New Born Baby

26.5K 1.1K 76
                                    

Pradipta merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal karena tertidur di sofa bed. Ia sedikit tersipu saat matanya bertemu dengan Arini yang sedang menatap ke arahnya. Laki-laki itu menutupi bibirnya yang menguap dengan tangan kanannya lalu menghampiri istrinya dengan langkah perlahan.

" Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Pradipta lembut. Ia lalu duduk di kursi samping tempat tidur Arini.

Arini mengangguk pelan. " Kamu?"

Pradipta tersenyum. " Tentu saja aku baik-baik saja, kok kamu malah nanyain aku sih?"Tanya Pradipta sambil mengelus-elus tangan istrinya penuh kasih sayang.

Arini tertawa lalu menunjukkan lengan suaminya yang kebiruan karena ia pukul dan cubiti selama proses kelahiran bayi mereka. " Nih tangan kamu biru-biru, maaf ya" Arini menatap Pradipta dengan perasan bersalah.

Pradipta tertawa geli. Ia mengecup punggung tangan istrinya. " Ini gak seberapa kok, I can handle it," kata Pradipta. Laki-laki itu lalu duduk di pinggir tempat tidur dan menarik istrinya perlahan untuk bersender padanya. " Makasih ya, udah menemani aku selama ini, melengkapi hidup aku," Kata Pradipta. Laki-laki itu mengusap rambut istrinya dan mencium pipi Arini membuat Arini tertawa kegelian.

" Ih, so sweet banget sih," Goda Arini membuat Pradipta mengerucutkan bibirnya berpura-pura kesal karena digoda istrinya.

" Kok kamu gitu sih, Nie..." Pradipta mencium bahu istrinya yang terbuka karena baju rumah sakit yang kebesaran. " Hmmm...harumnya kayak bayi deh," Kata Pradipta sambil mengendus-ngendus membuat Arini spontan menaruh telapak tangannya di wajah suaminya agar menjauh dari bahunya.

" Diiiip....ih apaan sih..." Kata Arini sambil membetulkan bajunya.

Pradipta merengut. " Masak ngendus-ngendus aja enggak boleh sih, Nie?"

Arini tertawa lalu menyenderkan kepalanya pada bahu suaminya. " Enggak, ah..."

" Nie, anak kita kan laki lagi ya,"

" Hmmm,"

" Kamu masih mau anak perempuan kan buat nemenin kamu?"

Arini mengangkat wajahnya dan menatap Pradipta dengan tatapan serius. " Maksud kamu?"

Pradipta merapihkan anak rambut yang jatuh ke pelipis istrinya. Laki-laki itu tersenyum manis membuat wanita mana pun pasti akan jatuh hati melihatnya.

" Kita harus semangat membuat adik perempuan untuk Rangga dan Ray," Kata Pradipta dengan mata berbinar jahil.

Mata Arini membelalak tak percaya. Ia mencubit pinggang suaminya dengan gemas. " Apa-apaan sih kamu Pradipta Putra Mahesa? Aku kan baru ngelahirin dini hari tadi, dan kamu udah minta anak lagi?"

Pradipta meringis kesakitan. Ia berusaha berkelit dari cubitan maut istrinya itu. " Abisnya, tadinya kan aku berharap anak kita yang kedua ini perempuan, hasil USGnya aja kan waktu itu aja perempuan biar jadi penengah dari saudara-saudaranya..."

Arini menyipitkan matanya. " Saudara-saudaranya?"

Pradipta tersipu-sipu. " Iya, satu lagi boleh ya, Nie."

Arini berdecak tak percaya. Bagaimana bisa suaminya itu menginginkan ia merencanakan kehamilannya lagi padahal ia baru saja melahirkan putra kedua mereka.

" Berdasarkan pengalaman ya, anak perempuan itu akan bisa meredakan ketegangan antara saudara-saudaranya." Kata Pradipta dengan wajah sok serius. " Kamu lihat sendiri, kan..Disti seperti apa."

Arini tertawa melihat wajah sok serius suaminya yang menurutnya menggemaskan.

" Nie, "

" Apa?"

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang