Pradipta & Radisti

32.5K 1.1K 54
                                    

Hujan turun sangat deras, sudah cukup larut malam tapi jalanan di kota Jakarta masih saja macet. Pradipta menarik nafas panjang. Jum'at malam memang selalu seperti ini, entah jam berapa ia akan tiba di rumah. Ia menyenderkan tubuhnya di jok sambil berusaha memejamkan matanya yang letih. Sementara sopirnya berusaha mencari jalan alternatif agar mereka bisa segera pulang ke rumah.

Sudah hampir pukul 12 malam saat Pradipta tiba di sebuah rumah dua lantai yang asri. Rumah dengan desain minimalis modern yang dirancang sendiri oleh istrinya, Arini.

Pradipta membuka pintu rumah dan melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Ia menghentikan langkahnya saat menyadari lampu di ruang tengah masih menyala dan suara tv masih terdengar. Samar-samar ia juga mendengar suara perempuan bercakap-cakap.

" Nie?" Pradipta memanggil Arini istrinya. Tak lama terdengar langkah Arini mendekat. Istri mungilnya itu tersenyum manis.

" Dip ..macet ya?" Tanya Arini. Perempuan itu mengulurkan tangannya mengambil tas kerja Pradipta.

Pradipta tersenyum dan mencium dahi istrinya. Arini memang mungil, dengan baby doll tanpa lengannya berwarna pink ia terlihat seperti seorang peri dengan pipi berwarna merah jambu.

" Ada Disti .." Kata Arini pelan. Ia menunjukkan arah dengan kerlingan matanya.

" Disti?" Pradipta mengangkat alisnya heran. " Malam-malam begini?" Pradipta melepaskan dasinya dari kerah kemejanya. " Ada apa?" Tanya Pradipta heran.

" Kamu bicara aja sendiri sama dia ya? Aku ke atas dulu naro tas kamu .." Kata Arini sambil tersenyum lalu meninggalkan Pradipta.

Pradipta menarik nafas panjang. Semalam ini Radisti ada di rumahnya berarti ada masalah, memang terkadang Radisti datang ke rumah tapi tentunya tidak selarut ini. Pradipta melepaskan jasnya dan menyampirkannya di sofa.

" Dis?" Pradipta duduk di sofa dan menatap Radisti ingin tahu. Adik perempuan satu-satunya itu sedang menatap ke arah taman belakang rumahnya. Radisti menoleh dan dada Pradipta mencelos saat melihat mata sembap Radisti. Ada sisa-sisa air mata di pipinya. " Ada apa?" Pradipta bangkit dan menghampiri Radisti.

Dan Radisti menangis terisak-isak. Pradipta duduk lalu meraih Radisti ke pelukannya seolah ia memberi perlindungan .. menawarkan ketenangan dan kenyamanan. " Ada apa? Apa ada orang yang nyakitin kamu?" Tanya Pradipta pelan. Ia membelai rambut adiknya itu dan tangannya yang lain menepuk pelan pundak Radisti.

" Mama .." Kata Radisti lirih. Ia terdengar susah payah berusaha menyampaikan maksudnya.

" Mama kenapa?" Dahi Pradipta mengkerut bingung. Berbagai macam spekulasi bermain di benaknya. Apa ada sesuatu yang terjadi dengan mamanya?.

Tangis Radisti semakin kencang.  

" Mas .. Tolong bilang sama mama jangan jodoh-jodohin aku terus deh ..kesannya aku itu gak laku banget .." Akhirnya suara Radisti terdengar jelas.

" Oalaaah .." Pradipta menepuk jidatnya sendiri lalu tertawa geli. Ia lalu melepaskan pelukan Radisti dan meraih tissue. Dengan penuh perhatian ia membersihkan sisa-sisa air mata di wajah cantik adiknya.

Radisti diam .. cemberut.

Arini lalu datang membawa nampan berisi secangkir teh mint kesukaan Pradipta dan sepiring kentang goreng dan nugget sebagai cemilan.

" Aku ke atas dulu ya .." Kata Arini. Ia tahu sekali kalau Pradipta pasti perlu waktu berdua dengan Radisti untuk membicarakan masalah yang sedang Radisti hadapi.

Pradipta mengangguk. " Makasih, Nie .." Kata Pradipta.

Pradipta menuangkan saos tomat dan sambal pada piring kecil.

" Jadi ada apa dengan mama?" Tanya Pradipta.

" Mama mau aku kawin sebelum pelantikan Mama jadi Gubernur 2014 nanti .."

" What?" Pradipta terperanjat dan keselek. Ia lalu meraih cangkir teh mintnya dan menyesapnya perlahan. " Sama siapa?" Tanya Pradipta.

" Nah itu !! Aku juga enggak tau sama siapa? Mama nyodor-nyodorin terus anak temen-temennya gitu .. Trus yang terbaru dia nyodorin siapa tuh kakaknya Puri ..." Kata Radisti geram.

" Kakaknya yang mana?" Pradipta berpura-pura berpikir keras. Padahal sudah jelas bahwa kakak Puri yang belum menikah adalah Paundra.

Radisti menarik nafas panjang. Kesal. Saking emosinya ia tak sadar sudah berapa nugget yang masuk ke dalam bibirnya.

" Yang ketemu di acara farewellnya Puri kemaren .." Kata Radisti emosi. Matanya menyiratkan kemarahan dan kesedihan sekaligus.

" Kamu kan gak dateng kemarin?" Kata Pradipta bingung.

" Iya mama bilang dia dan orang tuanya Paundra sepakat untuk jodohin aku sama Paundra ituuu !!!" Kata Radisti sewot. " Kamu pasti tau masalah ini !!" Radisti menatap Pradipta curiga.

Pradipta menyilangkan jari telunjuk dan jari tengahnya. " Gak tau .. Beneran deh ..kemarin mas dan mama pisah meja soalnya .. Mas kemarin sama Radit dan Aira gabungnya .." Pradipta memang tak berbohong, ia memang tak semeja dengan mama dan papanya. Tapi masalah perjodohan spontan itu sebenarnya terjadi di depannya.

Radisti merengut. " Aku gak mau dijodohin .. Itu sikap aku pake hastag SIKAP .."

Pradipta tertawa. " Princess .. Mama dan Papa mau ada orang yang jagain kamu .. " Kata Pradipta bijak. Ia mengelap bibirnya dengan tissue dan membersihkan tangannya dari remah-remah makanan.

" Tapi aku kan gak mau dipaksa Mas, kayak jaman Siti Nurbaya aja .." Kata Radisti masih emosi. Ia duduk dengan kedua kaki bersila di atas sofa dan piring di atas pangkuannya membuat Pradipta geleng-geleng kepala melihat tingkah Radisti.

Radisti yang biasanya mandiri dan dewasa terlihat rapuh dan manja seperti remaja dengan kaos putih longgar dan celana pendek denim, rambut ikalnya yang panjang diikat kuda asal dengan syal polkadot menjadi bandana di atas kepalanya.

" Aku mau nginep disini .." Kata Radisti.

Pradipta mengangguk. " Boleh aja .. Kamu boleh tinggal disini selama kamu mau .." Kata Pradipta sambil tersenyum. Ia merangkul pundak Radisti dan meraih adiknya lagi dalam pelukannya. " Mas akan bicarakan sama Mama tentang perjodohan kamu ..tapi Mas Rasa .. Paundra sepertinya akan cocok sama kamu .." Kata Pradipta menggoda.

" Mas !!" Radisti merajuk tak suka.

" Kenapa gak kamu coba kenalan dulu .."

Radisti menggelengkan kepalanya tegas. " No .. No .. No .. Malesin !!" Kata Radisti. Bibirnya kembali manyun.

" Fine ..!! Mas akan coba bilang sama Mama .." Kata Pradipta mengalah.

Mata Radisti berbinar senang. "Really? You're the best big brother I ever haveeee !!! Kata Radisti sambil tertawa riang.

" Well, bukannya kamu emang gak punya kakak laki-laki lain ya?" Goda Pradipta. Ia menatap Radisti penuh kasih sayang. Sejujurnya ia yakin bahwa Paundra dan Radisti akan cocok satu sama lain tapi mungkin bukan sekarang saatnya ia mengatakan itu pada Radisti.

Radisti tertawa. Sepertinya keceriaannya sudah kembali.

" Now, time to go bed .. Mas rasa Mbakmu sudah menyiapkan kamar kamu .. " Kata Pradipta. Perasaanya hangat mengingat Arini istrinya yang selalu penuh pengertian dan perhatian terhadap permasalahannya dan adik-adiknya. " Kamu mandi dulu gih, bau banget .." Pradipta menutup hidungnya seolah-olah Radisti menimbulkan bau tak sedap.

Radisti tersipu malu. " Siap !!" Kata Radisti sambil tertawa geli. Ia lalu berlari kecil menuju kamar yang sudah disiapkan meninggalkan Pradipta yang merapihkan piring dan cangkir di meja.

" Dip?"

Pradipta mendongak ke atas, tersenyum melihat istrinya yang menatapnya dari lantai dua.

" Aku udah siapin air panas untuk mandi .." Kata Arini.

Pradipta mengangguk. " Makasih Nie .." Kata Pradipta. Ia membawa nampan berisi piring dan cangkir kotor ke dapur. Lalu mematikan lampu. Sudah hampir jam dua pagi saat ia naik ke atas kamar.

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang