FIGHT FOR LOVE

12.9K 1K 49
                                    

Paundra menyelesaikan tugas-tugas analisisnya dengan segera. Sore ini ia ada janji  dengan handlernya karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan. Paundra menghela napas panjang dan menyenderkan tubuh ke sofa. Pekerjaannya memang sangat menumpuk.  Seperti kalian ketahui Paundra adalah salah satu handler atau PA the A Team, tim yang juga beranggotakan Radisti Putri Mahesa, istrinya.

Paundra berada di Jakarta sebenarnya hanya untuk menjenguk Radisti. Laki-laki itu kebetulan menghadiri konferensi di Singapura. Namun apa daya, keberadaannya tercium pimpinan agen sehingga ia terpaksa bertugas mengendus isu selama berada di tanah air.

Saat ini Paundra berada di ruang bawah tanah sebuah restoran di Jakarta yang juga berfungsi sebagai markas pimpinan. Laki-laki itu menyenderkan tubuhnya di sofa. Matanya menatap ke langit-langit

Ruangan yang Paundra diami cukup nyaman. Sebuah meja panjang dengan sebuah komputer layar datar ada di hadapanya. Di dinding bata merah terdapat empat televisi layar datar berukuran 21 inci yang menampilkan kondisi terkini dari beberapa titik.

Pintu terbuka membuat Paundra terkejut dan nyaris terlonjak dari sofa.

Seorang laki-laki meletakan berkas di atas meja diikuti seseorang di belakangnya. Laki-laki itu mengatur meja, lalu tersenyum saat menyadari pandangan Paundra yang terarah padanya.

"Udah lama menunggu?" Sapa Firmansyah. Ia mengangguk saat sekretarisnya berpamitan untuk ke luar ruangan.

"Lumayan, tadi selesai  laporan sama Dir Ops," kata Paundra.

"Ada apa?" Kening Firmansyah berkerut heran. "Ada masalah?"

Paundra menggelengkan kepalanya pelan. Sesungguhnya ia dilema untuk mengungkapkan permasalahannya.

"Kenapa?" Firmansyah tersenyum membujuk. "Ada yang mau kamu bicarain sama Papi, ya?" Laki-laki paruh baya itu memencet tombol di atas mejanya.

Pintu kembali terbuka. Amran sekretaris Firmansyah di organisasi  kembali masuk.

"Siap, Pak..."

"Tolong pesankan kami makan ya, kakak mau makan apa?" Firmansyah menoleh ke arah Paundra.

"Apa aja, Pi..." Paundra menyerahkan keputusan pada Firmansyah. Ia sesungguhnya tak begitu lapar karena sebelum rapat tadi ia sudah membeli Burger di perjalanan.

"Steak salmon dengan kentang goreng..." Firmansyah berpikir sejenak. "Orange juice dua, yang lain sekalian aja, Ran..." Firmansyah meminta Amran untuk memesankan makanan untuk staf Direktur yang lain.

"Siap, Pak!" Amran menjawab patuh. Laki-laki berbadan tegap dengan tubuh berbalut safari abu-abu itu lalu kembali menghilang di balik pintu.

Firmansyah kembali menatap anaknya. Kedua tangannya terentang di sofa. "Jadi ada apa?"

"Pi," Paundra menelan ludah gugup. Ia menatap Papinya ragu. Kedua tangannya berada di atas kedua pahanya. Badannya tegak, seolah ia akan mengakui dosa yang sangat besar.

Mata Firmansyah menyipit curiga. Ada apa dengan Paundra? Kenapa begitu berbeda. Apakah ia melakukan kesalahan hingga harus menghadap Direktur Operasional. "Apa ini ada kaitannya dengan pemanggilan kamu oleh Dir Ops?" tanya Firmansyah.

Paundra menggelengkan kepala. "Dir Ops tadi nggak hanya manggil kakak, kok, Pi...tadi rapat para handler, persiapan Pilkada 9 Desember nanti," jawab Paundra jujur.

"Studi banding kamu di MI6 bermasalah?" tebak Firmansyah.

Paundra tertawa kecil karena Papinya terus menebak-nebak. "Nggak, Pi, MI6 baik-baik aja, Kakak kan kemarin udah laporan," laki-laki itu jadi geli sendiri.

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang