan bersemangat. "Yang biru untuk Ammar dan pink untuk Mayra, lucu kan..."

"Tapi bukannya baju mereka udah banyak ya, Dit?" tanya Radisti. Ia tentu saja tahu betapa saudaranya itu sudah membeli banyak sekali baju bayi belum lagi hadiah dari koleganya.

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang