What A Day

17K 1K 43
                                    

Pagi yang sibuk. Aira tergesa-gesa memasukkan buku, leptop dan berbagai macam berkas ke dalam tas besarnya sementara Raditya, suaminya masih tertidur lelap.

" Radiiit...bangun sayaaang, " Aira berusaha membangunkan suaminya sambil ia mondar-mandir menyiapkan keperluan dirinya sendiri. " Radit," Aira menarik selimut dari tubuh suaminya.

" Hmmm..." Hanya ada lengguhan kecil dari bibir Raditya. Kedua mata Raditya masih terpejam.

" Aku berangkat duluan ya, udah terlambat, " Kata Aira. Perempuan itu menatap suaminya dengan tatapan sedih. Beberapa hari ini Raditya selalu pulang menjelang dini hari saat ia sudah tidur. Dan setiap Aira berangkat ke kantor, suaminya masih terlelap karena letih. Aira merindukan saat-saat ia dan Raditya bisa makan siang bersama dan meluangkan waktu untuk bicara. Kesibukan jelang Pilpres memang menyita perhatian Aira sementara Raditya sibuk dengan pembenahan manajemen hotel baru keluarga Mahesa. Aira menarik nafas panjang. Dengan lembut Aira mengecup bibir suaminya dan kembali merapihkan selimutnya. Ia tahu suaminya memerlukan istirahat agar kembali fit. Aira tersenyum lalu meraih tas dari atas meja, ia kembali menatap ke arah tempat tidur tempat Raditya tertidur lelap sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membesar. Ada perasaan sedih karena ia harus meninggalkan suaminya sepagi ini. Aira menarik nafas panjang dan menghembuskannya kencang. Dengan hati-hati ia lalu membuka pintu dan menutupnya perlahan agar tidak menganggu waktu tidur suaminya.

=========

Hari sudah sore saat Raditya tersadar bahwa ia belum makan siang. Hari ini ia sibuk sekali hingga ia melupakan kalau ia harus mengisi perutnya yang mulai berbunyi. Raditya menarik nafas panjang sambil melonggarkan dasi dari kerah kemejanya. Matanya menatap ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Raditya merapihkan berkas-berkas dan meletakannya di sisi kanan meja kerjanya. Ia lalu mengusap-usap matanya yang terasa letih. Laki-laki itu lalu beranjak dari kursinya dan melangkah keluar dari ruang kerjanya. Ia keluar dari pintu dan berjalan menuju pintu khusus kantor Aira. Ia menempelkan kartu accessnya dan pintu pun terbuka. Aroma ruangan yang segar menyambut Raditya saat ia masuk. Ruangan Dimas terlihat kosong demikian pula ruangan istrinya. Raditya melangkah menuju ruangan yang terletak di sudut, ruangan Mega, asisten Aira dan Dimas.

" Sore, Ga...Aira dan Dimas kemana, ya?" Tanya Raditya sambil tersenyum menyapa Mega.

Mega yang sedang serius berkutat dengan komputernya terkejut dan mengangkat wajahnya. Seulas senyum tipis mengembang untuk Raditya.

" Mas Radit," Mega bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Raditya. " Mbak Aira rapat dengan Mas Dimas di Hotel Mulia, apa mas perlu sesuatu?" Tanya Mega. Mega sudah lama menjadi asisten Aira dan Dimas, ia juga tahu betapa Radit lya sangat over protective terhadap istrinya yang sedang hamil itu.

" Enggak apa-apa, hpnya Aira kenapa ya sulit dihubungi?" Tanya Raditya bingung.

" Handphone Mbak Aira ngehang mas dari kemarin, lagi diservis, " Jawab Mega. Tentu saja Mega tahu karena ia lah yang membawa handphone Aira ke tempat service.

Raditya terdiam. Aira memang praktis, ia hanya mempunyai satu handphone berbeda dengan dirinya yang mempunyai dua handphone, satu android dan satu blackberry. " Ya sudah, nanti saya hubungi Aira ke handphone Dimas saja," Kata Raditya akhirnya. Dalam hati Raditya merasa kesal. Kenapa ia baru tahu kalau handphone istrinya rusak?. Laki-laki itu lalu dengan melangkah pergi dari kantor konsultan politik milik sepupunya itu dan kembali menuju ke ruangannya sendiri.

================

Paundra dengan sabar menemani calon adik iparnya berkeliling. Yup, Raditya Putra Mahesa di tengah-tengah rapat penting menelfonnya dan ingin bertemu dengannya segera. Dan demi kelancaran hubungannya dengan Radisti, Paundra pun pasrah menerima kedatangan Raditya di kantornya lalu menemani laki-laki itu berkeliling pusat perbelanjaan milik keluarganya.

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang